Arrogant Husband

Alisa Pingsan



Alisa Pingsan

0"Aaaa!" pekik Alisa saat dirinya melihat Saga sudah ada di sampingnya. Pergelangan tangan Saga berada tepat di atas dadanya.     
0

Ia kaget bukan main karena pria itu main tidur saja di sebelahnya. Alisa mengangkat pergelangan tangan Saga dengan kasar, menjauhkannya dari atas dada. Alisa pun langsung bangkit dari posisi rebahan. Ia tak menyangka, sudah berapa lama Saga berada di sini? Sampai mereka sama-sama tidur berdua dan Alisa tak menyadarinya sama sekali.     

Saga pun akhirnya terbangun gara-gara mendengar teriakan Alisa. Pria itu mengucek-ngucek mata, melihat ke sekitarnya. Ia bisa melihat Alisa sudah terbangun dan duduk di tepi ranjang.     

"Sejak kapan kau datang? Kenapa langsung tidur di sampingku?" tanya Alisa yang terlihat geram dengan kelakuan Saga. Ia tak percaya dengan pria ini.     

"Sudah lama. Kenapa aku tak boleh tidur di sampingmu?" tanya Saga balik.     

"Karena kau bukan siapa-siapaku!"     

"Kau lupa? Besok kita akan menikah. Kau jadi istriku. Dan, aku jadi suamimu." Alisa langsung terdiam.     

Saga pun bangkit dan mengambil bingkisan yang terletak di atas meja rias. Bingkisan itu berupa gaun yang cantik untuk Alisa. Pria itu melangkah ke hadapan Alisa dan mengulurkan tangan memberikannya.     

"Ini apa?"     

"Ambil, lihat, lalu pakailah," ujar Saga.     

Setelah Alisa melihat apa yang ada di dalamnya, ia kaget melihat sebuah gaun yang sangat cantik. Gaun itu berwarna putih krim dengan corak sederhana, tetapi kelihatan glamor. Tanpa sadar, senyumannya tengah tersungging. Saga yang melihat Alisa sedari tadi, ikut tersenyum pula.     

"Ini untukku?"     

"Iya, kau suka?" Alisa mengangguk. Ia pun segera ke kamar mandi untuk mengganti baju. Saga dengan sabar menunggu wanita itu di dalam kamar mandi.     

Kurang dari lima menit, Alisa sudah muncul di hadapan Saga. Pria itu menatapnya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Saga begitu terpesona padanya. Kulit putih mulus milik Alisa begitu senada dengan warna gaunnya.     

Saga memegang kedua pundak Alisa. Mereka bersitatap cukup lama.     

"Kau cantik," ucap Saga.     

Alisa tak bereaksi apa-apa. Ia hanya diam tanpa kata. Ia menatap penampilannya sendiri dengan mengenakan gaun ini. Besok adalah hari pernikahannya bersama Saga, pria yang tak pernah ia kenal sebelumnya.     

Akankah benih-benih cinta akan tumbuh di hatinya setelah pernikahannya besok? Alisa pun tak tahu. Apakah ia bisa menerima Saga atau tidak. Yang jelas dirinya hanya bisa pasrah pada keadaan ini.     

Saga yang melihat wajah datar milik Alisa pun mencoba untuk menghibur. Diangkatnya dagu lancip milik Alisa untuk menatap matanya.     

"Kau kenapa?" tanya Saga kemudian saat melihat Alisa murung.     

Wanita itu menggeleng kuat dan melepaskan tangan Saga dari dagunya. Alisa pun memilih memundurkan langkah sambil mengangkat sedikit gaunnya yang panjang.     

"Aku tak tahu setelah besok akan jadi seperti apa." Alisa mengawali pembicaraan. Saga berusaha untuk mendengarkan semua keluh kesah wanita itu. "Apakah aku bisa mencintaimu setelah menikah?"     

Ternyata hal itu yang mengganggu pikiran Alisa. Sejak awal, Saga memang menyukai Alisa, tapi wanita itu yang mencampakkan dirinya. Alhasil, membuat Saga berpikiran untuk balas dendam dan menyakiti hati Alisa perlahan. Namun, saat melihat kesedihan yang terpampang nyata di hadapannya, membuat Saga berpikir dua kali.     

"Pelan-pelan saja, Alisa. Aku tak mau kau terlalu terbebani."     

"Ini sudah cukup membuat beban untukku! Kau tahu?!" Nada bicara Alisa mulai meninggi. Ini yang membuat Saga tak suka dengan gaya bicara Alisa. Padahal ia tahu, wanita itu berhati baik.     

Tanpa membalas ucapan Alisa, Saga langsung meraih tubuh wanita itu dan mendekapnya erat. Sontak saja, Alisa langsung berontak dan memukul-mukul tubuh Saga.     

"Aku tak suka kau bicara kasar denganku. Kau paham?" bisik Saga tegas di telinga Alisa.     

Setelah mengucapkan kalimat seperti itu, Alisa langsung terdiam. Maka Saga pun mulai mengendurkan pelukannya. Alisa langsung melepaskan diri dari pria itu dan berlari menuju kamar mandi.     

Saat sudah berada di dalam kamar mandi, Alisa pun menangis. Ia tengah berkaca di sana sambil memandang dirinya yang tengah memakai gaun mewah. Harusnya ia bahagia, karena besok akan menikah, tapi mustahil untuknya bahagia. Sama sekali dirinya tak pernah mencintai Saga.     

"Ya Tuhan, apakah aku sanggup menjalani semua ini? Setelah hari besok, apakah aku akan bisa mencintainya?" tanya Alisa di depan cermin kamar mandi sambil menangis.     

Perintah pria itu tak bisa dibantah. Kalau ia pergi lagi dari Saga, maka pria itu akan terus mengejarnya. Maka ia pun harus pasrah menyerahkan hidupnya.     

Alisa lalu terduduk lemas di lantai kamar mandi. Dengan kepala bersandar di dinding. Ia masih menangis sampai detik ini.     

Sedangkan di luar kamar mandi, pandangan Saga tertuju pada ranjang pribadinya. Ranjang itu menjadi saksi bisu pergelutan cintanya bersama dengan Alisa. Bagaimana kala itu, saat Alisa menolak, tapi akhirnya wanita itu juga menikmati permainan yang diberikan Saga.     

Lama kelamaan, Alisa juga akan terbiasa dengan hal ini. Terbukti dengan ciuman yang diberikannya pada Alisa. Wanita itu hanya diam saja, merasakan sensasi yang menjalar di tubuhnya dengan sentuhan Saga.     

Saat mengingat kejadian itu, Saga hanya tersenyum kecut. Akhirnya, ia bisa juga memberikan pelajaran pada Alisa dengan cara mengambil mahkota berharganya. Mungkin caranya terlalu sadis. Namun, pada akhirnya ia juga akan bertanggung jawab pada Alisa dan menikahi wanita itu.     

Saga pun akhirnya tersadar, karena Alisa sudah cukup lama di dalam kamar mandi. Sedang apa wanita itu di dalam? Pikiran Saga sudah tak karuan. Ia khawatir kalau Alisa di dalam sedang pingsan. Maka ia pun bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi.     

Tok! tok!     

Saga mengetuk pintu kamar mandi dan memanggil nama Alisa di dalam. Namun, tak ada sahutan apa-apa. Saga pun menempelkan daun telinganya di pintu. Tak ada suara apa pun di dalam. Ia pun makin cemas. Saga mencoba membuka pintu itu, tapi terkunci dari dalam.     

"Alisa .... Buka pintunya ...!" Saga berteriak memanggil nama Alisa di dalam.     

Saga pun berniat untuk mendobrak pintunya. Ia lalu mengambil ancang-ancang.     

"Satu ... dua ... tiga ...."     

Sampai dobrakan kedua, akhirnya Saga bisa membuka pintu itu. Matanya melebar saat melihat sesosok wanita tengah pingsan di dalam. Siapa lagi kalau bukan Alisa. Dengan cepat, Saga pun menggendong Alisa dan membawanya ke luar.     

Ia langsung membawa Alisa ke atas ranjang. Saga pun merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Dirinya ingin menghubungi dokter pribadinya.     

"Dok, bisa Anda datang ke sini? Secepatnya ... saya akan tunggu." Dengan sekali tekan, Saga sudah memutuskan sambungan teleponnya. Tinggal menunggu kehadiran dokter itu datang ke rumah.     

Saga meletakkan kembali ponselnya dalam saku celana. Matanya pun terfokus pada Alisa yang sedang pingsan. Entah apa yang terjadi padanya.     

"Alisa, kau kenapa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.