Arrogant Husband

Tubuhku Milikmu



Tubuhku Milikmu

0'Suara wanita?'     
0

Sedari tadi, Alisa hanya tertegun. Nasi goreng yang ada di hadapannya kini sudah tersaji dengan hangat. Rasa laparnya pun tiba-tiba menghilang.     

"Siapa dia?" tanya Alisa dengan nada pelan. Namun, ia tak mau berpikiran yang tidak-tidak terlebih dahulu. Dirinya tak mungkin meminta penjelasan pada Saga saat pria itu pulang bekerja nanti.     

Rasanya aneh. Pantaskah ia begini? Apakah Alisa cemburu? Dirinya mulai menyukai pria itu?     

"Ahhhh!" Dirinya mengacak-ngacak rambutnya sendiri, hingga para pelayan keluar dari dapur menuju meja makan hanya untuk melihat Alisa.     

Karena kegaduhan yang Alisa buat dengan berteriak, membuat para pelayan datang menghampirinya. Alisa pun meminta maaf pada mereka semua dan menyuruh para pelayan untuk kembali lagi ke dapur. Ia pun lantas menyuapkan nasi goreng itu masuk ke mulutnya.     

Alisa menggeleng dengan kuat. Tak mungkin ia menyukai pria itu. Tak mungkin! Alisa tak pernah mencintainya sama sekali. Kenapa juga ia harus cemburu dan bertanya-tanya siapa wanita yang sudah menjawab panggilannya tadi. Biarlah Saga dengan wanita lain. Dirinya tak pernah peduli sama sekali dengan pria itu.     

Dengan cepat, ia habiskan nasi goreng yang ada di piring. Alisa ingin sehabis ini langsung ke kamar saja. Pakaian yang ia kenakan membuatnya agak sedikit risih, sekaligus dirinya merasa malu kalau harus berlama-lama keluar dari kamar. Namun, tiba-tiba datanglah seorang pria ke hadapannya.     

"Nyonya, ini ada titipan dari Tuan," ujar salah satu anak buah dari Saga. Pria itu menyodorkan sebuah bingkisan ke hadapan Alisa.     

"Terima kasih, kau boleh pergi," balasnya. Alisa segera meraih bingkisan itu dan ia pun membukanya.     

Wanita itu terkejut dengan isi bingkisan tersebut. Gaun berukuran mini dengan warna hijau army, membuatnya merasa senang. Ia pun meraih gaun itu dari dalam bingkisan. Mencoba mencocokkannya ke badan. Alisa jadi geleng-geleng kepala, merasa tak menyangka dengan ulah Saga. Pria itu membuatnya tak menyangka sama sekali.     

Gaun itu ia masukkan kembali ke dalam bingkisan tersebut. Sehabis makan, dirinya akan memakai ini. Pasti akan terasa sangat cantik kalau ia memakai gaun ini.     

"Saga ... Saga ...." Alisa geleng-geleng kepala.     

Tanpa sadar, Alisa tengah memikirkan Saga. Wanita itu tersenyum sambil memegangi bingkisan itu. Namun, sepersekian detik, ia pun akhirnya tersadar karena sudah memikirkan pria itu. Segera dirinya enyahkan Saga dari dalam pikiran. Apa pun, kebaikan yang pria itu lakukan padanya, tak akan pernah mengubah segalanya, bahwa Saga sudah mengambil kesuciannya sejak awal.     

Nasi goreng yang ada di piringnya tersisa beberapa sendok lagi. Namun, tak Alisa habiskan, ia malah melangkah menuju ke atas kamar. Alisa menaikkan sedikit baju daster itu, yang dirasa cukup mengganggu langkahnya.     

Sepanjang jalan, Alisa terus mengangkat dasternya dan menapaki anak tangga satu per satu hingga sampai ke kamarnya. Wanita itu lekas berganti pakaian dan mengunci pintu kamar sebelum ada yang masuk.     

Alisa mulai melepaskan baju daster dan melemparnya ke atas ranjang. Hingga menyisakan bra dan celana dalamnya saja yang berwarna hitam, berenda-renda. Kulit putih mulusnya yang sintal, menambah kesan seksi dan agak montok. Mata Alisa juga tengah memandangi bercak-bercak merah yang banyak di bagian dada.     

Saga telah memberikan cupang di tubuhnya. Beruntung, Alisa turun ke bawah tadi mengenakan baju daster, yang mampu menutupi bagian tubuh atasnya.     

"Cupang ini ... ciuman ini ... rasanya begitu manis," ucap Alisa yang tak sadar menggigit bibir bagian bawah. Ia merentangkan kedua tangannya, lalu mendekapkan tangannya ke tubuhnya sendiri.     

Malam tadi, mereka sama-sama bergairah dalam gelora cinta. Rasanya, seperti pertama kali melakukan dan sama-sama merasa keenakan.     

Namun, Alisa masih belum menerima Saga sepenuhnya. Ia masih ingat awal-awal pertemuannya dengan pria itu yang terkesan buruk. Alisa pun melangkah menuju ke cermin besar. Di sana ia berdiri dan terus menatap tubuhnya sendiri yang hanya terlindungi celana dalam dan bra saja. Tubuhnya masih belum tertutupi dengan gaun pemberian Saga.     

"Tubuhku sekarang adalah milik Saga," ucapnya sambil menatap ke arah cermin. "Namun, aku masih belum bisa menerimanya dengan setulus hati."     

"Dia suamiku sekarang. Dan, aku akan berbakti padanya," ucap Alisa kemudian.     

Alisa mengingat janji pernikahannya waktu di gereja itu. Ia dan Saga sama-sama berjanji di hadapan Tuhan, untuk selalu bersama sampai akhir hayat. Saling menerima keadaan, suka mau pun duka.     

"Tubuhku sekarang adalah milikmu."     

Mulai dari sekarang, ia akan menjadi seorang istri yang baik untuk Saga. Walau pun di lubuk hati terdalam, masih belum bisa menerima cinta pria itu. Namun, Alisa akan mencobanya dan belajar untuk mencintai Saga.     

Masih dalam keadaan yang agak telanjang, Alisa pun meraih bingkisan yang di dalamnya ada gaun pemberian dari Saga. Ia merentangkan gaun itu dan segera memakainya. Kini, tubuhnya sudah terbalut dengan gaun mini, yang ukurannya di atas paha.     

Wanita itu membolak-balikkan tubuhnya sendiri menghadap ke cermin. Gaun yang ia kenakan ternyata sangat bagus. Saga ternyata pandai memilihkannya.     

"Lebih baik aku memakai gaun ini, dari pada lingerie atau daster," keluh Alisa sambil memonyongkan bibirnya.     

Langkah kakinya membawa ia menuju ke ranjang. Alisa pun merebahkan diri di sana. Dengan posisi telentang, ia menatap ke langit-langit kamar. Matanya bergerak ke kanan dan kiri. Dirinya masih tak menyangka, dengan pernikahan ini. Alisa sudah sah menjadi istri Saga, bos besar di sebuah perusahaan.     

Bukankah mempunyai suami seorang bos besar merupakan impian setiap wanita? Namun, ternyata tidak bagi Alisa. Ia masih belum bisa menerima cinta Saga sepenuhnya. Ia mau melakukan hubungan intim, itu pun karena sudah merupakan kewajibannya sebagai seorang istri. Hatinya masih teriris perih. Sampai kapan Alisa bisa menerima pernikahan ini? Apakah pernikahannya akan bertahan lama dengan Saga, ataukah hanya akan bertahan sebentar saja?     

Alisa meraba-raba seprai tempat tidur dan meremasnya. Ranjang ini merupakan saksi bisu, di mana antara dirinya dan Saga telah bercinta dan menyalurkan hasrat masing-masing. Berhubungan intim antara sepasang suami istri.     

"Ya Tuhan, sampai kapan ini harus terjadi? Aku masih belum bisa membuka hati untuk Saga. Apakah aku akan bisa mencintainya nanti?" ujar Alisa yang dilanda kebingungan.     

Namun, ia juga merasa kehangatan yang begitu luar biasa dari Saga. Waktu si junior Saga terbenam ke dalam intinya, dan saat itulah Alisa merasakan sesuatu yang dahsyat. Wanita itu tak mungkin bisa menolak dengan kehangatan itu. Saat ia merasakan pelukan hangat dari Saga, kecupan manis dari pria itu, membuatnya terlena.     

Saga benar-benar bisa memanjakannya dengan baik. Maka dari itu, Alisa tak bisa menolaknya. Apakah dari sini nanti, ia akan mulai membuka hati untuk sang suami?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.