Arrogant Husband

Benih Cinta Mulai Tumbuh



Benih Cinta Mulai Tumbuh

0"Kau masih belum berpikir untuk pulang dari sini kan?" tanya Agam pada Reva yang saat ini sedang duduk di ruang tamu.     
0

"Ahh, bagaimana ya? Bukankah aku hanya beberapa hari saja tinggal di sini?"     

"Kau mau tinggal selama apa pun, aku tak akan marah," ujar Agam lagi.     

Kini, hubungan keduanya makin tambah dekat. Baik Agam ataupun Reva, saling merasa nyaman. Bahkan wanita itu tak mengingat Saga lagi.     

Reva ingin selalu berada di rumah ini, tapi ia merasa tak enak dengan Agam. Ia sudah berjanji, bahwa hanya tinggal beberapa hari saja. Sungguh, Reva tak ingin pulang ke rumah dan harus berhadapan dengan Joseph lagi. Pria itu pasti selalu mencari keberadaannya.     

Reva tertunduk dan tak ingin menatap mata Agam. Ternyata, pria sederhana di depannya saat ini perlahan mulai mengubah hidupnya.     

"Va, kau tidurlah. Sudah larut malam, jangan begadang ya." Agam menyuruh Reva tidur karena sudah larut malam.     

Pria itu akan tetap tidur di ruang tamu, sedangkan Reva di dalam kamar. Wanita itu merasa tak enak pada Agam, yang setiap malam harus tidur di luar.     

"Aku ingin kau tidur di kamar bersamaku, Gam. Aku yang akan tidur di lantai, kau yang berada di ranjang," ujar Reva.     

"Tak bisa, Va. Aku tetap di sini. Kau masuklah ke dalam kamar, lalu tidur."     

Agam tak akan membiarkan Reva tidur di luar, karena di sini banyak nyamuk. Ia rela kalau harus tidur di sini setiap hari. Alhasil, wanita itu menurut dengan ucapannya.     

Kemudian, Reva melangkah menuju ke kamar dan membiarkan Agam sendirian di ruang tamu. Pria itu tak ingin berdua di kamar bersamanya. Ini yang membuat Reva tak enak, kalau harus berlama-lama tinggal di sini.     

"Kau terlalu baik padaku, Gam. Aku merasa tak enak kalau melihatmu seperti ini." Agam sangat memperlakukan Reva layaknya seorang ratu. Selalu menomor satukannya.     

Saat wanita itu sudah masuk ke dalam kamar, Agam pun tersenyum. Ia rela, kalau tidur di sini dalam waktu yang cukup lama. Agam tak rela kalau Reva harus kembali ke rumah asalnya. Dirinya sudah merasa nyaman tinggal bersama dengan wanita itu.     

"A–aku mulai mencintainya. Ya Tuhan, semoga saja Reva tak cepat pulang ke rumahnya. Aku masih sangat ingin dia tinggal di sini lebih lama lagi." Agam memohon pada Tuhan, agar wanita itu berada di sini.     

Awalnya tak saling kenal satu sama lain, makin ke sini, Agam semakin menyukai Reva. Entah apa yang dirasakan oleh wanita itu sekarang. Apakah Reva juga mulai menyukainya atau tidak. Ia berharap cintanya tak akan bertepuk sebelah tangan.     

Malam pun semakin larut. Namun, Agam masih tak bisa tidur. Ia terus memikirkan Reva. Baru pertama kali, seluruh isi pikirannya tertuju pada seorang wanita. Dan, baru kali ini pula Agam merasakan jatuh cinta. Sebelumnya, ia tak pernah tertarik pada wanita mana pun. Padahal dirinya terlihat tampan dan menarik perhatian wanita lain.     

Wajah Reva selalu terbayang di dalam pikiran. Agam tersenyum-senyum sendiri saat mengingat makan berdua bersama dengan Reva. Wanita itu mau makan ala kadarnya.     

"Reva, aku mulai jatuh cinta padamu. Semoga saja rasaku ini tak bertepuk sebelah tangan."     

***     

Di dalam kamar, Reva juga masih belum bisa tidur dengan nyenyak. Entah kenapa, pikirannya tertuju pada Agam. Pria itu akhir-akhir ini yang mengisi seluruh isi kepalanya.     

"Kenapa ya? Jadi memikirkan Agam terus akhir-akhir ini? Apa aku mulai jatuh cinta padanya?" tanyanya pada diri sendiri.     

Wanita yang masih berusia dua puluh tiga tahunan itu kini merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Saat ini pun, Reva masih memikirkan Agam. Bagaimana kebaikan pria itu padanya. Agam menomor satukannya dan selalu bertanya apakah dirinya sudah makan.     

Walaupun pekerjaan Agam belum mapan, tapi pria itu sangat bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan. Agam tak pernah bolos bekerja sekalipun. Pria itu memang sungguh-sungguh dalam mencari uang.     

"Berat rasanya untuk kembali lagi ke rumah. Aku sudah sangat nyaman berada di sini. Kalau aku pulang, Joseph pasti akan menyakitiku lagi."     

Reva tak mau bertemu dengan Joseph lagi. Pria itu selalu memaksanya untuk bercinta. Keras kepala dan bersikap egois. Ia sangat tak suka pada Joseph. Padahal Reva berkali-kali mengingatkan untuk menjauh dari sisinya. Rupanya pria itu bebal.     

Padahal pria incarannya selama ini adalah Saga. Namun, sekarang rasa untuk memilikinya telah perlahan menghilang. Bahkan, Reva tak gencar lagi untuk mendapatkan Saga kembali. Ini semua karena Agam.     

Guling pun jadi incaran pelukannya Reva. Seolah membayangkan tengah memeluk tubuh Agam. Ya, Reva mulai jatuh cinta padanya. Pada seorang pria yang hidupnya sederhana dan jauh dari kata kemewahan. Namun, yang terpenting adalah rasa nyaman.     

"Aku tak ingin pulang dari sini. Aku masih betah berlama-lama bersama dengan Agam," ujarnya sambil tersenyum sendiri. Pipinya tengah merona merah.     

Rasa kantuk pun mulai menyerang. Reva beberapa kali terlihat menguap. Ia pun segera mengambil posisi senyaman mungkin untuk tidur. Besok pagi, ia akan bangun lebih awal untuk menyiapkan makanan untuk Agam.     

***     

Alisa terbangun tengah malam karena mendengar suara tangisan sang bayi. Ia pun segera bangkit dari tempat tidur dan melihat keadaan Lisa. Bayi perempuannya menangis kencang dan menyebabkan Saga juga ikut terbangun.     

Pria itu menghampiri sang istri. Alisa meminta tolong padanya untuk menggendong sang anak sebentar.     

"Sayang, tolong pegang Lisa ya. Aku mau membuatkan susu untuknya dulu."     

Saga menimang-nimang bayinya dengan rasa sayang. Alisa fokus untuk membuatkan susu.     

"Sayang, jangan nangis ya. Ada ayah di sini. Ibu lagi buatin susu untukmu."     

Tangisan Lisa pun tak kencang lagi seperti di awal. Alisa dengan segera memberikan susu formula pada bayi perempuannya.     

Lisa mengedot susunya dengan cepat. Sang bayi merasa sangat haus dan lapar. Alisa tersenyum, begitu pula dengan Saga.     

"Dia haus dan lapar," ucap Saga.     

"Iya sayang."     

"Apakah tidurmu terganggu sayang?" tanya Saga.     

"Tentu saja tidak. Aku tak merasa terganggu sama sekali. Aku akan selalu siap sedia untuk bayi kita."     

Perlahan-lahan, Lisa sudah mulai tertidur kembali. Susu formula pun tersisa sedikit lagi. Alisa menyuruh sang suami untuk lebih dulu melanjutkan tidur.     

"Sayang, tidurlah kembali. Sebentar lagi, Lisa juga akan tidur. Aku akan menyusul sebentar lagi."     

Pria itu pun naik ke atas ranjang lebih dulu. Saga merebahkan tubuhnya dan perlahan memejamkan kedua mata. Melihat sang suami sudah mulai terlelap, dengan perlahan Alisa membaringkan tubuh bayinya ke dalam keranjang. Ia pun segera menyusul Saga.     

Alisa menikmati perannya sebagai ibu dari bayi itu. Meskipun bukan anak kandungnya, tapi Alisa merasa sangat senang karena bisa mengasuh Lisa dengan baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.