Arrogant Husband

Semoga Saja



Semoga Saja

0Setelah Reva berterus terang pada Alisa dan Saga, ia pun jadi merasa sedikit lega. Ia mengaku salah atas perbuatannya. Syukurlah, mereka berdua mau memaafkannya. Lantas, Reva meraih tangan Alisa.     
0

"Terima kasih banyak karena sudah mau memaafkan kesalahanku, Sa. Saga tak salah pilih dirimu untuk menjadi pendamping hidup," ujar Reva.     

"Iya. Tapi, aku berharap padamu agar tak mengulangi itu lagi."     

"Iya, Sa. Aku mengerti."     

Mereka berdua masih terlihat canggung. Alisa pun tak banyak bicara lagi setelahnya. Reva kembali lagi merebahkan diri di atas brankar. Alisa tak bisa lama-lama berada di rumah sakit ini karena mencemaskan sang anak di rumah. Namun, ia juga tak enak kalau harus meninggalkan Reva seorang diri di sini.     

Alisa tersenyum singkat saat bertatapan dengan Reva. Memang tidak mudah untuk akrab dengannya, tapi Alisa akan mencoba. Lagi pula mereka sudah berbaikan satu sama lain.     

Reva ingin sekali memulai obrolan bersama dengan Alisa, tapi rasanya sungkan sekali. Ia masih belum terbiasa dalam situasi seperti ini. Lagi pula, dirinya sering berbuat jahat pada wanita di depannya. Rasa malu dan bersalah masih menyelimutinya.     

"Sa, aku mau pulang ke rumah. Bisa kau mengantarku?"     

"Tapi, keadaanmu masih belum sepenuhnya pulih. Nanti saja, ya. Pulihkan dulu kondisimu itu," balas Alisa.     

"Aku sudah tidak apa-apa lagi, Sa. Biarkan aku pulang dari sini, ya. Aku minta tolong padamu."     

Akhirnya, Alisa mau menolong Reva untuk mengantar pulang ke rumah. Ia pun ingin ke luar sebentar karena hendak mengurus biaya administrasi rumah sakit. Reva pun menunggunya sebentar di sini.     

"Aku merasa tak enak dengan Alisa dan juga Saga. Mereka berdua bersikap baik padaku. Tapi, aku selalu jahat dengan mereka berdua." Reva sungguh menyesali segala perbuatannya waktu dulu. Ia berjanji tak akan pernah mengulangi hal itu lagi. Apa lagi sampai membuat orang lain merasa dirugikan.     

Reva sekarang tak ingin lagi mengejar Saga. Ia sudah ikhlas dan membiarkannya hidup bahagia bersama dengan Alisa. Reva hanya fokus dengan Agam saja dan tak akan berpaling lagi. Baginya, Agam adalah sosok pria yang baik dan sederhana. Juga mampu menyadarkan dirinya dan mengubahnya lebih baik.     

Tak berselang lama, Alisa sudah kembali ke dalam ruang inap. Ia segera membantu Reva untuk berdiri.     

"Kau boleh pulang sekarang, Va."     

Mereka berdua berjalan perlahan sambil menyusuri lorong rumah sakit. Kemudian, Alisa akan menghubungi Anton untuk menjemputnya di sini. Alisa dan Reva sudah berada di depan rumah sakit.     

Alisa menyuruh Reva untuk bersabar sebentar karena harus menunggu jemputan dari Anton. Sesuai dengan perintah Saga, ia harus bersama dengan Anton kalau ke luar rumah.     

Dua wanita yang kini duduk di sebuah kursi panjang, terus menatap ke arah jalan. Reva dan juga Alisa sedang menunggu jemputan. Mungkin sebentar lagi, Anton akan segera datang.     

Tak sampai lima belas menit mereka menunggu, akhirnya Anton datang juga menjemput mereka berdua. Pria itu cukup terkejut karena melihat Reva bersama dengan sang Nyonya.     

"Nyonya, kenapa dia ada di sini?" tanya Anton tak suka.     

"Kau akan mengantarkannya pulang ke rumah."     

Anton tampak terdiam. Ia tak suka dengan Reva, karena merupakan sosok wanita yang jahat. Namun, apa boleh buat karena itu suruhan dari Alisa.     

"Baiklah, Nyonya." Anton langsung membukakan pintu mobil untuk Alisa.     

Mereka semua sudah masuk ke mobil dan bersiap untuk segera berangkat. Reva langsung memberikan alamat tujuan pada Anton. Pria itu kemudian tancap gas menuju ke tujuannya.     

***     

Beberapa saat kemudian, mobil Anton sudah sampai di depan rumah Reva. Pria itu tak suka sama sekali karena mengantarkan Reva pulang kemari.     

"Alisa terima kasih banyak, ya, karena sudah mengantarkanku pulang." Reva tersenyum sambil menatap ke arah Anton yang duduk di kursi kemudi.     

"Iya, sama-sama."     

Reva ke luar dari mobil dan menatap Alisa yang berada di dalam. Ia pun melambaikan tangan. Wanita itu sudah baik padanya. Reva tak akan pernah melupakan kebaikan Alisa.     

Setelah mengantar Reva pulang, maka Alisa pun akan kembali lagi ke rumah untuk menemani sang anak. Anton segera melajukan mobilnya untuk menuju ke rumah.     

"Nyonya, bolehkan saya bertanya?"     

"Tentu saja boleh. Tanyakan saja."     

"Kenapa Nyonya mau berteman dengan wanita itu? Dia kan sudah jahat sekali dengan Nyonya dan Tuan? Bahkan selalu saja berusaha untuk memisahkan kalian."     

"Reva sudah berubah. Aku bisa merasakan hal itu. Dia berjanji untuk tak mengulangi kesalahan yang sama lagi." Senyuman Alisa sangat manis, hingga membuat Anton merasa sedikit lega.     

"Semoga saja itu benar, Nyonya."     

***     

Alisa sudah tiba di rumah. Ia segera menghampiri sang anak yang ada di dalam kamar. Rasa rindunya selalu membuncah ketika sedikit saja tak melihat wajah mungil Lisa. Kini, mereka berdua tak dapat dipisahkan satu sama lain.     

"Maafkan ibu ya, terlalu lama meninggalkanmu sendirian di sini," ujar Alisa sambil menggendong sang anak.     

Bayi mungil itu terbangun. Alisa menimang-nimangnya dengan penuh kasih sayang dan perasaan cinta kasih. Bayi itu sama sekali tak rewel. Alisa mengajaknya bermain sebentar.     

Alisa meletakkan tubuh mungil bayi perempuannya di atas ranjang. Ia mengambil sebuah mainan anak dan memperlihatkannya pada Lisa. Wanita itu sangat senang melihat tumbuh kembang Lisa.     

Di saat Alisa bermain bersama dengan bayinya, tiba-tiba saja Saga menelepon. Ia lupa untuk memberi kabar pada sang suami, bahwa saat ini sudah berada di rumah. Tentu saja, Saga pasti khawatir.     

"Sayang, apa kau sudah berada di rumah?" tanya Saga setelah teleponnya diangkat.     

"Iya sayang. Aku sudah berada di rumah. Maaf aku lupa untuk memberi kabar padamu. Reva juga sudah diantar pulang."     

Embusan napas Saga terdengar lewat telepon.     

"Sayang, kau kenapa? Apa terjadi sesuatu?" Alisa khawatir dengan keadaan suaminya.     

"Tidak sayang. Tidak terjadi apa-apa di sini. Aku hanya mencemaskanmu saja."     

"Baiklah. Cepatlah pulang, kami berdua sangat merindukanmu."     

Kemudian, Saga meminta izin untuk menutup teleponnya. Sebentar lagi, pria itu akan pulang ke rumah dan menemui mereka berdua.     

"Aku tutup dulu teleponnya, ya," ucap Saga.     

Alisa meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Ia kembali fokus untuk bermain bersama Lisa, sambil menunggu kepulangan Saga. Pikirannya tentang Reva kemudian sedikit terlintas. Alisa berharap, bahwa wanita itu sudah menyadari semua kesalahannya dan tak akan pernah mengulangi hal yang sama.     

Apa yang pernah dilakukan oleh Reva padanya, amat sangat menyakitkan. Wanita itu rela melakukan segala cara untuk menghancurkannya. Namun, Alisa merasa bersyukur karena perlahan-lahan, semua orang yang dulu pernah berbuat jahat padanya, berubah menjadi baik. Mulai dari Bu Angel, lalu Reva.     

"Semoga saja, semua orang yang kusayangi akan damai selamanya seperti ini. Keluargaku akan selalu harmonis."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.