Arrogant Husband

Anton Tak Akan Percaya



Anton Tak Akan Percaya

0Alisa melihat Bu Angel sama sekali tak meresponsnya. Wanita itu hanya diam saja sambil menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Dengan terpaksa, Alisa harus menghubungi Saga di sana. Ia segera mengambil ponselnya dan menghubungkan sambungan pada sang suami.     
0

"Sayang, ayo cepat diangkat." Alisa makin cemas karena Saga lama mengangkat teleponnya.     

Akhirnya, sang suami menjawab panggilannya. "Sayang, ada apa meneleponku?"     

"Dari tadi ibu tak merespons ucapanku. Ibu hanya diam saja dan tak menjawab apa-apa. Aku jadi semakin takut dan khawatir."     

Alisa bisa mendengar suara sang suami yang juga ikut khawatir. Saga pun akan pulang setelah ini dan bertemu dengan Bu Angel di rumah. Ia memutuskan panggilan itu dengan sang suami dan kembali menjaga ibu mertuanya.     

Tatapan mata Bu Angel kosong dan tak mengeluarkan suara apa pun. Pikirannya pasti tertuju pada Pak Surya. Alisa tak tega melihat hal ini terjadi di depan matanya sendiri.     

***     

Saga sudah berada di halaman depan dan langsung berlari menuju kamar Bu Angel. Pria itu sangat khawatir dengan kondisi ibunya sekarang. Ia pun buru-buru meraih pegangan pintu.     

"Ibu ...."     

Saga langsung duduk di tepi ranjang. Ia pun menoleh ke arah sang istri yang sedang menangis.     

"I–ibu," ucap Alisa. "Ibu dari tadi hanya diam seperti itu dan tak menjawab ucapanku sama sekali."     

Pria itu perlahan mengajak ibunya bicara. Memanggil dengan sebutan ibu berkali-kali. Namun, tak ada respons sama sekali. Hati Saga hancur melihat semua ini.     

Alisa makin menangis. Saga pun tak kuasa untuk menahan air matanya jatuh.     

"Kenapa jadi seperti ini sekarang? Belum juga ayah ditemukan, kondisi ibu langsung seperti ini."     

Alisa langsung memeluk tubuh Saga dari samping. Mereka berdua saling menguatkan diri masing-masing. Apa yang telah terjadi saat ini, memang berat untuk mereka hadapi. Di tengah kejadian ini, mereka harus saling menguatkan satu sama lain.     

Alisa menggenggam erat tangan Saga. "Ayah dan ibu pasti akan baik-baik saja." Wanita itu tersenyum manis ke arah Saga.     

"Iya sayang. Semoga saja."     

Saga pun kembali fokus dengan sang ibu. Ia tak akan menyerah untuk membuat Bu Angel merespons ucapannya.     

"Bu, aku tak akan pernah menyerah untuk mencari ayah sampai ketemu."     

"A–ayah ...," lirih Bu Angel. Wanita paruh baya itu merespons ucapan Saga dan menatapnya.     

"Ya, bu. Aku akan mencari ayah sampai ketemu."     

Perlahan tapi pasti, tangan Bu Angel terjulur ke depan untuk memeluk tubuh Saga. Anak dan ibu itu saling berpelukan. Alisa makin menangis saat melihat momen penuh haru ini.     

"Kau berjanji, Nak?"     

"Iya, Bu. Aku berjanji padamu."     

Bu Angel akhirnya mengangguk pelan. Ia percaya dengan ucapan Saga. "Iya, Nak. Ibu yakin."     

***     

"Aku yakin, pasti ada seseorang yang dengan sengaja melakukan penculikan ini pada Pak Surya."     

Anton masih fokus menyetir mobil. Pandangannya jeli menatap ke kanan dan kiri jalanan. Ia terus mencari Pak Surya di mana pun berada.     

"Tak mungkin kalau Pak Surya hilang begitu saja dan tak pulang-pulang ke rumah sudah beberapa hari."     

Anton merasa kasihan pada Saga. Pria itu terus mencari ayahnya dari pagi sampai malam. Makan pun jadi tak teratur lagi sekarang. Waktu istirahat Saga juga telah terkuras banyak.     

Di sisi lain, Anton merasa curiga dengan satu orang, yaitu Reva. Wanita itu tetap membuatnya merasa yakin, kalau telah terjadi sesuatu di balik ini semua. Wanita licik itu tak bisa membuatnya percaya.     

"Aku tak akan diam saja seperti ini. Aku harus memata-matai Reva mulai sekarang."     

Maka dari itu, Anton akhirnya memutuskan untuk memantau rumah Reva dari jarak jauh. Ia ingin mengetahui kegiatan wanita itu apa saja. Hal yang berkaitan dengan Reva, memang begitu misterius untui diselidiki.     

***     

Joseph baru saja mendapatkan telepon dari Saga, bahwa pria itu berada di rumah saat ini menjaga sang ibu. Saga juga bercerita tentang ibunya yang hanya diam saja, tak merespons ucapannya sama sekali. Hal itu makin membuat Joseph merasa tak tega.     

"Kasihan sekali Bu Angel harus bernasib seperti ini. Beliau pasti memikirkan Pak Surya terus." Ia akan terus membantu Saga untuk mencari keberadaan Pak Surya sampai ketemu.     

Di tengah perjalanan, tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Joseph pun menepikan mobilnya sebentar dan melihat siapa nama si pemanggil.     

"Anton? Mau apa dia menghubungiku?" Joseph langsung mengangkat panggilan itu dan siapa tahu itu penting.     

"Hallo?"     

"Hallo, ada apa?"     

"Aku saat ini sedang berada di depan rumahnya Reva. Bisa kau menyusulku kemari?"     

"Untuk apa aku menyusulmu ke sana?" Joseph tak mau disuruh-suruh seperti ini oleh seorang anak buah.     

Anton terdengar mencebik. "Ah, sudahlah! Jangan banyak bertanya. Pokoknya kau harus datang ke sini. Entah kenapa, aku merasa curiga dengan gerak-geriknya Reva."     

Pemikiran Joseph dan Anton ternyata sama. Mereka berdua sama-sama tengah mencurigai Reva. Mau tak mau, Joseph pun segera menyanggupi hal itu.     

"Baiklah, aku akan ke sana. Tunggu aku beberapa menit."     

***     

Akhirnya, Joseph sudah sampai di sekitar rumah Reva. Mobil mereka berdua memang sengaja diparkir ke sebuah tempat yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Reva. Kedua pria itu ingin memantau keadaan yang ada di dalam.     

"Hatiku berkata, bahwa Reva yang mengakibatkan semua ini terjadi."     

"Kenapa jadi bisa seperti itu? Memangnya kau seorang dukun, ya, jadi tahu semuanya?" Joseph dan Anton saat ini sedang memantau rumah Reva.     

Anton dan Joseph saat ini sedang berada di depan gerbang rumah Reva. Mereka ingin sekali masuk ke dalam dan ingin tahu segalanya.     

'Entah kenapa, perasaan Anton sama sepertiku. Dia juga curiga pada Reva. Ya Tuhan, berilah kami sebuah bukti nanti, agar semua ini jelas.'     

"Bagaimana kalau kau saja yang masuk ke dalam? Pura-pura memancingnya untuk bicara."     

"Kenapa tidak kau saja? Kenapa harus aku?" Joseph tak ingin disuruh-suruh seperti ini.     

"Ya, aku tak mau lah. Kau saja, kalian berdua kan sangat akrab sampai sekarang."     

Joseph hanya mengembuskan napas panjang. Ia pun setuju dengan suruhan Anton.     

"Baiklah, aku akan masuk ke dalam sana. Kau tunggu di sini, oke?"     

Anton mengangguk-angguk pada Joseph. Akhirnya, pria itu masuk ke halaman rumah. Beberapa saat kemudian, Reva pun ke luar dari tempat persembunyiannya.     

Dari depan gerbang, Anton terus saja memantau mereka berdua dengan tatapan intens. Ia tak akan mudah percaya dengan mereka berdua.     

"Apa yang mereka bicarakan ya? Sepertinya serius sekali."     

Reva tak mau mengajak Joseph masuk ke dalam rumah. Anton melihat itu dengan jeli, walaupun jaraknya cukup jauh.     

"Aku tak akan tinggal diam, membiarkan kalian berdua terus mengganggu kehidupan Saga. Aku tak bisa percaya dengan salah satu dari kalian. Kalian berdua sama-sama munafik!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.