Arrogant Husband

Hanya Kebetulan



Hanya Kebetulan

0Terdengar ketukan pintu dari luar rumah Agam. Pria itu langsung bangkit dari atas ranjang dan bergegas ke depan. Berharap Reva yang datang kemari malam hari seperti ini.     
0

Setelah membuka pintu, maka terlihatlah seorang wanita cantik tengah berdiri di hadapannya. Membuat Agam selalu merasa terpesona olehnya. Wanita itu adalah Reva.     

"Hai, sayang," sapa Reva sambil melambaikan tangan.     

"Hai juga sayang. Ayo masuk ke dalam." Agam mengajak Reva untuk masuk ke rumahnya. Wanita berparas cantik dan bertubuh seksi itu tampak melenggak-lenggok berjalan.     

"Aku malam-malam ke rumahmu, tak apa kan?"     

"Tentu saja tidak apa-apa sayang. Malah aku senang bisa melihatmu sekarang." Agam tersenyum lebar pada sang kekasih. Membuat wanita itu agak malu-malu.     

"Baguslah kalau begitu. Aku kemari, karena merasa kangen denganmu. Ingin melihat wajah tampanmu."     

Agam terlihat salah tingkah dibuatnya. Wanita cantik ini selalu saja bisa membuat getaran di hatinya jadi tak karuan. Mungkin memang sudah menjadi keahlian Reva seperti ini.     

"Kau ini bisa saja sayang. Jangan seperti itu. Aku merasa gugup sekarang."     

"Kenapa jadi gugup sayang?" Reva langsung memajukan tubuhnya sedikit agar bisa menatap mata indah Agam dengan jelas. Membuat pria itu kelimpungan sekarang. Debaran di jantungnya makin menjadi-jadi.     

"A–anu ...."     

"Anu, apa Gam?" tanya Reva lagi.     

"Sayang, kau mundur sedikit ya. Jangan dekat-dekat seperti itu."     

Setelah mendengar ucapan Agam, Reva tampak usil dan makin terus mendekati sang kekasih. Pria itu jadi salah tingkah dan malu. Ia tahu, bahwa Agam sekarang menjadi sosok pria yang pemalu.     

"Aku tak akan mundur darimu. Aku akan terus maju," ucap Reva dengan yakin. "Sama seperti perjuangan cintaku padamu."     

Rayuan maut diucapkan oleh Reva. Wanita itu berhasil membuat lawan jenisnya tak berdaya. Agam tak bisa berkata apa-apa lagi dan mendengarkan saja apa ucapan Reva.     

"Aku sangat mencintaimu, Gam. Tak akan ada satu orang pun yang bisa memisahkan cinta kita. Percayalah."     

"Aku mau bertanya sesuatu, bolehkah?" Kali ini, Agam tampak serius dengan Reva.     

"Tentu saja boleh. Silakan saja."     

"Kenapa kau menyukaiku? Sedangkan aku hanyalah pria yang sederhana, jauh dari kemewahan seperti Saga dan juga Joseph."     

"Aku mencintaimu dengan tulus, dari dalam hatiku, Gam. Jadi, aku akan menerimamu apa adanya. Tak peduli kau seorang pria yang sederhana dan tak punya banyak harta. Tapi, cintamu mampu membuatku jadi sempurna."     

Ucapan Reva membuat Agam seolah melayang-layang di udara. Wanita itu masih menggetarkan debaran jantungnya. Ia tak sanggup, kalau berlama-lama seperti ini dibuat oleh Reva.     

"Kau selalu bisa membuatku tersenyum seperti ini, Va. Terima kasih banyak ya sayang untuk semua yang telah kau berikan."     

"Iya sayang, sama-sama."     

Tak seperti lelaki kebanyakan, di mata Reva sosok Agam terlihat berbeda. Pria itu tak digerayangi oleh hawa nafsu seperti yang Joseph pernah lakukan padanya. Agam mampu menahan hasrat terbesarnya. Reva tahu, bahwa sang kekasih juga punya sebuah nafsu.     

'Kau sangat berbeda dari pria kebanyakan. Kau istimewa di mataku.'     

"Gam, kau sudah makan malam?"     

"Hm, belum." Pria itu menggelengkan kepalanya.     

"Bagaimana kalau kita makan bersama di luar saja?" tanya Reva.     

Agam setuju dengan keinginan Reva. Pria itu lalu melangkah ke kamar sebentar untuk mengambil jaketnya. Setelah itu, mereka berdua akan segera pergi.     

Reva sudah menunggu terlebih dahulu di depan rumah. Tak lama kemudian, maka muncullah Agam dari dalam. Pria itu terlihat gagah dengan memakai jaket kulit berwarna cokelat. Reva merasa takjub melihatnya.     

"Ayo, sayang. Kita jalan sekarang saja."     

"Iya sayang."     

Tanpa membuang-buang waktu lagi, mereka pun segera berangkat. Reva akan mengajak sang kekasih untuk makan berdua di restoran terdekat.     

***     

Sepasang kekasih itu tampak turun dari mobil. Agam langsung mengajak Reva untuk segera masuk ke dalam. Mereka bergenggaman tangan satu sama lain dan ada beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya.     

Reva merasa senang dipegang tangannya seperti ini oleh Agam. Malam ini akan mereka lewati dengan suka cita bersama. Canda tawa selalu menghiasi sudut bibir mereka. Reva tak pernah bosan untuk memamerkan senyum indahnya. Pria mana yang tak terpesona oleh kecantikannya itu.     

"Kau sungguh cantik malam ini sayang. Sangat cantik." Agam memuji kecantikan sang kekasih.     

"Ah, kau bisa saja sayang." Reva tersipu malu dan menepuk pelan pundak Agam.     

Setelah mereka selesai memesan makanan, keduanya pun tampak menunggu. Sambil menunggu makanan terhidang di atas meja, Agam dan Reva saling melempar canda tawa bersama. Keduanya saling bergenggaman tangan satu sama lain.     

"Ayo, secepatnya kita menikah. Agar tak ada yang bisa mengganggu hubungan kita lagi." Reva merengek seperti anak kecil pada Agam.     

"Bersabarlah sayang. Jangan terburu-buru ya. Aku pun ingin juga lekas menikah denganmu."     

Reva mengembuskan napas panjang. Ia akan mendesak sang kekasih untuk segera menikahinya agar Joseph tak terus-menerus mengusiknya seperti ini. Ia sudah bosan, kalau Joseph terus menerornya.     

Tak terasa, makanan pun akhirnya sudah tersaji di atas meja mereka dalam keadaaan hangat. Mereka berdua tak sabar lagi ingin mencicipi masakan tersebut.     

"Oh, ya, aku sengaja mengajakmu ke sini, Gam. Ini adalah restoran mewah dan makanannya tentu saja enak. Makan dan habiskan, ya."     

"Iya sayang."     

Mereka berdua tampak mencicipi makanan tersebut dengan lahap, apalagi Agam. Pria itu makan dengan cepat selagi masih hangat. Reva hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah sang kekasih.     

Tiba-tiba, pandangan mata Reva menuju pada seseorang yang tengah masuk ke dalam restoran. Seorang pria yang sangat dikenalnya. Arah tatapan Reva pun tertangkap oleh Agam. Sang kekasih melihat ke arah yang sama.     

"Ada Joseph juga di sini?" tanya Agam akhirnya.     

"Sepertinya begitu. Kenapa dia ada di sini sih!" Reva kesal sendiri karena melihat kedatangan Joseph kemari. Pria itu lalu menatap ke arahnya.     

Joseph akhirnya melihat ke arah Reva dan juga Agam. Dua sejoli itu tampak makan bersama malam ini di restoran. Ia pun berniat akan menghampiri keduanya.     

Reva merasa gugup saat Joseph melangkah kemari, mendekat, dan telah berdiri di depannya. Ia pun bertanya ada perlu apa ke sini.     

"Akhirnya aku bisa melihat sepasang kekasih makan malam di sini berduaan," ucap Joseph.     

"Jujur saja, kau mau apa datang kemari, hah?!" Reva tak suka melihat kedatangan Joseph di sini.     

"Ya jelas, aku ingin makan malam di sini. Dan, aku pun tak ada niat untuk menguntit kalian berdua. Ini hanya kebetulan." Joseph tersenyum ke arah Reva. Sepertinya ia sudah berhasil membuat wanita itu jadi kesal sendiri.     

Sekarang wajah Reva berubah menjadi masam dan tak seceria tadi. Agam pun menyadari perubahan perilaku wanita itu.     

"Sayang, ayo kita pergi dari sini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.