Arrogant Husband

Separuh Jiwa



Separuh Jiwa

0"Ya ampun, Sayang. Berapa kali kau menciumku?" tanya Alisa pada Saga.     
0

"Memangnya kenapa? Kau kan istriku. Jadi, bebas dong kalau aku menciummu terus." Saga mengedipkan sebelah mata ke arah sang istri.     

Kini, Alisa benar-benar tak marah lagi padanya. Ia lantas tersipu malu saat digoda oleh sang suami terus.     

"Nah, kan ... kau tak marah lagi padaku."     

"Iya, Sayang. Aku tak marah lagi padamu. Makasih ya atas ciumannya."     

Saga mengangguk-angguk. "Iya, Sayang."     

Kini, Saga menempelkan lagi bibirnya ke arah kening sang istri. Menciumnya lebih lama lagi daripada yang tadi. Alisa sangat senang sekali karena mendapatkan ciuman yang bertubi-tubi darinya.     

"Kau tak bisa lama-lama merajuk padaku. Aku tahu itu." Saga melepaskan ciumannya dari kening Alisa.     

"Iya, aku tak bisa lama-lama marahan denganmu, Sayang. Tak kuat rasanya kalau lama-lama seperti itu."     

"Istriku ini memang manja, ya." Saga lantas memeluk tubuh Alisa dengan erat. Wanita itu tersenyum manis padanya.     

Sepasang suami istri itu tampak menikmati kebersamaan ini. "Aku berjanji, di dalam keluarga kita tak akan ada lagi air mata kesedihan. Yang ada hanyalah air mata kebahagiaan saja," ujar Saga sambil mengelus puncak rambut Alisa.     

"Iya, Sayang. Semoga saja ucapanmu itu dikabulkan oleh Tuhan. Aku pun punya harapan yang sama denganmu."     

"Iya, Sayang. Aku akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kalian bahagia. Aku tak akan membiarkan kau dan juga ibu menderita."     

Mereka berdua masih berpelukan dengan mesra. Alisa masih ingin berlama-lama dalam posisi seperti ini. Saga selalu memanjakannya setiap saat.     

Sore hari nanti, mereka berdua akan jalan-jalan ke luar. Ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Sudah cukup lama, Saga dan Alisa tak jalan ke luar menikmati suasana yang romantis.     

"Sore nanti kau mau ke mana, Sayang?" tanya Saga pada Alisa.     

"Ke mana saja, Sayang. Asal berdua bersamamu."     

Saga terkekeh pelan. "Baiklah, kalau begitu. Akan aku ajak kau ke suatu tempat yang romantis."     

"Iya, Sayang. Terserah kau saja."     

Sementara itu, Saga menyuruh Alisa untuk rebahan dulu di atas ranjang. Ia ingin sang istri tak kelelahan nanti. Wanita itu menurut saja dengan ucapannya. Ia akan berbakti penuh pada Saga.     

"Kau istirahat dulu ya, Sayang."     

"Kau tak istirahat juga bersamaku?" tanya Alisa yang sudah lebih dulu merebahkan diri di atas tempat tidur.     

"Baiklah."     

Saga sudah berada di samping sang istri. Mereka berdua sudah memposisikan diri masing-masing di atas tempat tidur. Keduanya akan istirahat terlebih dahulu sebelum nanti sore akan pergi bersama.     

***     

Waktu yang mereka tunggu-tunggu, akhirnya tiba juga. Saga dan Alisa akan bersiap untuk pergi ke luar dan makan bersama. Sudah cukup lama mereka menantikan hal ini. Pria itu sudah siap dengan mengenakan setelan jas. Alisa pun terlihat sangat cantik dengan memakai dress mini dengan penampakan belahan dada yang aduhai.     

Saga sudah minta izin dengan sang ibu, bahwa ia dan Alisa akan pergi bersama saat ini. Bu Angel mengizinkan mereka berdua untuk pergi.     

"Ayo, Sayang kita berangkat." Saga mengangkat lengannya untuk digamit mesra oleh Alisa.     

Sang istri menggamit lengannya dan mereka berdua jalan menuju ke luar kamar. Suami istri itu menuruni anak tangga dengan pelan. Saga selalu siaga berada di samping Alisa dan memeganginya dengan erat.     

"Pelan-pelan ya, Sayang."     

Bu Angel menatap mereka berdua yang menuruni anak tangga. Wanita paruh baya itu menghampiri keduanya.     

"Hati-hati ya kalian berdua. Saga, jaga istrimu dengan baik, ya." Bu Angel memberikan nasihat pada sang anak untuk menjaga Alisa.     

"Pasti, Bu. Aku akan menjaga Alisa dengan semaksimal mungkin."     

Bu Angel mengantar mereka berdua menuju ke halaman depan. Saga lekas membuka pintu mobil dan menyuruh sang istri untuk masuk ke dalam sana. Alisa pun sudah duduk di samping kursi kemudi.     

"Bu, aku dan Saga pergi dulu ya."     

"Iya, Nak. Hati-hati di jalan."     

Saga sudah duduk di balik kemudi dan siap melajukan mobilnya. Lambaian tangan Bu Angel dan doa pun menyertai kepergian keduanya. Sepasang suami istri lantas mulai menjauh dari sini.     

Setelah melihat kepergian Alisa dan Saga, Bu Angel kembali masuk lagi ke dalam. Sekarang, ia merasa benar-benar sepi di dalam rumah yang sebesar ini. Tak ada Melati, Alisa, bahkan Saga.     

"Ya Tuhan, sepi sekali rumah ini rasanya kalau tak ada mereka."     

Bu Angel lantas ke dalam kamar Alisa untuk menjaga si kecil yang masih tidur. Lalisa sempat bangun tadi lalu tidur kembali. Berteman dengan sang cucu di sini, membuat Bu Angel kembali semangat lagi.     

***     

Saga dan Alisa pergi ke sebuah restoran mewah. Pria itu menuntun sang istri sampai ke dalam. Beberapa pasang mata melihat ke arah mereka dan tersenyum. Seolah-olah mereka juga turut merasakan kemesraan mereka.     

Tanpa berlama-lama, Saga memesan makanan untuk dirinya dan Alisa. Pelayan pun datang menghampiri sembari membawa daftar menu. Saga dan sang istri melihat-lihat menu yang ada.     

"Kau mau pesan apa, Sayang?" tanya Saga.     

"Sebentar ...." Alisa tampak fokus mencari menu yang pas untuknya. "Ah, ini saja."     

Alisa sudah menemukan menu makanan yang akan disantap. Saga pun telah selesai memilih menu tersebut. Sang pelayan sudah mencatat makanan mereka masing-masing.     

"Baik, Pak, Bu. Tunggu sebentar ya."     

Setelah pelayan itu pergi, Saga dan Alisa dibuat menunggu. Sembari menunggu makanan datang, pria itu meraih tangan Alisa dan mengecup punggung tangannya lebih lama. Sang istri merasa terbuai sekarang.     

"Aku sangat mencintaimu, Sayang. Jangan pernah tinggalkan aku, ya," ucap Saga.     

"Iya, Sayang. Aku tak akan pernah meninggalkanmu sedikit pun."     

Saga mencium lagi punggung tangan sang istri tercinta. Ia tak akan sanggup kalau ditinggal oleh Alisa. Wanita yang bersamanya saat ini memang begitu berharga dalam hidupnya. Maka dari itu, Saga terus meminta Alisa untuk tak jauh-jauh.     

"Kau jangan takut, Sayang."     

"Bagaimana aku tak takut? Aku sangat mencintaimu, Alisa. Separuh hidupku hanya ada dirimu."     

Alisa lagi-lagi tersenyum manis ke arah Saga. Sang suami selalu bisa membuatnya berdebar-debar tak karuan. Pria yang dulunya memiliki sikap arogan, kini sangat menyayanginya. Tak pernah menyangka, bahwa rumah tangganya bersama Saga akan awet.     

Dulu Alisa tak pernah mencintai Saga sama sekali, karena pria itu keras kepala dan mau menang sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, Saga menjadi pria yang baik dan penyayang, juga perhatian padanya.     

Sikap Saga pun terkadang tak bisa ditebak oleh Alisa. Selalu saja ada kejutan yang dipersembahkan untuknya. Padahal ia tak pernah meminta apa pun pada sang suami.     

"Kau dan aku akan selalu bersama. Membesarkan buah hati kita dengan penuh cinta dan kasih sayang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.