Arrogant Husband

Berhasil Mendapatkan Agam Kembali



Berhasil Mendapatkan Agam Kembali

0Alisa mencoba untuk menenangkan kegelisahan Bu Angel. Sang ibu mertua masih saja memikirkan Pak Surya. Sampai sekarang pun, masih belum juga ada kabar dari Saga tentang itu.     
0

Dari pagi sampai menjelang siang pun, Saga tak menghubungi Alisa untuk memberi kabar. Mungkin saja, sang suami begitu sibuk mencari Pak Surya bersama dengan yang lain.     

"Apa sudah ada kabar dari Saga?" tanya Bu Angel.     

"Belum, Bu. Saga masih tak memberikan kabar sama sekali," balas Alisa.     

Kekhawatiran Bu Angel makin menjadi. Alisa fokus menenangkan sang ibu mertua saat ini. Beruntung, si kecil masih tidur dengan pulas di dalam keranjang.     

"Ibu yang sabar ya. Kita berdoa sama-sama, semoga ayah lekas berkumpul lagi sama kita."     

"Iya, Nak. Pasti ibu akan mendoakan yang terbaik untuk ayah."     

Alisa mengembuskan napas panjang. Ia juga ikut merasa khawatir memikirkan Saga dan Pak Surya. Semoga keluarganya dalam keadaan baik-baik saja.     

***     

"Ga, kita harus mencari Pak Surya ke mana lagi? Kita sudah menjelajah ke setiap penjuru kota ini, tapi nihil."     

"Aku pun masih belum tahu, Jo. Anak buahku pun sudah mencari ke tempat yang sering ayah kunjungi, tapi juga tak ada."     

Joseph yakin, kalau telah terjadi sesuatu pada Pak Surya. Ayahnya Saga tak mungkin hilang begitu saja seperti ini. Mungkin ada seseorang yang telah melakukan hal yang tak baik padanya.     

Melihat wajah Saga yang semakin cemas, Joseph pun berpikir untuk memanggil polisi untuk menyelidiki kasus ini. Ia mencoba untuk membicarakan masalah ini dengan Saga.     

"Bagaimana kalau kita lapor polisi saja, Ga? Sampai sekarang pun, kita masih belum menemukan Pak Surya."     

"Hm, baiklah. Aku setuju. Aku yakin, para polisi bisa membantu kita."     

Tanpa membuang waktu, mereka berdua segera ke kantor polisi untuk mengadukan hal ini. Laporan mereka akan ditangani oleh pihak kepolisian secepatnya.     

***     

"Sayang ...," panggil Alisa yang melihat Saga sudah datang. Pria itu langsung masuk ke dalam kamar.     

Bu Angel langsung berdiri dari atas ranjang dan bertanya pada Saga tentang keberadaan Pak Surya. Namun, hanya gelengan kepala dari Saga yang menjadi jawaban.     

"Ayah sampai sekarang masih tak ditemukan, Bu. Kita terus berdoa ya, agar ayah cepat ditemukan."     

Mendengar hal itu, makin membuat Bu Angel tambah bersedih. Alisa langsung merengkuh tubuh sang ibu mertua yang mulai lemah ke dalam pelukannya.     

"Aku pun sudah melaporkan masalah ini pada pihak kepolisian, Bu. Semoga saja, ayah cepat ketemu, ya."     

"Iya, Nak. Semoga saja. Ibu sangat cemas terhadap keadaan ayahmu."     

Alisa mengusap-usap pundak Bu Angel agar lebih tenang lagi. Wanita paruh baya itu masih memikirkan keadaan Pak Surya. Saga juga tak kalah khawatir memikirkan ayahnya.     

Saga tiba-tiba berjongkok di hadapan Bu Angel. "Bu, aku akan terus mencari ayah sampai ketemu. Jangan sedih lagi, ya. Aku tak mau melihat kesedihan itu terpancar di wajah ibu yang cantik ini." Pria itu membelai lembut kedua pipi Bu Angel.     

Bu Angel sangat senang memiliki seorang anak lelaki seperti Saga. Pria itu mampu membuat hatinya sedikit lebih tenang daripada tadi. Semua ini juga berkat Alisa yang selalu membuatnya bersabar.     

"Kalian berdua, memang orang-orang yang baik. Kau dan Alisa sangat cocok dan berjodoh. Terima kasih karena kalian sudah membuat ibu sedikit merasa lebih tenang sekarang."     

Alisa mengangguk-angguk pada Bu Angel. Ia sangat menyayangi wanita yang ada di hadapannya saat ini. Alisa menganggap Bu Angel seperti ibu kandungnya sendiri.     

***     

Reva ingin berjumpa dengan Agam sekarang. Tak ada lagi yang mengusik kisah asmaranya bersama dengan Agam lagi. Ia sekarang sudah bisa leluasa tanpa penghalang.     

"Kini, satu-satunya penghalangku sudah berhasil kulenyapkan. Tak ada lagi yang berani menggangguku."     

Reva telah selesai berdandan cantik di depan cermin besar. Ia ingin menemui Agam di rumah. Pria itu sudah pasti pulang setelah bekerja. Tak ingin membuang-buang waktu lebih lama, Reva pun segera tancap gas dengan penuh.     

***     

Agam terkejut melihat kedatangan Reva yang mendadak ke sini. Sudah ia peringatkan kemarin bahwa harus menjaga jarak dari sekarang. Namun, wanita itu masih tak mendengarkannya.     

"Kenapa kau ke sini? Bukankah sudah kubilang untuk jaga jarak sementara dulu?"     

"Gam, aku tak bisa kalau disuruh jauh-jauh darimu. Aku tak akan bisa. Kau paham?"     

Pria itu mengembuskan napas panjang. Mau tak mau, ia pun mempersilakan Reva masuk ke dalam rumah. Wanita itu tersipu dan senang disuruh masuk.     

"Kau sudah makan atau belum, Gam?" tanya Reva yang berusaha menarik perhatian dari sang kekasih. Pria itu sedari tadi hanya berdiam diri saja.     

"Ya, aku sudah makan tadi. Tak usah pedulikan aku."     

"Kenapa kau jadi seperti ini? Apakah aku salah memberikan perhatian padamu?" Reva tak ingin, jarak ini semakin lebar antara dirinya dan juga Agam.     

Dalam hati Agam, ia juga tak mampu untuk berjauhan dengan Reva seperti ini. Namun, dirinya harus tetap kuat, karena sudah merupakan keputusannya sendiri. Pria itu terpaksa hanya mendiamkan Reva.     

"Gam, jangan seperti ini. Aku kan sudah minta maaf padamu," ucap Reva yang melemah. Wanita itu terus membujuk Agam agar mau bersikap seperti dulu lagi.     

"Ya, memang kau sudah minta maaf padaku. Tapi, semua itu jelas masih membekas dalam hati. Bisa-bisanya kau berbohong padaku, yang menjadi kekasihmu saat ini."     

Agam masih sedikit marah pada Reva. Walaupun dirinya sudah memaafkan wanita itu, tapi tetap saja ada rasa kecewa dalam hati atas ketidak jujuran ini.     

"Aku berjanji, Gam. Tak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Kita akan memulai semuanya dari nol lagi, ya." Reva tiba-tiba menggenggam telapak tangan Agam dengan erat. Pria itu tak berontak dan hanya diam, merasakannya saja.     

Pria itu terlihat berpikir keras saat ini. Reva yakin, bahwa Agam pasti akan memaafkan kesalahannya dengan tulus. Terlihat jelas dari wajah sang kekasih, saat ini Agam tak bisa lepas darinya.     

"Baiklah kalau begitu. Tapi, kalau sampai kau mengulangi satu kesalahan yang sama, maka aku tak akan segan-segan untuk meninggalkanmu." Agam memberikan peringatan keras pada Reva.     

"Iya sayang, iya. Aku berjanji tak akan mengulanginya lagi. Percaya saja dengan aku." Reva tersenyum manis ke arah Agam.     

Seperti dugaan Reva sebelumnya, pria itu akhirnya luluh juga dan tak akan bisa lepas begitu saja dari genggamannya. Saat ini, yang ia bisa lakukan adalah membuat Agam terus percaya dengan ucapannya.     

'Akhirnya, aku mendapatkan hati Agam kembali. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini lagi.'     

Mereka berdua saat ini kembali jadi mesra. Reva terlihat bermanja-manja di bahu sang kekasih. Agam pun tak bisa memungkiri, bahwa hatinya saat ini masih menjadi milik Reva.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.