Arrogant Husband

Masih Merahasiakan Identitas Bayi Itu



Masih Merahasiakan Identitas Bayi Itu

Saga masuk kembali ke rumah sakit dan menemui kedua orang tuanya di dalam dengan langkah lesu. Bu Angel menatap anak semata wayangnya itu dengan perasaan sedih. Wanita yang saat ini berada di samping Pak Surya berpikir, pasti hati Alisa kembali sakit karena perkataan suaminya.     

Bu Angel geleng-geleng kepala melihat Saga seperti ini. Ia pun mendekati sang anak.     

"Nak, Alisa pulang?" tanya Bu Angel sambil duduk di sebuah sofa kecil.     

"Iya, Bu."     

Bu Angel mengembuskan napas panjang. Ia pun menatap ke arah Pak Surya. Pria itu menolehkan wajah dan tak menghadap ke arahnya atau pun Saga.     

Lantaran ucapan suaminya tadi, Alisa jadi pergi dari rumah sakit. Padahal wanita itu ikut bergantian menjaga Pak Surya selagi masih koma. Namun, suaminya tak tahu rasa terima kasih.     

"Ibu kecewa sama ayah. Kenapa selalu ketus terus pada Alisa? Padahal dia ikut menjaga ayah selama koma, bukan hanya ibu dan Saga saja yang menjaga."     

Sebenarnya, Bu Angel tak ingin membahas ini. Namun, hati kecilnya justru merasa kasihan dengan Alisa dan dirinya harus menasehati sang suami untuk tak bersikap seperti ini lagi.     

"Sudahlah, Bu. Biarkan saja. Mungkin Alisa pulang karena ingin istirahat."     

"Tapi, Nak ...."     

"Sudah, Bu. Jangan perpanjang masalah ini. Biarkan ayah tetap seperti itu. Aku tak akan memaksanya."     

Saga pun ke luar dari ruangan ini. Ia membiarkan kedua orang tuanya di dalam. Sakit rasanya, kalau sang ayah masih tak setuju dengan hubungannya dan Alisa. Padahal sang istri sudah baik dan mau menjaga bergiliran. Karena ayahnya sudah sadar dari koma, maka Saga pun akan pulang ke rumah menemui Alisa dan anaknya.     

"Sebentar lagi aku akan pulang saja. Ibu bisa menjaga ayah di sini. Besok pagi, aku akan datang ke sini lagi."     

***     

Saga sudah dalam perjalanan pulang ke rumah. Sebentar lagi, ia akan sampai dan menemui dua wanita yang begitu ia cintai.     

Ia tahu, pasti Alisa bersedih. Namun, wanita itu tak mau menampakkan kesedihannya sama sekali. Saat di rumah nanti, Saga akan berusaha untuk membuat sang istri tersenyum dan melupakan kesedihan hatinya.     

Namun, di balik ini semua, Saga sangat bersyukur pada Tuhan karena telah menyadarkan sang ayah dari koma. Walaupun, Pak Surya masih tak bisa menerima kehadiran Alisa. Saga berharap, lambat laun pasti ayahnya bisa menerima sang istri, sama seperti Bu Angel yang sudah bisa bersikap baik.     

Kelajuan mobil semakin cepat. Saga terus melajukannya di tengah gelapnya malam. Jalanan pun tampak lengang. Jadi, ia lebih leluasa untuk mengebut agar cepat sampai di rumah.     

***     

Akhirnya, Saga sudah sampai di rumah. Ia langsung menaiki anak tangga menuju ke kamar. Semoga saja, Alisa masih belum tidur dan ia bisa memanjakan sang istri.     

Saat sudah membuka pintu, Saga melihat sang istri sedang berdiri di dekat keranjang bayi. Tatapan mata mereka saling bertemu. Ia pun segera mendekat pada Alisa.     

"Lisa sudah tidur?" tanya Saga dengan lembut.     

"Iya, baru saja."     

Alisa tersenyum manis ke arahnya. Seolah tak terjadi apa-apa sedari tadi. Sang istri begitu kuat dan tak ingin menampilkan kesedihannya.     

"Sayang, maafkan ucapan ayahku tadi, ya." Saga langsung memeluk tubuh Alisa.     

"Tidak apa-apa. Jangan memikirkan hal itu lagi, ya."     

Alisa mengajak sang suami untuk duduk di atas ranjang. Ia pun mulai bermanja-manja dengan Saga. Alisa bersandar di dada bidang milik sang suami dengan nyaman.     

Mereka pun sama-sama terdiam. Saga fokus memandang ke arah depan, sedangkan Alisa tengah melamun.     

"Sayang?"     

"Iya sayang, kenapa?" Alisa mendongakkan wajahnya menatap Saga.     

"Bagaimana kalau kita memberitahukan Lisa pada orang tuaku? Mungkin mereka akan senang."     

"Entahlah. Aku masih belum merasa yakin untuk jujur pada mereka. Nanti saja ya, tunggu waktu yang tepat." Alisa memandang ke arah keranjang sang bayi. Ia belum bisa terbuka pada kedua orang tua Saga.     

Apa pun yang dikatakan oleh Alisa, maka Saga akan menghargainya. Ia pun tak akan memaksa sang istri untuk memberitahukan bayi perempuan mereka pada Bu Angel dan Pak Surya.     

"Ayahmu masih belum bisa untuk menerimaku, sayang. Maka dari itu, aku tak mau memberitahukan Lisa pada mereka."     

"Baik, aku tak akan memaksa. Aku akan tetap mendukung apa pun yang kau inginkan."     

Sang suami tersenyum ke arahnya. Saga memeluk tubuhnya dengan erat. Alisa merasa dihargai sebagai seorang istri, karena Saga begitu memahami dirinya.     

Kemudian, Saga menyuruh Alisa untuk tidur. "Sayang, tidurlah. Aku tak ingin kau begadang."     

"Baiklah. Sebentar lagi, karena aku masih belum mengantuk sama sekali," ujar Alisa.     

Alhasil, Saga makin mendekatkan wajahnya ke wajah Alisa. Embusan napas sang istri terasa begitu hangat saat menyapu wajahnya. Saat itu juga, Saga dengan cepat mencium bibir mungil Alisa. Melumatnya perlahan-lahan.     

Tangan Alisa pun mulai bergerayang di belakang punggung Saga. Pria itu merasakan setiap sentuhan yang Alisa berikan. Saga pelan-pelan mulai menidurkan Alisa di atas ranjang.     

Rambut yang luruh ke mata sang istri, mulai disibak oleh Saga. Hingga, terlihat wajah cantik itu yang membuatnya tak bisa berpaling. Wajah dan senyum yang manis, mampu membuatnya terlena. Kini, suami istri itu merebahkan diri masing-masing. Bertatapan dengan penuh kehangatan.     

Saga menatap Alisa dan begitu sebaliknya. Sang istri mulai menjulurkan tangan dan membelai wajahnya.     

"Aku sangat mencintaimu," ucap Alisa.     

"Aku pun sangat mencintaimu, sayang. Jangan pernah tinggalkan aku, ya." Sang istri mengangguk.     

Saga harus bisa memanjakan Alisa malam ini, karena beberapa hari terakhir ia tak berada di rumah dan harus menginap di rumah sakit. Maka malam ini, ia harus membuat sang istri merasa senang. Saga mencium Alisa bertubi-tubi. Seolah tak bisa berhenti untuk menciumi.     

Malam ini, keduanya sedang dimabuk cinta. Berperang lidah di dalam sana. Alisa membuka mulutnya dan membiarkan lidah Saga masuk lebih dalam lagi. Tangan pria itu juga sedang menggenggam kedua bukit kembar dengan penuh nafsu. Tangan Alisa juga sedang meraba-raba si junior di bawah sana.     

Alisa mendesah pelan pada akhirnya karena Saga terus melumat bibirnya tanpa henti. Sang suami kemudian menindih tubuhnya perlahan. Saga menatap lekat wajah cantik Alisa.     

Makin lama, malam pun semakin larut. Mereka berdua pun semakin dimabuk asmara. Alisa dan Saga bahkan tak mengantuk sama sekali. Dua sejoli itu masih sama-sama nyaman saling bercinta. Untung saja, sang bayi sedang tidur nyenyak.     

Sekarang Saga yakin, kalau sang istri sudah tak merasa sedih lagi. Aura wajah Alisa terpancar kebahagiaan.     

'Setelah kuberi jatah, aku yakin Alisa sudah membaik dan tak sedih lagi.'     

"Ya sudah sayang. Mari kita tidur, sudah larut malam." Saga menyudahi hubungan intimnya bersama dengan sang istri. Alisa ngos-ngosan di sampingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.