Arrogant Husband

Menginap di Rumah Agam Sementara



Menginap di Rumah Agam Sementara

0"Anggap saja ini sebagai pelajaran untukmu karena selalu tak pernah menggubrisku!" ketus Joseph. Pria itu telah selesai bercinta dengan Reva.     
0

Wanita itu terus saja menangis deras sambil menatap sinis ke arah Joseph. Tubuh Reva saat ini polos, tak berbalut dengan sehelai kain pun di badan. Beberapa bercak tanda merah terlihat di bagian leher serta dada. Rupanya Joseph telah memberikan cupang padanya.     

"Sialan kau! Kurang ajar!" Reva sangat marah besar pada Joseph. Ia masih terlihat lemas di atas tempat tidur.     

Sedangkan Joseph bangkit dari ranjang dan mulai mengambil beberapa lembar pakaiannya tadi. Ia sudah merasa puas karena sudah memberikan Reva pelajaran. Wanita itu masih saja terus menangis.     

"Kau yang memulai semua ini, Va! Kau yang dari awal membawaku ke dalam masalahmu." Joseph telah selesai berpakaian. Pria itu berniat akan segera pulang.     

Reva mengumpat dalam hati karena merasa sangat emosi. Amarahnya sudah di ubun-ubun. Joseph tengah tersenyum licik dan segera membuka pintu kamar.     

Saat ini, hanya Reva saja seorang diri di dalam kamar sebesar ini. Perlahan-lahan, ia bangun dari ranjang sambil menahan rasa perih. Reva ingin mengambil pakaiannya yang berceceran di lantai.     

Reva tak mau bertemu dengan Joseph lagi. Ia harus berpikir, bagaimana caranya kabur dari jerat pria keras kepala itu.     

"Ya Tuhan, kenapa nasibku begini? Apakah aku harus kembali ke luar negeri bertemu dengan kedua orang tuaku?"     

Namun, kalau Reva pergi ke luar negeri dan meninggalkan Indonesia, maka tak ada harapan lagi untuk bisa kembali pada Saga. Ia terlihat bingung sekarang. Apa yang dilakukan selanjutnya.     

"Agam ...."     

Di saat seperti ini, pikiran Reva tengah tertuju pada Agam. Mungkin pria itu bisa membantunya. Ia berniat akan tinggal di sana saja untuk sementara waktu dan mulai menghilangkan jejak dari Joseph.     

"Semoga saja Agam bisa membantuku."     

Beberapa saat kemudian, Reva sudah kembali berpakaian. Ia mengambil beberapa lembar pakaian di lemari dan meraih kopernya.     

***     

Saat ini, Reva telah berada di depan rumah Agam. Namun, sang pemilik rumah ternyata belum datang. Wanita itu akhirnya menunggu di sebuah kursi sambil membawa koper.     

Reva akan menunggu sampai Agam datang ke rumah. Ia akan minta tolong pada pria itu untuk menginap beberapa hari saja di sini. Pasti Agam pun tak merasa keberatan sama sekali.     

Beberapa saat kemudian, Reva mulai merasa bosan untuk menunggu kedatangan Agam. Ia melihat jam yang tengah melingkar di pergelangan tangan. Kemudian, ia pun berpikir untuk menemui Agam di tempat kerjanya.     

"Kok Agam lama, ya? Apa aku harus menyusulnya ke bar saja?"     

Lagi pula rumah Agam ke tempat bar lumayan dekat. Maka dari itu, Reva berniat untuk menyusulnya ke sana.     

***     

Pekerjaan Agam sudah hampir selesai dan akan segera pulang. Namun, ia melihat Reva yang tengah mendekat ke arahnya. Mau apa lagi wanita itu kemari.     

"Reva?"     

Agam memandang ke arah wajah Reva. Wanita itu tampak bersedih dan terlihat dari kantung bawah matanya yang membengkak. Pasti telah terjadi sesuatu pada Reva, hingga membuatnya datang ke sini.     

"Kau kenapa? Apa ada masalah?" tanya Agam secara baik-baik.     

Sementara itu, Reva berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya di hadapan Agam. Ia tak mau terlihat lemah di hadapan pria itu. Agam tengah menunggu jawabannya sekarang.     

"Apa kau mau membantuku?" tanya Reva.     

"Selagi aku bisa membantu, ya pasti akan kubantu."     

Agam tersenyum manis ke arah Reva. Membuat wanita itu merasa deg-deg'an seketika. Pesona pria itu mampu membuatnya terhipnotis. Reva jadi terdiam dan lebih menikmati senyuman Agam.     

Beberapa detik kemudian, Reva tersadar dengan apa yang ia lakukan. Harusnya ia tak membayangkan wajah pria itu dalam pikirannya. Entah kenapa, dirinya sekarang terlihat salah tingkah.     

"Bolehkah aku untuk sementara waktu menginap di rumahmu?" Wajah Reva begitu memelas pada Agam. Pria itu terlihat bimbang saat akan mengambil keputusan. Di sisi lain, Agam merasa kasihan padanya.     

Bagaimana Gam? Apakah boleh? Ini untuk sementara waktu saja. Paling dua atau tiga hari ke depan."     

Akhirnya, Agam pun mengizinkan Reva tinggal sementara waktu di rumahnya. Wanita itu terlihat sangat senang dan mengucapkan terima kasih. Karena pekerjaannya sudah selesai di bar, maka Agam mengajak Reva untuk pulang bersama ke rumah.     

Mereka berdua sedang berjalan kaki. Baik Agam maupun Reva terlihat sama-sama terdiam. Mereka terlihat salah tingkah satu sama lain.     

'Ya Tuhan, aku kenapa jadi seperti ini? Apakah aku mulai menyukai Agam?'     

Reva merasakan debaran di jantungnya semakin cepat saat berdekatan dengan Agam. Ia pun terlihat jadi salah tingkah. Pipinya seketika memanas.     

Begitupun sebaliknya, Agam juga tengah merasakan suatu hal aneh saat berdekatan dengan wanita cantik ini. Reva terlihat menundukkan kepala sedari tadi. Mungkin wanita itu agak malu-malu.     

"Va, apa kau tak risih kalau menginap di rumahku?"     

"Tidak. Aku tak merasa risih sama sekali. Justru, aku sangat berterima kasih karena kau mau menampungku di rumah."     

"Apa telah terjadi sesuatu, Va? Hingga menyebabkanmu seperti ini?"     

Haruskah Reva bercerita yang sebenarnya pada Agam? Ia melakukan semua ini untuk menghindari Joseph semata. Pria itu benar-benar membuatnya sangat muak dengan tingkahnya. Reva tak mau lagi, kalau diperlakukan seperti itu.     

"Va?" Agam menoel perlahan bahu Reva, karena sedari tadi hanya melamun.     

"Aku hanya ingin merasa sedikit tenang saja untuk beberapa waktu ke depan. Bisa kan?"     

"Tentu saja."     

Agam mengajak Reva untuk melanjutkan perjalanan lagi. Mereka berdua hampir sampai di rumah. Agam tak mau memaksa wanita itu untuk bercerita lebih lanjut. Mungkin ini agak bersifat pribadi, makanya Reva tak mau bercerita. Namun, ia tetap menghargai keputusan sang wanita.     

Akhirnya, Reva dan Agam telah sampai juga di rumah. Pria itu langsung membawakan koper Reva ke dalam kamar.     

"Oh ya, kau di dalam kamar saja, sedangkan aku akan tinggal di ruang tamu," ucap Reva.     

"Tidak! Mana mungkin kau akan tidur di ruang tamu. Biar aku saja di luar dan kau akan tidur di dalam."     

Agam tetap bersikeras untuk tidur di luar saja, sedangkan Reva akan tidur di kamar. Wanita itu merasa tak enak, karena sudah terlalu merepotkan Agam seperti ini.     

"Kau serius, Gam?"     

"Ya, aku serius, Va. Kau akan tidur di dalam kamar saja. Sedangkan aku di luar."     

"Kau serius tak apa-apa?"     

Pria itu lagi-lagi mengangguk dan tersenyum manis pada Reva. Membuatnya sama sekali tak berkutik. Agam telah membawa kopernya masuk ke kamar. Pria itu mempersilakannya untuk istirahat.     

Reva sangat berterima kasih atas jamuan Agam yang menurutnya sangat berkesan. Ia tak menyangka, bahwa pria itu rela melakukan hal ini.     

"Ya sudah. Kau istirahat saja di kamar, ya." Agam terlihat membawa sebuah bantal dan guling ke luar, menuju ke ruang tamu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.