Arrogant Husband

Permintaan Maaf Dari Reva



Permintaan Maaf Dari Reva

Alisa marah pada Saga karena membawa Reva ke rumah sakit. Wanita yang telah jahat padanya, hingga menyebabkan Alisa mengalami keguguran. Namun, sang suami malah menyuruhnya untuk tetap diam.     

Suami istri itu adu mulut di depan ruangan rawat inap. Alisa tak suka, kalau Saga malah bersikap baik dengan Reva. Ia tak mau, kalau kebaikan suaminya dimanfaatkan dengan mudah.     

"Sayang, tenanglah! Aku mohon kau tenang!" ujar Saga.     

"Bagaimana aku bisa tenang, hah?! Kau menolong wanita yang telah menyebabkan aku mengalami keguguran! Dan, saat ini kau malah menyuruh istrimu sendiri untuk diam?" Mata Alisa melotot tajam ke arah Saga. Ia tak terima kalau sang suami lebih membela wanita lain.     

Pikiran Alisa sudah tak karuan. Ia berpikiran negatif, bahwa Saga masih menyimpan rasa pada Reva.     

"Tadi aku melihatnya di tengah jalan dalam keadaan yang seperti itu. Ia pingsan dan langsung aku tolong," ujar Saga agar sang istri percaya dengan ucapannya.     

"Jangan-jangan kau masih menyimpan rasa dengan Reva? Bukan begitu?" tanya Alisa yang merasa cemburu. Bibirnya monyong tak karuan.     

Saga merasa senang, karena Alisa cemburu padanya. Cemburu merupakan bukti tanda sayang. Ia pun langsung memeluk tubuh sang istri, tapi Alisa berusaha untuk berontak. Namun, Saga tetap memeluk dan menenangkannya.     

"Aku tidak ada rasa lagi dengan Reva. Aku berani bersumpah padamu atas nama Tuhan. Sejak kau hadir dalam hatiku, tak ada wanita lain lagi yang singgah. Hanya kau saja." Saga masih memeluk erat tubuh Alisa.     

"Benarkah begitu?" tanya Alisa yang merasa ragu.     

"Demi Tuhan, aku tak punya rasa lagi pada Reva."     

Alisa terpaksa meninggalkan sang anak di dalam rumah, karena mendapat telepon dari Saga untuk kemari. Sang suami langsung menghubunginya saat membawa Reva ke rumah sakit.     

"Aku menolongnya karena rasa kasihan saja. Dia pingsan di tengah jalan. Aku tak tega."     

"Tapi, dia kan–" Ucapan Alisa terpotong.     

"Aku tahu, dialah penyebab anak kita meninggal. Kau tak usah khawatir, biar Tuhan saja yang membalas semua perlakuannya. Kita sebagai manusia harus saling tolong-menolong kan?"     

Perasaan Saga juga tak kalah kecewa karena hal ini. Tentu saja, ia masih marah pada Reva. Namun, hati nuraninya berkata lain dan ingin menolong wanita itu yang tengah pingsan. Mendengar penjelasan dari Saga, akhirnya Alisa mengerti. Ia pun langsung minta maaf pada sang suami, karena sudah berpikiran yang tidak-tidak.     

Suami istri itu langsung bermaafan. "Maafkan aku karena telah menuduhmu yang tidak-tidak."     

Saga menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa. Lupakan saja, ya."     

Saga pun mengajak sang istri untuk masuk ke dalam, menemui Reva sebentar saja. Setelah itu, mereka berdua akan langsung pulang dari sini. Pria itu mematuhi ucapan Alisa untuk segera pulang.     

Setelah mereka berdua masuk ke dalam, tiba-tiba saja Reva mulai membuka ke dua matanya. Wanita itu terkejut dengan mereka berdua. Reva berusaha untuk bangkit dari brankar.     

"Saga, Alisa," lirih Reva. "Jadi, kalian yang menolongku tadi?"     

Alisa tak ingin menjawab ucapan Reva sepatah kata pun. Ia lebih memilih untuk membuang muka. Namun, Saga sepertinya ingin menjawab.     

"Iya. Kau tadi pingsan di tengah jalan. Ada apa sebenarnya?" tanya Saga lagi.     

Reva menundukkan kepala. Ia terlihat sedih saat harus menceritakan hal ini. Ia merasa malu pada mereka berdua yang telah menolongnya. Mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untuk meminta maaf pada Saga dan juga Alisa.     

"Aku dikejar-kejar oleh Joseph. Aku tak mau, kalau harus melayaninya di semak-semak."     

Mendengar penjelasan Reva, membuat Alisa menatap ke arahnya. Ia ingin mendengar lebih detail lagi.     

Reva pun menceritakan tentang Agam, kekasih barunya itu pada mereka berdua. Bahwa saat ini, Agam tak bisa ditemukan sama sekali. Ia takut, kalau Joseph di balik ini semua.     

"Aku baru beberapa hari menjalin hubungan dengan pria bernama Agam, tapi sepertinya Joseph tak setuju. Entah ke mana sekarang Agam dibawa olehnya."     

"Alisa ... aku sungguh menyesal dan ingin meminta maaf kepadamu. Dan, kau juga, Ga. Aku ingin minta maaf pada kalian berdua dengan tulus," ujar Reva lagi.     

Suami istri itu saling pandang. Jujur saja, Alisa masih belum mau memaafkan kesalahan Reva, begitu pula dengan Saga, atas semua yang telah terjadi.     

"Aku ingin berkata terus terang dengan kalian berdua. Bahwa bukan aku pelakunya yang membunuh bayi kalian, melainkan Joseph. Ia sengaja menaruh racun ke dalam makanan Alisa, berpura-pura menjadi seorang tukang paket."     

Alisa sontak menutup mulutnya karena tak percaya dengan semua ini. Saga pun langsung menampar kepalanya sendiri berkali-kali. Pria itu sangat emosi sekarang.     

"A–apakah kau berkata jujur, Va?! Kalau kau hanya mengarang cerita seperti ini, aku tak akan segan untuk membunuhmu sekarang juga!"     

"Aku berani bersumpah, Ga. Bukan aku. Tapi, Joseph!"     

Mendengar semua yang telah diucapkan oleh Reva, Saga langsung ke luar dari ruangan inap ini dengan emosi yang membara. Alisa tak bisa menahan kepergian sang suami. Ia tahu, keadaan Saga sekarang amat sakit.     

Mata Alisa pun langsung mendelik tajam ke arah Reva. Ia masih tak senang melihat wanita itu di sini.     

"Kau ... awas saja sampai berbohong! Aku tak akan tinggal diam!"     

"Aku berkata terus terang! Bukan aku orangnya yang telah membunuh bayi kalian! Tapi temannya Saga sendiri." Reva berusaha untuk membela dirinya sendiri.     

"Kau sama jahatnya dengan pria itu, jadi apa bedanya kalian?!" sindir Alisa masih menatap Reva dengan tajam.     

"Tapi, aku tak mungkin membunuh seoran bayi yang masih berada dalam kandungan. Kau harus ingat itu!" balas Reva.     

Alisa tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia masih syok dengan perkataan Reva ini.     

"Lagi pula, aku telah sadar sepenuhnya. Aku berjanji, tak akan pernah mengusik Saga dan rumah tangga kalian berdua," ucapnya.     

Reva telah menemukan tambatan hati, maka dari itu ia tak akan lagi mengganggu Saga dan juga rumah tangga pria itu. Ia bertobat dan meminta maaf pada mereka. Perlahan-lahan, Reva mulai meraih tangan Alisa.     

"Aku mohon, tolong maafkan aku, Alisa. Aku sudah sadar dan berjanji tak akan mengganggu hubungan pernikahan kalian lagi. Aku mohon." Reva lantas menitikkan air mata. Ia sudah menyesal sepenuhnya atas semua perbuatan yang telah ia lakukan.     

Alisa yang tak tegaan, pada akhirnya bersedia untuk memaafkan kesalahan Reva. Wanita itu sudah ikhlas karena telah kehilangan sang.     

"Baiklah. Kau sudah kumaafkan, Va. Tapi, tolong jangan diulang kembali, ya."     

"Tentu, Sa. Aku tak akan pernah mengulangi hal itu lagi. Karena aku sudah mempunyai Agam. Aku merasa nyaman di dekatnya, sama seperti saat dengan Saga dulu."     

Mereka berdua sama-sama saling tersenyum. Perlahan-lahan, Alisa akan melupakan segala kesalahan yang sudah Reva perbuat padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.