Arrogant Husband

Mulai Menyukai Agam



Mulai Menyukai Agam

0"Sial! Bisa-bisanya tadi dia malah balik mengancamku!" Joseph tak terima saat ditampar oleh Saga. Pria itu membalas perlakuannya.     
0

Ia jadi malu sendiri karena sudah lebih dulu membuat keributan dengan Saga. Joseph tahu, bahwa Saga bukan lawan yang sembarangan.     

Joseph pergi ke rumah sakit lantaran ingin memeriksa keadaannya yang tiba-tiba drop. Namun, ia malah bertemu dengan Saga di rumah sakit yang sama.     

"Siapa yang sakit, ya? Apa ayahnya? Atau ibunya?" Joseph merasa penasaran. Siapa yang sedang sakit di sana.     

Alhasil, Joseph sudah sampai di rumahnya sendiri. Pria itu ingin langsung istirahat saja, karena sudah merasa sangat kelelahan. Apalagi saat bercinta dengan Reva tadi, tapi membuatnya begitu sangat senang.     

Pria itu langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Joseph ingin segera berlarut ke alam mimpi dan berharap akan memimpikan wajah Reva yang cantik itu.     

"Reva sayang. Datanglah kau ke dalam mimpiku."     

Kedua tangan Joseph tengah memeluk dirinya sendiri, seolah-olah sedang memeluk tubuh Reva. Makin hari, pria itu semakin tak karuan saja tingkahnya.     

"Aku akan selalu ada di sampingmu, dan begitupun sebaliknya. Kau tak akan pernah lepas dari genggamanku!" Dengan senyum yang menyeringai, Joseph mengepalkan sebelah tangannya. Ia tak akan membiarkan Reva lepas sedikit pun. Wanita itu harus berada di sisinya.     

***     

Saat di pagi hari, Agam terbangun lebih dulu ketimbang Reva. Ia melihat sekilas wajah cantik itu yang membuatnya selalu merasa terpesona.     

"Kau sangat cantik, Va."     

Sebelum ia melangkah menuju ke luar untuk ke kamar mandi, Agam terlebih dahulu ingin mengambil handuk yang berada di lemari. Namun, tatapannya tak kunjung lepas untuk memperhatikan Reva. Ia merasa senang, karena wanita itu mau tinggal di sini.     

Agam geleng-geleng kepala, saat melihat tingkah Reva tadi malam yang mengajaknya untuk masuk ke kamar ini berdua. Wanita itu bersikap baik dan peduli dengannya.     

Setelah itu, Agam pun beranjak ke luar dari kamar ini sambil menenteng sebuah handuk. Ia pun kembali lagi menatap wajah cantik Reva sebelum ke luar kamar.     

***     

Kurang dari lima belas menit, Agam pun sudah selesai mandi. Ia ingin masuk ke kamarnya untuk mengambil pakaian kerja. Dengan perlahan, ia mulai membuka pintu kamar dan masuk ke dalam. Agam sama sekali tak ingin membuat Reva terbangun.     

Dengan langkah pelan, akhirnya Agam sudah sampai di lemari pakaian. Pria itu segera mencari-cari baju serta pakaian dalam miliknya.     

Kemudian, saat Agam mencari-cari baju miliknya, Reva pun mulai terbangun dari tidur. Wanita itu mengerjap-ngerjap, lalu mendudukkan tubuhnya. Matanya langsung fokus tengah menatap ke arah Agam yang sedang berada di lemari.     

"A–Agam?"     

Mendengar suara Reva yang terbangun, membuat Agam sedikit menoleh ke arah wanita itu. Ia pun jadi salah tingkah.     

"A–aku ingin ke luar sebentar," ujar Reva terlihat salah tingkah. Wanita itu langsung ke luad dari kamar ini.     

Saat telah berada di luar kamar, hati Reva langsung merasa tak karuan. Debaran di jantungnya kian berdetak cepat saat melihat Agam dalam posisi setengah telanjang seperti tadi. Hanya tubuh bagian bawah saja yang terlilit oleh handuk.     

"Astaga, aku kenapa lagi?!" gerutunya pada diri sendiri.     

Reva pun memutuskan untuk melangkah ke ruang tamu. Ia membiarkan Agam untuk memakai pakaian di dalam kamarnya.     

"Kenapa perasaanku jadi tak karuan seperti ini, ya? Apa jangan-jangan–" Ucapan Reva tiba-tiba terpotong saat melihat Agam sudah berpakaian. Pria itu telah berdiri di depannya.     

"Agam?"     

"Hai, Va. Selamat pagi."     

"Ah, selamat pagi juga." Reva terlihat malu-malu saat disapa.     

"Maafkan aku. Tadi aku hanya ingin mengambil pakaian kerja saja."     

"Kau tak salah. Jangan minta maaf begitu padaku," ujar Reva.     

Pria itu kemudian meminta izin padanya untuk ke luar sebentar. Reva pun mengangguk. Ia akan menunggu di rumah sampai Agam kembali pulang.     

Agam mulai mencarikan makanan untuk Reva di dekat sini. Uang yang tersisa di dompet pun pas-pasan. Ia tak bisa membelikan wanita itu makanan mewah seperti di restoran. Namun, apa boleh buat.     

***     

Agam telah kembali pulang ke rumah sambil membawakan makanan untuk Reva. Wanita itu tak menyangka, bahwa Agam bersikap perhatian seperti ini.     

"Kenapa kau repot-repot membelikanku makanan seperti ini?"     

"Memang kenapa? Kau tak suka dengan makanan ini, ya?" tanya Agam.     

"Ah, tidak. Maksudku tak seperti itu. Hanya saja, kau tak perlu repot-repot begini. Aku sudah terlalu banyak menyusahkan dirimu."     

Agam menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tak merasa direpotkan oleh Reva. Justru, ia senang karena Reva mau menginap di rumahnya yang sederhana ini.     

Dua buah nasi serta ayam goreng yang hangat telah tersaji di depan mereka. Agam segera menyuruh Reva untuk menyantap makanannya.     

"Va, makanlah. Maaf kalau menunya sangat sederhana seperti ini."     

Baru pertama kali, Reva menyantap makanan sesederhana ini. Namun, bersama dengan Agam, membuat momen ini berasa istimewa. Ia sama sekali tak merasa keberatan.     

"Tak apa. Ini saja sudah cukup. Aku merasa sangat senang."     

Mereka berdua mulai makan bersama. Hati Reva sekarang jadi agak melembut karena Agam. Apakah mungkin, pria di depannya saat ini telah mengubah hidupnya perlahan demi perlahan?     

Dengan kesederhanaan seperti ini, membuat Reva malah semakin merasa tenang. Wanita itu tak memikirkan soal masalah harta lagi. Bersama dengan Agam seperti ini, ia sama sekali tak memikirkan Saga.     

'Apakah aku mulai suka pada Agam? Aku sudah bisa melupakan Saga?'     

Pertanyaan-pertanyaan itu tiba-tiba bermunculan dari dalam kepalanya. Reva sungguh merasa nyaman ketika berada di samping Agam. Berbeda sekali saat dirinya berada di dekat Joseph.     

"Terima kasih," ujar Reva kemudian sambil menatap mata Agam.     

"Untuk apa kau berterima kasih, Va? Aku tak melakukan sesuatu yang berarti untukmu."     

"Ini sangat berarti untukku. Momen makan berdua seperti ini, sangatlah istimewa."     

Tiba-tiba, nasi yang berada di atas meja, mereka hiraukan. Agam dan Reva saling bertatapan dalam waktu yang cukup lama. Pria dan wanita itu sama-sama tersenyum.     

'Aku melakukan semua ini, karena kau, Va. Kau sangatlah istimewa dalam hatiku. Tapi, aku sadar ... mencintai seorang wanita yang berbeda kasta seperti dirimu.'     

Reva pun menyudahi tatapan mata antara dirinya dan juga Agam. Wanita itu melanjutkan lagi makanannya.     

"Gam, ayo kembali makan. Nanti kau telat kerjanya."     

"Iya, Va." Agam masih tersenyum dengan manis ke arah Reva.     

Rasanya, Reva tak ingin pulang dari sini. Ia sudah merasa nyaman tinggal di sini dan terhindar dari gangguan Joseph, pria yang memuakkan itu! Bersama dengan Agam, Reva bisa tersenyum dan tertawa. Hatinya pun merasa damai dan senang.     

'Agam jauh lebih baik daripada Joseph ataupun Saga. Mungkin, aku mulai menyukainya.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.