Arrogant Husband

Harus ke Mana Lagi?



Harus ke Mana Lagi?

0"Sayang?" panggil Reva sambil mendongak menatap wajah Agam.     
0

"Iya, kenapa?"     

"Kita jalan-jalan ke luar yuk! Cari makan atau apa deh."     

Reva ingin mengajak Agam untuk jalan-jalan ke luar. Sudah cukup lama keduanya tak jalan bersama. Wanita itu terus membujuk sang kekasih sampai luluh. Reva tak akan berhenti sampai keinginannya terwujud.     

"Aku mohon ya, sayang. Kita jalan-jalan sekarang."     

"Hm, baiklah kalau begitu. Aku siap-siap ke kamar dulu." Agam bangkit dari duduk dan segera menuju ke kamar.     

Reva bersorak senang dalam hati karena rencananya kali ini berhasil lagi. Pria itu mau untuk jalan-jalan bersamanya. Ia memang pintar membuat lawan jenisnya bertekuk lutut.     

Beberapa menit kemudian, terlihatlah Agam yang sudah rapi dengan menggunakan kemeja panjang berwarna hitam. Sederhana tapi kelihatan gagah sekali di mata Reva. Dengan fostur tubuh yang tinggi dan tegap, membuat pesona seorang Agam tak terbantahkan lagi. Sepersekian detik, Reva seolah terhipnotis oleh karisma sang kekasih.     

"Sayang?" panggil Agam dan membuyarkan lamunan Reva.     

"I–iya? Ahh, ayo kita jalan sekarang. Kau sudah siap kan?"     

"Iya. Aku sudah siap."     

Bagi Agam, Reva pun sangat cantik sekarang. Wanita itu selalu menjaga penampilannya di setiap kondisi. Membuat Agam selalu merasa terpesona akan kecantikannya. Ia juga tak bisa melepaskan Reva dengan begitu mudah.     

Mereka berdua kini sudah masuk ke mobil. Reva yang saat ini duduk di kursi kemudi, tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi. Ia pun segera menyalakan mesin mobil dan mengendarainya dengan segera.     

***     

Saga mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Pria itu masih gusar, tak tahu melakukan apa sekarang. Bu Angel pun malam ini berada di rumahnya dan saat ini sedang istirahat di kamar tamu. Hanya Alisa yang bisa menenangkannya sedikit.     

"Sayang, tenanglah sedikit. Kita berdoa terus ya, agar ayah cepat ketemu."     

"Iya sayang. Kita jangan putus berdoa ya."     

Alisa mengangguk pada Saga. Wanita itu menyuruhnya untuk istirahat sekarang.     

"Yuk, kita istirahat dulu saja. Besok pagi, kita akan cari ayah lagi."     

"Baiklah sayang."     

Saga merebahkan tubuhnya di samping sang istri. Alisa begitu manja saat ini dengannya. Tak dapat dipungkiri, saat hendak tidur, wanita itu selalu ingin minta dibelai.     

"Sayang ...," panggil Saga.     

"Iya sayang?"     

"Aku sangat mencintaimu."     

Alisa tersipu malu saat mendengarnya. Saga selalu saja bisa membuat debaran di jantungnya jadi tak karuan. Setelah mengucapkan kata-kata itu, Saga langsung melebarkan senyuman.     

"Kau ini bisa saja." Alisa mencubit pinggang Saga dengan pelan. "Ayo, cepat tidur. Kau terlalu lelah hari ini."     

Tiba-tiba saja, Saga memeluk tubuh sang istri dengan erat. Alisa terkejut dengan perlakuannya, tapi tak membuatnya marah sama sekali. Keromantisan keduanya akan selalu hadir sampai maut memisahkan.     

Saga menuruti ucapan Alisa. Pria itu mulai memejamkan kedua matanya. Tangan Saga tengah memeluk tubuhnya dengan erat.     

"Dasar, kau ini!"     

***     

Pukul setengah sebelas malam, Reva baru saja mengantar Agam pulang ke rumah. Mereka berdua sudah puas jalan-jalan hari ini. Keduanya makan bersama dan mengelilingi wisata kota. Senang rasanya, Reva malam ini banyak menghabiskan waktu bersama dengan sang kekasih.     

Saat Agam hendak turun dari mobil, tiba-tiba saja Reva mencegatnya. Wanita itu langsung mencium Agam dengan cepat di daerah pipi. Seketika, pria itu menjadi salah tingkah.     

"Sayang, semoga kau mimpi indah malam ini, ya. Aku akan pulang dulu. Besok kita akan bertemu lagi."     

"Iya sayang. Hati-hati di jalan, ya. Terima kasih atas waktunya hari ini."     

Agam pun segera ke luar dari mobil Reva. Ia melambaikan tangan ke arah wanita itu. Reva segera melajukan mobilnya menuju ke luar dari rumah sang kekasih.     

Saat mobil Reva sudah tak terlihat lagi dari pandangan mata, Agam pun masuk ke dalam rumah. Ia sudah puas hari ini jalan berdua dengan Reva. Hatinya tak bisa berbohong, untuk membuat sebuah jarak yang jauh dari wanita itu.     

"Aku juga tak sanggup, kalau harus jauh-jauh darimu, Va. Aku sudah terbiasa selalu berada di sisimu," ucap Agam sambil meraih pegangan pintu.     

Pria itu sudah masuk ke dalam kamar. Agam langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Wajahnya berseri-seri dan penuh rona kebahagiaan, saat Reva memintanya untuk tak jaga jarak. Ia sangat senang, karena sang kekasih tak bisa jauh darinya.     

"Perlahan-lahan, rasa kecewaku sudah terobati oleh dirimu sendiri. Terima kasih sayang. Aku berharap, agar kau tak ingkar janji dan tak melakukan kesalahan yang sama."     

Hanya itu permintaan Agam pada Reva. Semoga saja wanita itu bisa berbuat baik sampai nanti. Agam tak mau, kalau Reva jahat dan melukai banyak orang. Ia berjanji, akan mengubahnya sedikit demi sedikit.     

Agam yakin, ia akan bisa bermimpi indah setelah mendapat kecupan dari Reva. Kecupan itu datang dengan tiba-tiba dan mampu membuat jantungnya makin berdebar tak karuan.     

"Ya Tuhan, Reva selalu saja bisa membuatku seperti ini."     

***     

"Ayahh ...!"     

Tiba-tiba, Bu Angel terbangun dari tidurnya. Wanita paruh baya itu sama sekali tak nyenyak untuk istirahat. Pikirannya selalu tertuju pada Pak Surya, sampai terbawa ke dalam mimpi.     

Keringat dingin telah membasahi dahi wanita itu. Bu Angel mendapatkan sebuah mimpi buruk, bahwa suaminya saat ini telah tiada.     

"Tidak, tidak, aku yakin ayah masih hidup. Dia tak mungkin meninggalkan aku sendirian di sini!"     

Bu Angel langsung merasa lemas sekarang. Ia juga merasa sedikit pusing. Tak kuasa untuk bangkit dan mengadu pada Saga tentang mimpinya saat ini. Lagi pula, saat ini telah tengah malam, waktunya sang anak dan menantunya untuk istirahat di kamar.     

"Ayah, cepat pulang. Ibu sangat khawatir sekali. Semoga mimpi itu hanya bunga tidur saja."     

Bu Angel yakin, kalau sang suami masih hidup sekarang. Namun, sampai saat ini masih belum tahu di mana suaminya berada. Doa tak henti-henti terpanjatkan untuk Pak Surya agar cepat ditemukan.     

"Ibu akan selalu mendoakan ayah dari sini. Semoga ayah cepat pulang ke rumah dan kita bisa berkumpul seperti sedia kala," ujar Bu Angel yang tiba-tiba menitikkan air mata.     

Wanita paruh baya itu tak kuasa menahan tangis. Ia merasa rindu dengan Pak Surya yang jauh di sana. Berharap sebuah keajaiban, agar sang suami cepat pulang. Saga dan yang lain pun juga turut mencari keberadaan Pak Surya, tapi belum membuahkan hasil sama sekali.     

Mereka tak akan menyerah untuk menemukan Pak Surya. Kalau perlu, besok Bu Angel akan ikut serta mencari dan tak hanya berdiam diri saja di rumah ini.     

"Besok ibu akan ikut mencari ayah sampai ketemu bersama dengan yang lain. Ayah, tunggu ibu ya." Bu Angel menyeka air matanya yang terus turun. Ia mencoba untuk sedikit tenang sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.