Arrogant Husband

Tak Peduli



Tak Peduli

0Saga tak sengaja bertemu dengan Agam di jalan. Pria itu langsung menatapnya dengan tatapan tak suka. Agam pun bergerak menjauhinya.     
0

"Gam, tunggu dulu sebentar!" teriak Saga. Pria itu lalu berhenti sejenak dan menengoknya ke belakang.     

"Ada apa lagi sih?" Agam tampak tak suka ketika berbicara dengan Saga seperti ini. Ia ingin segera pergi saja.     

"Kita bisa bicara dulu kan?" Saga ingin bicara dengan Agam.     

"Maaf, tak bisa. Aku harus segera pergi." Agam melangkah menjauh, tapi dihadang oleh Saga.     

"Aku ingin bicara sebentar saja denganmu. Hanya sebentar saja."     

Saga memohon pada Agam untuk bicara berdua. Ada yang ingin ia jelaskan perihal Reva. Saga harus meluruskan sedikit masalah ini.     

"Sudahlah. Kau dan Joseph itu sama saja. Sama-sama ingin menghancurkan hubunganku dengan Reva. Iya kan?" Agam berucap langsung dengan tepat sasaran. Ia tahu, bahwa Saga pasti akan membahas masalah ini.     

"Tapi, aku masih belum bicara apa pun. Kenapa kau langsung seperti itu?"     

Agam mengibaskan tangannya ke arah wajah Saga. Pria itu tak peduli sama sekali dengannya dan langsung menjauh. Membuat Saga hanya bisa memandang punggung Agam dari jauh.     

Sama sekali tak mudah untuk bicara berdua dengan Agam. Membahas duduk permasalahan ini dengan pria itu perihal Reva. Biar bagaimanapun, Agam harus tahu siapa wanita itu.     

Saga segera masuk ke dalam mobilnya. Pria itu akan pulang menuju rumah, karena sang istri dan anaknya sudah menunggu kepulangannya. Mungkin, perlu sedikit waktu lagi untuk bicara masalah ini dengan Agam.     

***     

"Mau apa lagi si Saga itu bicara denganku? Pasti dia sengaja menemuiku di jalan seperti tadi." Agam menggerutu sepanjang jalan pulang ke rumah. Pria itu baru saja pulang kerja di bar.     

Saat perjalanan menuju ke rumah, tiba-tiba Agam bertemu dengan Saga tadi. Ia ingin lekas pergi saja, tapi jalannya dihadang oleh pria itu. Saga pun juga mengajaknya untuk bicara sebentar.     

"Pokoknya, apa pun yang mereka katakan tentang Reva, aku tak akan percaya dengan mudah. Kami hendak menikah dan tak mungkin kekasihku pernah macam-macam di belakangku."     

Agam lebih percaya dengan Reva dibandingkan Saga dan juga Joseph. Mereka akan mengatakan apa pun, ia tak akan pernah peduli sama sekali.     

Setelah sampai di depan rumah, Agam langsung masuk ke dalam. Pria itu segera masuk kamar dan duduk sebentar di tepian ranjang. Ia mengedarkan pandangan ke sekitar kamar.     

"Kenapa hubunganku dan juga Reva ada saja yang ingin menghancurkan? Apakah ini ujian cinta untuk kami berdua?" Pria itu menengok ke atas langit-langit kamar. Membayangkan bagaimana nanti setelah mereka berdua menikah.     

Masa depan yang indah dan cemerlang sudah pasti di depan mata. Agam akan menyayangi dan mencintai wanita itu dengan segenap hati. Begitupun juga Reva, sang kekasih pasti akan berlaku seperti itu juga. Kisah kasih asmara yang terjadi di antara mereka berdua, harus bisa bertahan lama dan sampai akhir hayat.     

"Semoga saja hubungan cintaku dan juga Reva akan selamanya indah seperti ini. Dan, juga Joseph tak akan lagi mengganggu kami."     

Setelah duduk-duduk sebentar di atas tempat tidur, maka Agam akan langsung mandi. Pria itu mulai melangkah ke lemari untuk mengambil handuk. Mungkin setelah itu, ia akan mengistirahatkan tubuhnya sampai menjelang malam.     

***     

Saga sudah pulang ke rumah dan langsung disambut oleh istri tercinta. Alisa melingkarkan kedua tangannya ke perut Saga. Kemudian, pria itu balas mencium kening sang istri. Mereka duduk sama-sama di atas tempat tidur dan saling bicara.     

"Aku rindu sekali dengan istriku yang cantik ini," ucap Saga yang telah duduk bersama dengan Alisa.     

"Aku juga rindu dengan suamiku. Dan, akhirnya dia sudah pulang sekarang."     

Alisa menyandarkan kepalanya di pundak Saga. Pria itu mengusap-usap puncak kepalanya dengan lembut. Sepasang suami istri itu saling bermesraan satu sama lain.     

"Apakah kau ingin mandi langsung?" tanya Alisa pada Saga.     

"Nanti dulu. Aku ingin bicara sesuatu dulu padamu."     

"Apa itu?"     

"Tadi di pinggir jalan, aku bertemu dengan Agam. Aku ingin mengajaknya bicara sebentar saja untuk membahas masalah Reva. Tapi, dia tak mau sama sekali."     

Alisa mengembuskan napas panjang lalu menepuk paha Saga dengan pelan. Ia berusaha untuk menyabarkan suaminya.     

"Kau sabar saja, ya. Mungkin masih belum waktunya. Kita tunggu saja waktu yang tepat. Semua rahasia Reva pasti akan terbongkar juga kok nantinya." Alisa percaya bahwa, sepandai-pandainya orang menutupi kesalahan, pasti akan ketahuan juga pada akhirnya. Ia meminta pada sang suami untuk terus bersabar.     

"Iya, kau benar. Mungkin saat ini masih belum tepat. Dan, kita harus bersabar untuk menunggu."     

Sepasang suami istri itu saling melemparkan senyuman. Saga akan berusaha untuk lebih sabar lagi, padahal ia sedikit merasa kasihan dengan Joseph yang selalu ingin mengutarakan masalah ini pada Agam. Berkat Alisa, ia merasa lebih tenang sekarang.     

"Ya sudah, lebih baik kau segera mandi biar wangi sayang."     

Saga pun menurut dengan ucapan sang istri. Pria itu beranjak dari tempat tidur dan menuju ke lemari untuk mengambil handuk. Alisa terus menatap punggung belakang suaminya sampai pria itu benar-benar masuk ke dalam kamar mandi.     

"Ya Tuhan, aku berharap agar semua masalah ini tampak baik-baik saja."     

Alisa bukannya tak mau melihat Reva bahagia, tapi wanita itu harus berkata yang sebenarnya pada Agam. Ia sedih melihat pria itu harus dibohongi oleh Reva seperti ini.     

"Reva beruntung mempunyai kekasih seperti Agam. Pria itu tak termakan oleh ucapan orang lain tentangnya. Agam sangat mencintainya dengan setulus hati."     

Wanita itu bangkit dari ranjang dan menghampiri keranjang sang anak. Lisa kecil masih tertidur dengan pulas. Alisa tak pernah bosan untuk memandangnya seperti ini. Ia ingin selalu bersama dengan si kecil sampai nanti.     

"Ibu dan ayah berjanji, akan selalu membuatmu bahagia dan tak bersedih. Kami berdua akan membesarkanmu dengan setulus hati, agar kau tumbuh menjadi orang yang bermanfaat untuk sekitar."     

Itulah harapan Alisa pada bayi kecilnya kelak. Ia dan Saga akan membesarkan buah hati mereka dengan sungguh-sungguh. Akan memberikan cinta dan juga kasih sayang yang tulus, layaknya seperti anak kandung sendiri.     

Alisa dan Saga sangat bersyukur bisa memiliki bayi mungil seperti ini. Semenjak diasuh olehnya, bayi itu tak pernah rewel. Ia meraba-raba dengan pelan pipi mulus bersih sang anak. Pipinya yang kemerahan membuat Alisa merasa gemas sendiri.     

"Malaikat kecilku sudah ada di sini bersamaku dan juga Saga. Ibu dan Ayah akan selalu menjagamu sampai nanti, Nak. Apa pun yang terjadi nanti, tak akan yang bisa memisahkan kita bersama," ucap Alisa dengan tulus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.