Arrogant Husband

Pak Surya Kehilangan Nyawa



Pak Surya Kehilangan Nyawa

0"Apa yang akan aku katakan nanti dengan Ibu? Apakah aku sanggup untuk berterus terang?"     
0

Saat ini, Bu Angel masih dalam keadaan drop. Alisa tak mau, kalau langsung memberitahu sang ibu mertua dan itu akan membuat kondisi wanita paruh baya itu tambah memburuk.     

"Sabar, Nyonya, sabarlah. Memang semua ini perlu waktu. Tapi, tak ada salahnya untuk memberitahukan hal ini pada Bu Angel."     

"Kita pelan-pelan saja, Sa. Kita semua akan berada di samping Bu Angel untuk menenangkannya."     

Anton dan Joseph menyuruh Alisa untuk berkata jujur. Apa pun yang akan terjadi ke depannya, Alisa hanya bisa pasrah dengan kondisi Bu Angel.     

Anton membantu Alisa untuk bangkit berdiri dari sofa. Mereka bertiga akan menuju ke kamar Bu Angel. Di saat perjalanan menuju ke kamar, Alisa terus saja menangis dan tak henti-henti. Hatinya tak sanggup untuk menerima kesedihan ini, apalagi dengan Bu Angel nanti.     

Bu Angel, wanita yang sudah tak muda lagi dan kondisi kesehatannya pun menurun. Akhirnya, Alisa sudah berada di depan pintu kamar. Tangannya terjulur untuk membuka pegangan pintu. Alhasil, terlihatlah Bu Angel yang sedang berbaring di atas tempat tidur.     

"Alisa, kau kenapa menangis, Nak?" ujar Bu Angel.     

Alisa langsung berlari ke pelukan Bu Angel. Ia pun menangis deras di pundak sang ibu mertua. Wanita itu tak paham dengan keadaan Alisa.     

"Kenapa menangis? Ada apa?" Bu Angel membelai lembut rambut panjang Alisa dengan kasih sayang.     

"A–ayah ...."     

"Kenapa dengan ayah?" Bu Angel langsung melepaskan pelukannya dari Alisa.     

Alisa tak kuasa untuk meneruskan ucapannya, sedangkan Anton dan Joseph tampak diam sedari tadi. Kedua pria itu hanya menatap ke arahnya dengan perasaan sedih.     

"Ayah sudah tiada." Tangis Alisa pecah lagi dan terdengar keras.     

Tatapan mata Bu Angel langsung kosong. Wajahnya seolah tak percaya bahwa sang suami telah tiada.     

"Kau pasti bercanda! Ayah tak mungkin tiada dan dia pasti masih hidup!" Bu Angel tak terima kalau suaminya dianggap telah tiada. Ia pun langsung mendorong tubuh Alisa dengan sedikit kencang.     

Bu Angel langsung berlari ke luar dari kamar. Alisa, Anton, dan juga Joseph tengah bergegas menghampiri wanita itu. Mereka bertiga takut, kalau Bu Angel nekat melakukan sesuatu.     

"Ayah pasti masih hidup! Iya, ayah masih hidup."     

Bu Angel berteriak-teriak di dalam rumah dan bersuara bahwa suaminya masih hidup. Alisa sangat cemas dengan kondisi ibu mertuanya sekarang. Joseph dan Anton mencoba untuk menenangkan Bu Angel.     

"Bu, tenanglah ...."     

"Bagaimana aku bisa tenang hah?! Suamiku sampai saat ini masih belum pulang juga. Dia masih hidup! Dan, kalian saja yang menganggapnya sudah mati."     

Mereka bertiga paham dengan kondisi Bu Angel sekarang. Memang tak mudah untuk mengikhlaskan semua ini. Orang yang begitu dicintai telah tiada di samping. Alisa bisa merasakan penderitaan ibu mertuanya itu. Ia tak bisa membayangkan kalau berada di posisi Bu Angel.     

***     

Saat ini, Saga dan kedua polisi itu sudah sampai di tempat kejadian perkara. Mereka menemukan jenazah Pak Surya yang terbungkus oleh sebuah karung. Tak jauh dari tempat jenazah, ada sebuah mobil terperosok ke dalam jurang.     

"Diduga mobil itu memang sengaja didorong oleh seseorang," ucap salah seorang polisi.     

Di hadapan Saga sudah ada kantong mayat. Ia langsung terduduk lemas di atas tanah. Tak kuasa untuk membuka kantong tersebut dan melihat wajah sang ayah untuk yang terakhir kalinya.     

"A–ayah ...," lirih Saga.     

Perlahan-lahan, tangan Saga terjulur untuk membuka kantong mayat tersebut. Alhasil, setelah berhasil dibuka, Saga langsung menangis deras. Ia tak percaya dengan semua ini. Ternyata memang benar, sang ayah sudah tiada.     

"Ayahh!" Saga menangis histeris.     

Terasa lemas sekujur tubuh saat melihat wajah ayahnya. Melihat wajah Pak Surya untuk yang terakhir kali seperti ini, membuatnya tak ikhlas sama sekali.     

"Ayah, maafkan Saga. Maaf karena masih belum bisa membahagiakan ayah sepenuhnya."     

Pria itu tertunduk. Masih menangis deras dan tak mampu berucap apa pun. Namun, satu hal yang jelas, siapa pun orang yang telah melakukan hal ini pada ayahnya, maka Saga tak akan pernah mengampuni orang itu.     

"Pak polisi aku mohon pada kalian. Tolong, cari pelakunya sampai dapat!" Di sela isak tangis, Saga menyuruh pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus kematian sang ayah.     

"Baik, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik untuk Anda. Kami turut berdukacita sedalam-dalamnya."     

Saga akan mencari pelaku yang telah membuat nyawa sang ayah melayang. Ia tak akan mengampuni orang itu.     

***     

Di tempat pemakaman, semuanya terlihat menangis. Jenazah Pak Surya sudah dikebumikan dengan layak. Bu Angel pun tak mau pulang dari tempat ini. Walaupun Saga dan Alisa terus membujuk wanita itu.     

"Ayah," ucap Bu Angel pelan. "Kenapa ayah ninggalin ibu sendiri di sini? Kenapa tak ajak ibu saja untuk ikut bersama dengan ayah?" Bu Angel mengusap tanah yang masih basah itu di atas pemakaman sang suami.     

Saga dan Alisa masih menangis deras. Mereka berdua tak kuasa menahan kesedihan. Joseph dan Anton pun juga turut bersedih karena hal ini. Mereka berdua akan membantu untuk mencari pelakunya sampai ketemu.     

"Bu, ayo kita pulang. Biarkan ayah di sini. Dia sudah tenang dan tak merasakan penderitaan lagi."     

"Ibu masih ingin di sini! Kalian pulang saja ke rumah kalau mau!" Bu Angel tetap bersikeras untuk berada di sini, menemani sang suami.     

Wanita paruh baya itu tak mau pergi sedetik pun dari suaminya. Usaha yang Alisa dan Saga lakukan terasa percuma. Bu Angel tak mau pulang bersama dengan mereka.     

"Bu, ayo bu. Kita pulang, nanti kita akan ke sini lagi untuk jenguk ayah."     

"Kenapa ayah ninggalin ibu sendiri di sini? Kenapa yah? Ayah tahu kan, ibu sangat mencintai ayah?"     

Alisa masih akan tetap di sini, menemani sang ibu mertua. Kalau Bu Angel tetap tak mau pulang, ia pun juga tak akan bersama dengan Saga di rumah.     

"Aku akan temani ibu di sini, kalau kau mau pulang, pulanglah," suruh Alisa.     

"Tapi, sayang? Aku tak bisa meninggalkan kalian berdua di sini. Aku sangat mencemaskan ibu dan juga kau."     

"Bu, ayo, bu. Kita pulang ke rumah. Ibu harus istirahat. Ayah pasti akan sangat sedih melihat ibu seperti ini di sini."     

Mendengar hal itu, Bu Angel terdiam sejenak. Ia pun menyeka air mata yang terus membasahi pipi. Kantung matanya sudah bengkak dan menghitam.     

"Baiklah, Nak." Bu Angel perlahan berdiri dan dibantu oleh Saga. Pria itu membawa ibunya masuk ke dalam mobil.     

Alisa bisa bernapas lega sekarang karena sang ibu mertua sudah berhasil dibujuk. Mereka semua pun akan segera pulang ke rumah. Hari ini adalah hari yang paling menyedihkan. Ditinggal oleh orang yang begitu dicintai, memang tidaklah mudah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.