Arrogant Husband

Tuduhan Pada Reva



Tuduhan Pada Reva

0"Menurut pihak polisi, jenazah Pak Surya ditemukan di dalam karung. Mobilnya masuk terperosok ke dalam dan memang perbuatan disengaja."     
0

Saat ini Joseph telah berada di rumahnya. Pria itu tengah memikirkan masalah ini dan merasa ganjil sekali. Rencana pembunuhan Pak Surya memang sudah disengaja.     

"Entah kenapa, aku merasa yakin kalau Reva yang melakukan semua ini. Mungkin, dia ingin menuntut balas karena sudah mengacaukan hubungannya dengan Agam."     

Namun, Joseph tak punya bukti apa pun sekarang, hingga dirinya tak bisa menggugat Reva dan menjebloskannya ke penjara. Lantas, ia yakin kalau semua ini akan terungkap juga.     

Joseph tak bisa membayangkan kalau kehilangan kedua orang tuanya. Meskipun mereka berdua berada jauh di luar negeri, tapi percayalah, Joseph sangat merindukan kedua orang tuanya. Ia ingin sekali pulang, tapi masih tak memungkinkan.     

"Kasihan sekali Saga dan Bu Angel. Mereka berdua sangat bersedih karena kehilangan Pak Surya."     

Kematian seseorang itu memang nyata dan tak bisa ditebak. Yang perlu disiapkan hanyalah mental, untuk bisa menerima semua ini dengan berlapang dada.     

***     

Bu Angel sangat terpukul karena kehilangan sang suami, yang lebih dahulu pergi meninggalkannya. Di rumah Saga ini, dirinya hanya diam saja. Air mata terus saja turun membasahi pipi.     

Alisa dan Saga juga tengah bersedih hati. Sepasang suami istri itu tak tega melihat keadaan Bu Angel yang semakin terpuruk.     

"Sayang, aku tak tega melihat kondisi ibu seperti ini. Ibu selalu mengurung diri di dalam kamar dan tak mau makan apa pun," ucap Alisa.     

"Iya sayang. Ini memang tak mudah untuk kita semua. Tapi, percayalah semua akan indah pada waktunya. Ibu pasti pelan-pelan bisa menerima ini semua."     

Hati Saga juga telah rapuh karena kepergian sang ayah. Namun, ia berusaha untuk tetap tegar untuk istri dan juga ibunya. Sebagai kepala rumah tangga di sini, Saga berkewajiban untuk melindungi keluarganya.     

Sekarang sang ayah telah tiada, maka Bu Angel sudah menjadi tanggung jawabnya. Ia akan membuat sang ibu menjadi ceria seperti dulu lagi.     

"Lebih baik, kau istirahat saja lebih dulu di kamar sayang. Temani Lisa di dalam. Anak kita pasti rindu dengan ibunya." Saga menyuruh Alisa untuk lebih dulu ke kamar.     

"Bagaimana dengan ibu?"     

"Ibu biar aku saja yang mengurus. Ada yang ingin aku bicarakan dengannya."     

"Baiklah sayang."     

Alisa kemudian menaiki anak tangga dengan pelan untuk menuju ke kamar. Sedangkan, Saga akan melangkah ke kamar sang ibu yang letaknya berada di bawah tangga.     

Sebelum masuk ke dalam kamar, Saga terlebih dahulu mengetuk pintu. Setelah itu, ia pun masuk ke dalam. Berjalan perlahan menghampiri Bu Angel, lalu duduk di tepian ranjang.     

"Bu?" panggil Saga seraya menggenggam pergelangan tangan Bu Angel. "Ibu makan ya, sedikit saja."     

Bu Angel menggeleng pelan. Ia tak mau makan apa pun sekarang. Pikirannya hanya tertuju pada Pak Surya saja. Saga tak mampu menahan rasa kesedihannya.     

"Nak, jangan paksa ibu ya. Ibu tak lapar sama sekali. Ibu pengen sendiri saja di kamar."     

Saga paham dan mengangguk patuh pada ibunya. Ia pun segera ke luar dari sini dan membiarkan Bu Angel memerlukan waktu untuk sendiri.     

"Baiklah, Bu. Aku akan ke luar." Saga berjalan pelan dan menatap ke belakang lagi.     

Pria itu akhirnya menuju ke kamarnya. Ia ingin menemui Alisa dan juga anaknya. Memang tak mudah, semua ini terjadi begitu saja. Saga tak bisa membujuk sang ibu untuk makan, walau hanya sedikit saja.     

Ia pun sudah sampai di dalam kamar. Alisa langsung menyambut kedatangannya dengan hangat. Wanita itu meraih kedua tangannya dan mengajak untuk duduk di atas ranjang.     

"Bagaimana? Apa ibu mau makan?" tanya Alisa.     

"Ibu tak mau makan sama sekali. Masih kepikiran tentang ayah."     

Alisa mengembuskan napas panjang. "Iya sayang. Semuanya wajar, karena ibu sangat mencintai ayahmu. Memang tak mudah semua ini, terjadi begitu saja."     

"Akan aku pastikan, bahwa pelakunya akan menerima ganjaran yang setimpal nanti. Aku akan terus memburunya bersama pihak kepolisian," ucap Saga dengan mantap.     

"Baiklah. Ayo, istirahat. Kau sudah sangat lelah hari ini."     

Alisa mengajak sang suami untuk tidur bersamanya. Hari ini, mereka lalui dengan penuh tangis air mata dan dukacita. Semoga saja besok hari, akan ada kebahagiaan yang menanti.     

***     

Anton sengaja ke rumah Reva sepagi ini. Ia ingin menemui wanita itu di rumah. Ia mengetuk pintu rumah itu dengan keras.     

Alhasil, Reva pun ke luar dari dalam. Wanita itu terkejut dengan kedatangannya kemari. Anton menatap Reva dengan tingkah angkuhnya.     

"Huftt! Kemarin si Joseph, sekarang kau! Mau apa sih datang ke sini? Apa ada hal yang penting?"     

"Apa kau tidak mempersilakan tamu untuk masuk ke dalam?" tanya Anton.     

"Untuk apa aku mengajakmu masuk ke dalam. Kalau mau bicara, silakan di sini saja. Akan aku dengarkan."     

"Sebaiknya kau menyerah saja dan jujur!" Anton langsung to the point pada Reva.     

"Maksudnya apa? Aku harus berkata jujur tentang apa?"     

"Aku yakin, pasti kau yang telah menyebabkan Pak Surya meninggalkan, iya?"     

Reva sama sekali tak tahu kalau Pak Surya telah meninggal. Dalam hati kecilnya, jelas saja ia bersorak kegirangan. Memang inilah yang ia inginkan selama ini.     

"A–apa? Pak Surya meninggal?"     

"Alah! Kau tak usah berlagak bodoh! Aku tahu, pasti kau pelakunya!"     

"Enak saja, asal main tuduh begitu! Bukan aku pelakunya. Kau dan Joseph sama saja, selalu menuduhku tanpa bukti."     

"Mungkin sekarang memang belum ada buktinya sama sekali, tapi nanti, kau pasti akan tertangkap juga. Ingatlah, semua perbuatan pasti akan dapat ganjarannya."     

Reva sangat geram sekali mendengar jawaban Anton. Pria yang ada di hadapannya saat ini telah berhasil membuatnya emosi.     

'Dari dulu aku selalu ingin menyingkirkanmu setelah Pak Surya. Kau memang pria yang berbahaya untukku.'     

Reva berniat akan mencelakai Anton nanti. Ia akan membuat pria itu juga menyusul Pak Surya di sana.     

"Lebih baik kau pulang saja dari sini, daripada berkoar-koar yang tidak jelas begini. Aku tak paham dengan maksud dan tuduhanmu itu!"     

Bagi Anton, Reva hanya berkamuflase saja. Namun, ia yakin bahwa wanita itu yang telah melakukan hal keji ini. Reva memang nekat untuk membahayakan nyawa orang lain.     

"Lihat saja nanti, semua kebenarannya akan terungkap!" Anton mundur perlahan dari hadapan Reva. Ia memutuskan akan pulang saja dari sini.     

Tangan Reva terkepal kuat. Ia ingin membalas perbuatan Anton tadi padanya. Pria itu sudah masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesinnya.     

"Dasar, kurang ajar! Awas saja kau nanti, akan aku balas!" teriak Reva pada Anton yang mulai menjauh dari halaman rumahnya.     

"Aku tak akan tinggal diam. Anton pun lama-lama akan semakin berbahaya dan berpotensi merepotkanku saja nanti."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.