Arrogant Husband

Perhiasan Untuk Alisa



Perhiasan Untuk Alisa

0Ternyata Alisa mematuhi ucapannya agar berada di dalam kamar saja. Wanita itu kini tertidur pulas. Saga masih menyembunyikan sebuah hadiah di belakang punggung. Ia pun mendekati sang istri di ranjang.     
0

Saga mendekatkan wajahnya ke telinga Alisa. Embusan napasnya begitu terasa, hingga membuat sang istri terbangun. Alisa kaget mendapati Saga sudah berada dalam jarak sedekat ini.     

"Istriku yang cantik sudah bangun," ujar Saga.     

"Kau sudah pulang rupanya."     

"Iya. Dan, aku membawakan sesuatu untukmu." Kotak set perhiasan itu masih tersembunyi di belakang punggung Saga. Alisa pun bangkit untuk duduk.     

"Tutup mata," perintah sang suami. Alisa kemudian menurut saja. Ia sudah menutup kedua matanya.     

Pria itu mulai mengeluarkan kotak berwarna merah hati ke hadapan Alisa. Tak lama, Saga menyuruh Alisa untuk membuka kedua matanya. Wanita itu dengan perlahan membuka mata dan terkejut dengan sebuah kotak yang ada di depannya.     

"Apa ini?" tanya Alisa.     

"Untukmu." Sambil menyerahkan kotak berwarna merah hati itu pada sang istri. "Bukalah ...." Alisa pun menerima kotak tersebut.     

Sang istri membuka kotak itu dan terkejut bukan main. Matanya terbuka lebar dan sebelah tangan refleks menutup mulut. Saga melihat reaksi Alisa yang menyukai benda tersebut.     

"Kau suka?" Saga bertanya pada Alisa. Wanita itu mengangguk-angguk dengan cepat.     

Di dalam kotak tersebut berisikan sebuah kalung, cincin, dan gelang. Saga meraih kalung itu dan hendak memakaikannya ke leher sang istri. Alisa meraup rambutnya dan menaikkan sedikit agar Saga bisa memakaikan kalung tersebut ke lehernya.     

Kini, kalung itu sudah terpasang dengan cantik di leher Alisa. Alisa meraih buah kalung berbentuk love dan mengusapnya perlahan. Saga mengambil lagi gelang yang ada di kotak tersebut dan akan memakaikannya lagi pada sang istri.     

Saga meraih tangan Alisa yang putih bersih itu dan mengenakan sebuah gelang emas di tangannya. Wanita itu senang mendapatkan kejutan seperti ini.     

"Kau sangat cantik," ucap Saga seraya mendekat dan berbisik ke telinga Alisa. Ia lalu membenarkan rambut sang istri yang terjuntai.     

Dan, terakhir Saga akan memberikan sebuah cincin ke jari manis Alisa. Namun, wanita itu menolaknya.     

"Kenapa?"     

"Kalau kau menyematkan cincin emas ini ke jari manisku. Apakah cincin pernikahan kita akan dilepaskan begitu saja?"     

"Aku tidak bilang begitu, sayang." Saga hampir tertawa melihatnya. Cincin pernikahan Alisa sudah tersemat di jari manis tangan kiri. "Kan bisa kupakaikan di tangan kananmu."     

"Aku tidak terbiasa memakai cincin di sebelah kanan."     

"Mulai sekarang kau akan terbiasa." Saga tetap memakaikan cincin itu ke jari manis sebelah kanan. Alisa hanya diam saja dan tak menolak apa-apa.     

Kini, kalung, gelang, dan cincin sudah melekat di tubuh Alisa. Membuat wanita itu jadi bertambah cantik. Wajah Alisa semringah mendapatkan hadiah seperti ini.     

"Apa kau sudah makan siang?" tanya Saga pada sang istri.     

"Belum. Aku belum makan."     

"Kenapa? Apa mau makan di luar rumah?" Hanya gelengan kepala dari Alisa sebagai respons, bahwa dirinya tak mau makan di luar. Saga pun langsung menggendong Alisa dengan gaya bridal. Sang istri terpekik. Saga menuju ke luar kamar dan membawa sang istri ke dapur. Dengan perlahan, ia membawa istrinya menuruni anak tangga.     

Alisa minta diturunkan, tapi Saga menolak. Pria itu masih terus menggendongnya hingga sampai ke meja makan. Alisa sedikit mengomel, tapi Saga tak peduli. Ia langsung meminta pada para pelayan untuk menyiapkan makan siang.     

"Besok aku mungkin akan lembur kerja. Jadi, pulang agak malam. Tidak apa-apa kan?"     

Namun, Alisa masih merajuk karena Saga tak mengindahkan ucapannya tadi. Merasa dihiraukan, Saga bangkit dari duduk dan mendekati sang istri. Ia berniat akan menggoda istrinya itu. Mata Alisa mendelik tajam.     

Cup!     

Satu kecupan mendarat mulus di pipi Alisa. Saga mencuri kesempatan itu dalam waktu secepat kilat. Alisa yang tadinya ingin marah, tapi tak jadi karena perlakuan manis dari sang suami. Mereka berdua pun jadi saling pandang.     

Tiba-tiba, datanglah para pelayan membawakan makanan untuk mereka. Saga berhenti untuk menggoda Alisa. Pria itu kini kembali duduk di kursinya semula. Saat Saga hendak menyendokkan nasi ke dalam piring, Alisa melarangnya.     

"Biar aku saja." Alisa meraih piring Saga dan menyendokkan nasi beserta dengan lauk pauk. Setelah itu, Alisa menyodorkan piring tersebut pada sang suami.     

Alisa dan Saga pun makan siang bersama di rumah. Sesekali pria itu melirik sang istri yang sedang menyuapkan nasi. Bagi Saga, Alisa sedang makan seperti ini saja sudah terlihat cantik, apalagi saat wanita itu bergelut dengannya di atas ranjang. Pikiran Saga mulai ke mana-mana. Ia jadi tak sabar lagi ingin bermain dengan sang istri nanti.     

Ia yakin, Alisa tak akan pernah menolak keinginannya lagi, karena sang istri juga ketagihan untuk berhubungan badan. Apalagi saat ini, Alisa sudah mulai membuka hati untuknya. Semoga saja, ini menjadi awal yang baik untuk rumah tangga mereka berdua.     

Mereka berdua makan dengan tenang. Tak ada yang terlihat bersuara dari keduanya. Baik Saga maupun Alisa tetap diam sampai makanan sudah habis di piring. Hanya lirikan mata saja yang bermain. Saga mencuri pandang ke arah sang istri terus menerus. Alisa bahkan tak sadar saat suaminya melirik seperti ini.     

Alisa makin bertambah cantik dengan perhiasan yang ada di badannya. Membuat Saga semakin jatuh cinta. Pria itu akan terus memberikan barang mewah untuk sang istri tercinta. Semua yang ia lakukan hanya untuk Alisa seorang.     

"Mau nambah?" tanya Alisa pada Saga. Ia melihat nasi yang ada di piring sang suami kini hanya sisa sedikit.     

"Tidak. Ini saja sudah kenyang," balas Saga.     

Alisa mengangguk perlahan. Kini, ia sudah selesai makan dan akan mencuci piring ke wastafel. Namun, Saga melarangnya.     

"Di sini saja!"     

"Aku mau mencuci piring kotor ini sebentar."     

"Jangan. Aku tidak mau tanganmu lecet." Hanya itu yang keluar dari mulut Saga. Membuat Alisa jadi terheran-heran. Dulu ia tak pernah merasa tangannya lecet karena hanya mencuci piring seperti ini saja.     

"Apa kau bercanda?" ujar Alisa sambil tertawa terbahak. "Mencuci piring seperti ini, tidak akan membuat tangan lecet."     

"Tetap saja, aku ingin kau di sini sampai selesai makan. Jangan mencuci piring! Di sini saja." Saga menoleh ke arah samping. Menatap wanita itu yang hanya berdiri mematung. Alisa mencebik ke arah Saga. Dengan terpaksa ia kembali duduk sambil memegangi piring kotornya.     

"Kan ada pelayan. Buat apa harus kau yang mencuci piring. Mereka semua sudah kubayar dengan mahal. Jadi, tidak usah kau yang mencuci. Paham?"     

Alisa memutar bola matanya malas. Ia tak ingin memedulikan ucapan Saga. Biarlah pria itu mengomel sendiri seperti ini.     

"Paham tidak?" tanya Saga lagi.     

"Iya, paham!"     

Tanpa Alisa tahu, Saga menyunggingkan senyumnya sedikit. Ia berhasil mengerjai sang istri. Membuat Alisa sedikit kesal sendiri.     

----     

Bersambung     

Maafkan baru bisa update sekarang kak, karena kondisi kesehatan yang masih belum memungkinkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.