Arrogant Husband

Minta Jatah



Minta Jatah

0Alisa tampak sangat anggun mengenakan gaunnya. Begitu pas melekat di tubuhnya yang seksi. Saga begitu terpana saat melihat wanita itu tampak berdiri dari ujung pintu bersama dengan beberapa orang bersamanya masuk ke dalam. Alisa tampak berjalan di atas karpet merah.     
0

Saga tampak gagah, didukung oleh dada bidangnya yang atletis. Dibalut oleh setelan jas berwarna putih krim, senada dengan gaun Alisa. Mereka berdua tampak sangat serasi sebagai sepasang pengantin.     

Kini, Alisa sudah ada di sampingnya. Berdiri dengan gugup di hadapan seorang pendeta yang siap menikahkan mereka berdua.     

'Ya ampun, jadi gini rasanya mau nikah? Gugup banget.'     

Alisa sangat gugup sekarang. Ini adalah pengalaman pertamanya soal pernikahan. Walaupun tidak dengan pria yang ia cintai, tapi Alisa berharap ini adalah pernikahan pertama dan terakhirnya. Setelah ini, ia akan menjadi istri sah dari Saga. Pria menyebalkan yang hadir dalam hidupnya, kini tengah berdiri tegak di samping.     

Lantas, pendeta pun maju menghadap mereka berdua. Pendeta itu meminta Saga untuk mengucap janji pernikahan. Pria itu dengan lantang dan lancar mengucapkannya. Begitu pula dengan Alisa.     

'Akhirnya, Alisa jadi milikku seutuhnya.'     

***     

Usai melangsungkan pernikahan tanpa kerabat yang datang di gereja, kini Alisa dan Saga akan pulang ke rumah. Mereka menggunakan mobil yang dikendarai oleh seorang sopir pribadi. Alisa sudah resmi menjadi istri sah dari Saga. Wanita itu hanya menolehkan wajahnya menghadap kaca mobil. Enggan untuk menoleh ke arah sang suami.     

Sepanjang perjalanan, dua sejoli itu hanya diam terpaku. Tengah memikirkan masalah masing-masing. Wajah Alisa sedari tadi hanya murung, tak ceria dan bersemangat. Namun, berbeda dengan Saga. Meski dia diam, tapi ia senang karena sudah mendapatkan wanita itu. Ia bebas melakukan hal apa saja pada Alisa.     

"Layani aku malam ini," ujar Saga membuka percakapan di antara mereka.     

Alisa hanya mencebik tanpa ingin membalas ucapan Saga. Namun, Saga tetaplah seorang Saga. Ia tetap menjadi pria keras kepala.     

"Kau sudah sah menjadi istriku. Kau akan berdosa kalau menolak permintaanku!"     

"Bisa diam ga? Aku memang istrimu, tapi aku tak pernah cinta denganmu. Kau harus tau itu."     

Ucapan yang terlontar dari mulut Alisa membuat Saga mencak-mencak. Dirinya tak terima penolakan seperti ini. Apa yang ia inginkan, harus ia dapatkan.     

Tiba-tiba, ia mencekal lengan Alisa dengan kuat, hingga menimbulkan guratan merah di tangan putih mulusnya. Tatapan Saga tajam padanya. Ia lantas tak terima penolakan dari Alisa.     

"Kalau kau menolak untuk melayaniku malam ini, kau akan tau akibatnya, Alisa!"     

"Jadi, kau mau mengancamku dengan ancamanmu yang murahan itu. Cihh, najis!"     

Saga makin mencengkeram kuat lengan Alisa, hingga membuatnya mengaduh sakit. Pria itu tersenyum puas melihat Alisa kesakitan seperti ini. Semakin lama, ia semakin mengencangkan cengkeramannya. Alisa makin memohon untuk segera dilepaskan, disertai dengan tangisan.     

Sang sopir yang sedari tadi mendengar percakapan mereka, bahkan melihat adegan saat Saga menyakiti Alisa, lewat kaca mobil yang terletak di atas, tampak diam saja. Ia tak berani ikut campur dalam masalah bosnya.     

"Aku mohon, lepaskan aku Saga," ujar Alisa yang merintih. Namun, pria itu hanya tertawa terkikik. Ia tak akan melepaskan cekalannya di tangan Alisa.     

"Siapa suruh kau menolak untuk melayaniku malam ini hah?! Aku ingin minta jatah darimu malam ini, paham?!" Saga melotot pada Alisa. Wanita itu lalu mengangguk patuh padanya.     

Melihat Alisa mengangguk, maka Saga pun melepaskan cengkeramannya tersebut. Mata Alisa sudah sembap oleh air mata karena ia menangis, memohon untuk dilepaskan oleh tangan Saga. Pria itu sangat senang mengerjai Alisa seperti ini.     

"Kau kan sudah tahu, aku ini orangnya tak pernah suka dengan sebuah penolakan. Tapi, masih saja kau berusaha menolak keinginanku. Pokoknya, aku tak mau tahu, malam ini kau harus memberiku jatah dan aku ingin itu." Alisa lantas hanya diam saja.     

Sepanjang perjalanan pulang dari gereja, mereka warnai dengan tangisan air mata dan kekerasan. Pada akhirnya, Alisa harus mengalah, karena dirinya tak tahan dengan rasa sakit. Pria itu sangat kuat, hingga Alisa tak berdaya seperti ini.     

Kini, Saga duduk dengan tangannya yang mencoba meraih pinggul Alisa. Wanita itu terkesiap dan sedikit melototkan matanya. Namun, Saga menggelengkan kepala, memberi kode pada Alisa untuk tak menolak perlakuannya.     

"Jangan menolak!"     

Alisa hanya merasakan sensasi sentuhan dari tangan Saga yang meraba pinggulnya. Walau tertutup oleh gaun pengantin, tapi sensasinya sangat berasa. Membuatnya sedikit terhenyak.     

Kini, tangan Saga mencoba untuk turun ke bawah. Mencoba menelusuri paha Alisa. Wanita itu pun menoleh lagi ke arah Saga sambil melotot.     

"Astaga! Sungguh kau tidak sabaran sekali menunggu sampai malam tiba!" ketus Alisa. Namun, ia lantas merasakan sensasi dari sentuhan tangan Saga, karena dirinya tak berani menolak.     

Saga mendekatkan wajahnya ke wajah Alisa. Ia ingin sekali mencumbu bibir manis nan kenyal milik wanita itu. Hasratnya sudah menggebu. Ia ingin melakukannya sekarang saja tanpa harus menunggu waktu malam.     

Cup!     

Bibirnya telah ia daratkan ke bibir Alisa. Saga memegang tengkuk leher wanita itu hingga membuat ciumannya makin dalam terasa. Alisa pun lantas membalas ciuman dari Saga.     

Alisa membuka mulutnya perlahan, mempersilakan untuk Saga agar lebih mengabsen rongga mulutnya. Lidah Saga dengan lihai bergerak di dalam, menelusuri setiap deretan gigi Alisa. Sesekali, ia gigit bibir kenyal itu, karena merasa gemas.     

Sang sopir jadi panas dingin sendiri melihat bos dan istrinya beraksi dalam mobil. Ia pun lantas mempercepat laju kecepatan agar sampai menuju rumah. Ia mendengar suara-suara manja dari kursi jok belakang.     

Saga tak memedulikan sang sopir yang ada di depan, karena hasratnya sudah semakin menggebu pada Alisa. Ia berkali-kali menggigir bibir Alisa, tak ayal Saga mendapat cubitan cukup kencang di area pinggang.     

Ciuman mereka makin lama, makin terasa memanas. Hingga mereka berdua tak sadar bahwa sang sopir sudah berhenti di depan halaman rumah. Sang sopir lantas keluar lebih dulu dari mobil dan menjauh. Saga terhenyak sesaat. Ia menghentikan aksinya tersebut.     

"Dasar pria mesum. Tak bisakah bersabar sedikit saja?"     

"Bukankah kau juga menikmatinya, Alisa? Kenapa menyalahkanku? Kau bahkan mempersilakan aku untuk–"     

"Sudah cukup!" Alisa pun ke luar dari dalam mobil, meninggalkan Saga yang masih duduk di dalam. Wanita itu mengangkat sedikit gaun panjangnya yang terjuntai ke tanah.     

Alisa sudah sampai di depan pintu rumah. Penjaga pun segera membuka pintu untuk mempersilakan istri sang bos masuk. Akhirnya, Saga pun mengekor di belakang istrinya.     

"Dasar Saga! Aku jadi malu di dalam mobil tadi. Tapi ...." Alisa menyentuh bibirnya sendiri dan berhenti tepat di atas anak tangga yang pertama. "Aku menikmatinya ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.