Arrogant Husband

Akhir yang Bahagia



Akhir yang Bahagia

0Akhirnya, makanan sudah tersaji di atas meja mereka. Para pelayan mempersilakan keduanya untuk menyantap makanan.     
0

"Silakan dimakan, Pak, Bu," ujarnya.     

Saga berniat akan menyuapi Alisa makan. Ia akan memanjakan sang istri di sini.     

"Sayang?" panggil Saga.     

"Iya?"     

Tiba-tiba saja, Saga mengambil alih piring Alisa. Membuat sang istri terkejut sekaligus heran.     

"Loh, kenapa piringku diambil?"     

"Aku ingin menyuapimu makan, Sayang."     

"Astaga, biar aku saja, Sayang."     

Di saat Alisa ingin meraih kembali piringnya, Saga menolak dan menjauhkan piring itu dari jangkauan Alisa. Pria itu ingin menyuapinya makan. Saga tetaplah seorang Saga, pria yang keras kepala. Akhirnya, Alisa pun menyerah.     

"Baiklah. Terserah kau saja."     

Saga tersenyum puas dan merasa menang dari sang istri. Kini, ia yang akan menyuapi Alisa. Ia melarang istrinya untuk mengambil kembali piring ini.     

"Lalu, kau makan bagaimana? Apa terus menyuapiku sampai habis?"     

"Iya, kenapa tidak?"     

Alisa hanya geleng-geleng kepala. Namun, di balik itu semua, ia merasa senang luar biasa. Mendapatkan perhatian ekstra dari sang suami seperti ini. Bahkan Saga lebih mendahulukan dirinya.     

"Sayang, kau makanlah dulu. Nanti saja kau menyuapi aku, ya."     

"Tidak bisa. Pokoknya aku akan menyuapimu makan sampai habis, Sayang."     

Alisa menurut dan tetap membuka mulut. Saga terus menyuapinya dengan pelan.     

"Sayang, cepat makan. Nanti makananmu keburu dingin."     

"Biarkan saja," jawab Saga dengan santai. "Kalau dingin, nanti bisa pesan lagi, kan?"     

"Ishh! Mubazir nantinya." Alisa mengomel pada Saga.     

"Baiklah. Nanti aku akan makan. Tapi, kau dulu habiskan ya, Sayang."     

Pandangan Alisa pun teralihkan dari Saga. Ia menatap ke arah pintu depan, seorang pria yang dikenalnya tengah bersama dengan wanita lain. Saga terdiam seketika dan menatap arah pandang Alisa.     

"Itu kan si Agam." Alisa begitu antusias melihat Agam dan wanita itu sedang bergenggaman tangan dengan mesra.     

Saga mengangguk lalu memanggil keduanya untuk mendekat ke meja mereka. "Agam, Nina! Sini kalian."     

Saga sudah menceritakan tentang Nina kepada Alisa. Bahwa wanita itu telah resmi menjadi kekasihnya Agam.     

Agam dan Nina tampak malu-malu saat dipanggil oleh bos mereka. Keduanya berjalan pelan sembari tersipu malu. Alisa bisa menangkap ekspresi mereka berdua.     

"Ternyata kita bisa bertemu di sini," ucap Saga.     

"Iya, Ga. Aku tak menyangka ada kau dan istrimu juga di sini."     

Saga mengajak Agam dan juga Nina untuk makan bersama dengan mereka. "Ya sudah, lebih baik kalian pesan makan di sini, biar aku yang bayar."     

Nina pun menolaknya dengan halus. "Tak usah, Pak. Terima kasih. Tapi, biar kami saja yang membayarnya."     

"Kalian berdua tak perlu sungkan. Biarkan saja aku yang akan membayarnya nanti."     

Agam dan Nina saling berpandangan satu sama lain. Mereka berdua akhirnya setuju. Kemudian, Saga memanggil pelayan untuk mendekat. Sang pelayan pun menyodorkan buku menu ke arah Nina dan Agam.     

Sementara itu, Saga kembali menyuapi Alisa. "Ayo, buka mulutnya lagi, Sayang."     

Alisa agak sedikit malu-malu karena dipandangi oleh Agam dan Nina. "Sayang, biar aku saja, ya."     

"Aku tidak mau! Pokoknya aku yang akan menyuapimu."     

Alisa mengembuskan napas panjang. Perintah sang suami tak bisa dibantah lagi. Agam dan Nina menatap mereka berdua, bahkan mengulum tawa.     

"Aku akan menjadi suami dan ayah yang baik untuk anakku." Saga mengelus-elus perut Alisa di hadapan mereka berdua.     

Perasaan Alisa tiba-tiba menghangat. Kemesraan mereka tampak nyata dan tak peduli lagi dengan para pengunjung di sini, termasuk Nina dan Agam.     

Saga menatap manik mata Alisa yang jernih. Sang istri terus membuka mulut saat ia minta.     

"Istri yang penurut." Saga mengecup kening Alisa singkat.     

Melihat keromantisan sepasang suami istri itu, membuat Nina merasa cemburu juga. Ia ingin mendapatkan perhatian itu semua dari Agam juga. Sontak saja, Nina menatap ke arah kekasihnya.     

"Kenapa, Sayang?" tanya Agam yang merasa ditatap dengan pandangan tajam oleh Nina.     

"Kau sayang aku, kan?"     

"Tentu saja."     

Nina langsung memeluk tubuh Agam dari samping. Aksinya itu lalu ditatap oleh Alisa dan Saga. Alisa tak menyangka, bahwa wanita itu langsung memeluk Agam dengan tiba-tiba.     

Agam tak merasa malu karena sikap sang kekasih, justru ia bangga. Ternyata Nina bisa juga memiliki sikap cemburu. Agam tahu bahwa Nina ingin dimanjakan seperti apa yang dilakukan oleh Saga tadi pada Alisa.     

"Aku sangat mencintaimu, Nin," ucap Agam sambil mengusap-usap puncak kepala Nina.     

"Aku juga mencintaimu, Gam. Jangan tinggalkan aku, ya."     

Agam mengangguk dan berkata, "iya, aku tak akan pernah meninggalkanmu."     

Agam serius dengan hubungannya ini. Ia berniat akan membawa Nina menuju bahtera rumah tangga. Dua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu masih memamerkan kemesraan.     

Akhirnya, sang pelayan datang dengan membawa pesanan mereka tadi. Kemudian, mempersilakan mereka menyantap makanan itu.     

Satu meja yang besar dan cukup untuk empat orang. Kini, mereka semuanya tergabung dengan pasangan masing-masing. Saga masih menyuapi Alisa makan dan membiarkan makanannya sendiri jadi dingin. Sedangkan, Agam dan Nina masih makan sendiri-sendiri. Mereka berdua masih merasa malu kalau suap-suapan.     

"Sayang, ayo cepat makan. Biar aku sendiri yang menyuapnya."     

"Sayang, jangan membantah perintahku. Atau kau akan kucium habis-habisan di sini."     

Lagi-lagi Saga menggertaknya. Pria itu terus menyuapinya sampai makanan hanya tersisa sedikit lagi. Alisa yang hendak menyuapi Saga makan pun, dilarang olehnya.     

"Untung aku sayang padamu, ya. Kalau tidak, awas saja kau, Sayang!"     

Saga terkekeh pelan dan mencubit pipi Alisa. "Dasar, istriku yang cantik ini kalau lagi mengomel, tingkat kecantikannya makin bertambah," celetuk Saga.     

Alisa dibuat berdebar-debar jantungnya. Ia tak habis pikir dengan tingkah Saga. Pria itu selalu saja membuatnya seperti ini.     

Saga memang sosok pria yang romantis dan juga humoris. Hingga membuat Alisa makin merasa betah saat berada di samping sang suami. Dua sejoli itu saling pandang cukup lama.     

Agam pun tak mau kalah dari Saga. Ia tiba-tiba menggenggam sebelah tangan Nina. Wanita itu lalu menoleh padanya.     

"I love you, Nina."     

"I love you too, Gam."     

Di tengah makan bersama, mereka malah pamer kemesraan. Kedua pria itu sangat menyayangi pasangan masing-masing. Saga dan Agam tak akan melepaskan wanita yang mereka cintai.     

"Sehabis ini, kita akan ke mana lagi, Sayang?" Saga bertanya pada Alisa.     

"Ke mana saja boleh. Asalkan bersama denganmu, Sayang."     

"Baiklah kalau begitu."     

Saga akan mengajak Alisa ke sebuah tempat lain, setelah makan ini selesai. Dua sejoli itu akan menghabiskan waktu bersama hari ini. Ia sengaja tak kerja hari ini, karena ingin mempersembahkan perhatiannya pada istri tercinta.     

Dua pasangan itu saling beradu keromantisan. Namun, percayalah, cinta mereka sama-sama kuat. Saga dan Alisa, serta Agam dan Nina. Mereka berempat akan berkomitmen untuk hidup bersama sampai akhir hayat menjemput.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.