Arrogant Husband

Pak Surya Tak Pulang-pulang



Pak Surya Tak Pulang-pulang

0"Duh, ayah ke mana aja sih? Kok sampai jam segini masih tak pulang juga?"     
0

Bu Angel terlihat mondar-mandir di ruang tamu untuk menunggu kepulangan sang suami. Sudah cukup lama Pak Surya pergi ke luar rumah. Dan, sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih. Ia sengaja tak ingin menghubungi Saga, karena tak ingin membuat sang anak khawatir.     

Sudah berapa kali Bu Angel menelepon Pak Surya, tapi sampai sekarang tak ada satu panggilan pun yang terjawab. Hatinya semakin cemas memikirkan sang suami di luar. Ia berharap, bahwa Pak Surya cepat pulang.     

"Yah, ayo cepat pulang. Ibu khawatir sama ayah."     

Wanita itu masih saja mondar-mandir dan tak mau duduk. Bu Angel makin bingung dibuatnya.     

"Apa aku telepon Saga saja ya?" Bu Angel lalu melirik ke arah jam lagi. Sebentar lagi, jarum jam akan menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.     

"Ya Tuhan, lindungilah suamiku di mana pun dia berada."     

***     

Saat ini, Pak Surya masih tak sadarkan diri akibat pukulan yang terus dihantamkan oleh anak buah Reva. Pria itu sekarang berada di dalam gudang dan besok pagi akan ia keluarkan.     

"Aku akan memperlakukan om, sama seperti yang sudah om lakukan padaku waktu itu!"     

Reva adalah wanita yang memiliki sifat pendendam. Ia akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, serta menghalalkan segala cara. Tak peduli pada yang muda atau sudah tua. Apabila ada yang berani melawan, maka Reva tak akan tinggal diam.     

"Nikmatilah malam ini di rumahku om. Besok pagi, kau akan pulang ke rumah istrimu yang manja itu."     

Reva merasa beruntung, karena tak menjadi menantu dari Bu Angel dan Pak Surya. Ia sudah tak memiliki rasa lagi dengan Saga.     

"Om sudah membuat hubunganku dan Agam jadi merenggang. Aku pun tak akan tinggal diam saja. Aku akan membalas semuanya om," ujar Reva yang penuh dengan kebencian.     

Wanita itu tertawa lebar dan membuat tubuh Pak Surya menggeliat. Pria paruh baya itu rupanya mendengar suara Reva. Akhirnya, Pak Surya mulai sadar dan membuka mata.     

Pria itu meringis sakit dan mendapati bahwa sudah terlalu banyak darah di wajahnya. Pak Surya tak terima diperlakukan seperti ini oleh Reva.     

"Om sudah bangun rupanya?" tanya Reva yang tersenyum penuh licik.     

"Kurang ajar kau!"     

Saat ini, tubuh Pak Surya serasa lemah. Hingga membuatnya tak bisa ke mana-mana. Tubuhnya masih sakit akibat dikeroyok beramai-ramai. Wajah pun sudah bersimbah darah.     

Pak Surya mencoba untuk berdiri perlahan. Sedangkan, Reva masih memantau saja dan membiarkan pria itu berdiri. Ia tak akan mengganggu Pak Surya.     

"Silakan saja kalau mau pergi dari rumah ini. Ini sudah malam om. Lebih baik, besok saja kalau mau pulang, ya." Reva tersenyum lagi ke arah Pak Surya.     

"Dasar wanita licik! Aku tak akan tinggal diam saja seperti ini. Aku akan membalasmu."     

"Ayo, balas Om! Kita berdua akan saling balas, hingga salah satu di antara kita akan tiada. Siapa yang akan tiada nanti?"     

Pak Surya melangkah dengan terseok-seok. Pria itu ingin pulang saja ke rumah. Ia memikirkan sang istri yang berada di rumah dan pasti merasa khawatir karena sudah jam segini masih tak kunjung menampakkan batang hidung.     

Reva terus saja tertawa dan membiarkan Pak Surya terseok-seok berjalan menuju pintu ke luar. Wanita itu tak ingin ikut campur.     

"Aku harus pulang ke rumah. Kasian si Angel, pasti dia sudah menunggu kedatanganku." Tangan Pak Surya meraih pegangan pintu. Akhirnya, pintu pun terbuka lebar.     

Bugh!     

Satu hantaman keras mendarat di pipi Pak Surya. Anak buah Reva yang telah melakukannya. Pria paruh baya itu kembali tersungkur dan tak sadarkan diri.     

"Bawa Om Surya ke dalam karung itu dan buang dia ke jurang! Jangan sampai kalian meninggalkan jejak."     

"Baik, bos."     

Mereka semua menuruti ucapan wanita itu. Alangkah senangnya hati Reva saat ini. Musuh bebuyutannya sudah berhasil disingkirkan. Sekarang tak ada yang berani lagi untuk mengacaukan hubungannya bersama dengan Agam.     

Ia tersenyum senang saat tubuh Pak Surya mulai dimasukkan ke dalam karung besar. Anak buahnya bersiap-siap untuk ke jurang dan membuang Pak Surya di sana.     

"Sedikit lagi, maka balas dendamku akan tercapai. Om Surya selamat tinggal!"     

Akhirnya, anak buah Reva mulai meluncur ke tempat tujuan. Ia memandangi mobil itu tanpa kedip. Ia juga menyuruh anak buahnya untuk membawa mobil Pak Surya sampai masuk ke dalam jurang. Seolah-olah, itu adalah sebuah kecelakaan dan bukan hasil perbuatan darinya.     

"Semoga saja Om Surya tak akan pernah kembali lagi ke sini. Kerjaan para anak buahku pasti akan sangat menggiurkan."     

Reva merasa bahagia karena tak ada lagi penghalang cintanya dengan Agam. Pria itu akan ia dapatkan kembali hatinya. Pasti Agam pun tak akan bisa untuk berjauhan dalam waktu yang lama.     

"Aku yakin, kau pun pasti merasakan hal yang sama sepertiku, Gam. Kau pasti kangen dengan diriku, sama seperti yang kulakukan saat ini." Reva tersipu malu sendiri akhirnya.     

Setelah mobil-mobil itu sudah tak terlihat lagi di halaman rumah, ia pun memilih untuk masuk ke dalam. Reva akan menuju ke kamarnya sendiri dan bisa dipastikan malam ini akan tidur dengan nyenyak tanpa gangguan sama sekali.     

***     

Hampir jam dua belas malam pun, Pak Surya masih belum juga memunculkan diri. Membuat Bu Angel sangat khawatir pada sang suami. Ia gelisah di atas ranjang dan tak bisa tidur dengan nyenyak.     

"Ya Tuhan, ayah ke mana sih? Jam segini masih juga tak pulang? Dihubungi pun, ponselnya jadi tak aktif lagi," gerutu Bu Angel. Wanita paruh baya itu tampak berdiri lagi sambil melirik ke arah jarum jam.     

Perasaannya tak menentu. Rasa khawatir pun semakin menjadi. Apa yang harus dilakukan oleh Bu Angel? Menghubungi Saga pun tak mungkin, karena tak ingin mengganggu waktu istirahat sang anak dan juga menantunya.     

Bu Angel hanya bisa memohon pada Tuhan, agar Pak Surya selalu dilindungi. Tak henti-henti doa terpanjatkan. Hatinya masih saja tak tenang sama sekali.     

"Ayah, ayo pulanglah. Ibu sudah menunggu ayah sejak tadi." Bu Angel akhirnya mengeluarkan air mata. Perasaannya masih sangat khawatir.     

Tangan Bu Angel kini tengah meremas-remas seprai tempat tidur. Ia tak mau, kalau terjadi sesuatu hal pada sang suami di sana. Bu Angel tak akan bisa tidur dengan nyenyak tanpa suaminya di samping. Bu Angel selalu berdoa dalam hati, agar suaminya cepat pulang dalam kondisi baik-baik saja dan tak kurang satu apa pun.     

"Ayah pulang, yah. Cepatlah pulang. Ibu sangat khawatir dengan ayah di luar sana."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.