Arrogant Husband

Memikirkan Rencana



Memikirkan Rencana

0"Sayang, lebih baik kita cepat menikah saja. Supaya Joseph dan yang lain tak bisa mengganggu hubungan kita berdua lagi." Reva mendesak Agam agar segera menikahinya dalam waktu dekat. Ia memamerkan wajah masamnya pada pria itu.     
0

Pria itu agak bimbang. Bukan karena tak cinta, tapi tak mau terburu-buru dalam menikah. Ia sudah mantap dengan Reva, tapi alangkah lebih baik kalau dipikirkan secara matang dulu.     

"Sayang, sabar ya. Kita berdua pasti akan segera menikah kok."     

"Tapi, kapan Gam? Aku sudah tak sabar ingin secepatnya menikah denganmu. Agar yang lain tak bisa lagi mengganggu hubungan kita."     

Reva mendengkus ke arah Agam. Pria itu meminta waktu padanya untuk mematangkan rencana ini, karena Agam tak mau terlalu terburu-buru untuk menikah.     

Agam menangkup wajah Reva dengan lembut, lalu mereka berpandangan mata satu sama lain. Pria itu meyakinkan sang kekasih untuk lebih bersabar lagi.     

"Sayang, aku akan menikahimu. Bersabarlah. Tak ada yang berani mengganggu hubungan kita, aku berjanji, sayang." Agam tersenyum lebar pada sang kekasih.     

Kegelisahan Reva akhirnya bisa sedikit ditepis oleh Agam. Pria itu tak mau, kalau sang kekasih terus memikirkan rencana pernikahan ini. Memang semuanya perlu waktu yang matang untuk sebuah pernikahan. Apalagi bagi Agam, pernikahan itu hanya sekali saja seumur hidup.     

"Baiklah kalau begitu. Aku langsung pulang saja, ya," ucap Reva. Ia dan Agam masih berada di dalam mobil. Sepasang kekasih itu lalu bertatapan satu sama lain.     

"Iya sayang. Hati-hati di jalan, ya," balas Agam.     

Agam pun ke luar dari mobil. Pria itu melangkah ke dalam rumah dan menoleh sebentar pada Reva. Menatap wajah sang kekasih dengan serius. Ia paham dengan Reva yang menginginkan untuk cepat menikah.     

Perlahan-lahan mobil Reva segera menjauh dari halaman rumah Agam. Namun, pria itu masih saja berdiri di depan. Menikmati dinginnya angin malam yang menusuk ke tulang. Ia masih ingat dengan perkataan sang kekasih.     

"Maafkan aku sayang. Aku masih belum bisa untuk mempercepat pernikahan kita. Sebenarnya, aku agak sedikit goyah sekarang. Mendengar ucapan Joseph tadi."     

Sudah beberapa saat Agam berdiri di depan rumah, ia pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam. Dengan langkah gontai, pria itu memasuki area kamar. Kemudian, duduk di tepi ranjang sambil memikirkan masalah tadi.     

"Entah kenapa, aku terus saja memikirkan ucapan Joseph tadi. Apakah yang dia ucapkan tadi memang benar adanya? Apakah Reva seperti itu dan telah berbohong denganku?"     

Agam merenung sambil merebahkan diri di atas tempat tidur. Malam ini, ia lewati dengan perasaan yang gundah, memikirkan Reva dan Joseph. Pria itu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Semoga Tuhan selalu memudahkan segala urusannya.     

***     

"Sial! Joseph selalu saja mengacaukan rencanaku. Hampir saja tadi Agam percaya dengan ucapannya." Reva sangat kesal dengan pria itu sambil melemparkan tas selempangnya ke atas ranjang.     

Joseph selalu membuat Agam merasa goyah. Pria itu selalu saja meracuni pikiran Agam. Ia pun tak akan tinggal diam seperti ini saja.     

Reva meminta pada Agam agar mempercepat rencana pernikahannya, tapi pria itu masih menunda hal ini. Sepertinya Agam sudah mulai terpengaruh dengan ucapan Joseph. Semakin lama, Reva merasa takut kalau ada Joseph yang selalu ikut campur.     

"Mungkin dengan cara yang kasar, bisa membuat Joseph segera jera untuk mengganggu hubunganku dan juga Agam. Lihat saja nanti!"     

Reva akan menyuruh beberapa orang suruhannya untuk memberi peringatan pada Joseph. Ia merasa cukup terganggu sekarang.     

"Awas saja kau, Jo! Besok aku akan membuat perhitungan padamu. Kita tunggu saja!"     

Wanita itu langsung meraih tas selempang yang ada di atas tempat tidur dan merogoh isi di dalam tas. Reva mendapatkan benda pipih itu dan tengah menghubungi seseorang di sana.     

"Aku ada pekerjaan yang bagus untukmu besok. Akan aku berikan uang yang setimpal dengan kerjaanmu nanti. Paham?"     

"Paham, Bu. Aku akan melaksanakan apa pun perintahmu."     

Setelah itu Reva segera memutuskan panggilannya dengan orang tersebut. Ia tersenyum lebar karena sudah menyuruh seseorang untuk memberi pelajaran pada Joseph besok.     

"Akhirnya, aku merasa lega juga sekarang. Besok kau akan kuberi pelajaran yang setimpal karena sudah ikut campur dalam hubunganku dan Agam."     

Reva pun merebahkan tubuhnya dengan kasar di atas ranjang. Wanita itu senang malam ini sambil tertawa lepas. Yang mencoba untuk mengganggu hubungannya dengan sang kekasih, harus tahu akibatnya.     

***     

Joseph melangkah gontai saat sudah di depan rumah. Begitu kuat perasaan Agam pada Reva, hingga pria itu tak pernah percaya dengan ucapannya. Apa yang telah Reva perbuat pada Agam sampai seperti itu. Padahal tinggal sedikit lagi, Joseph bisa menguak semua kebusukan wanita itu.     

"Reva sangat beruntung mempunyai seorang kekasih seperti Agam. Dia tak percaya dengan apa yang kuucapkan tadi, bahkan sampai berkali-kali. Dia memang pria yang sejati."     

Ada perasaan sakit yang Joseph rasakan dalam hati, karena Reva selalu memberikan rasa sayang yang tulus pada pria itu. Berbeda sekali dengan dirinya, yang sewaktu dulu masih bersama dengan Reva. Wanita itu tak pernah menganggapnya ada. Ia pun sering kali merasa tercampakkan karena ulahnya.     

Pria itu masih tak bisa tidur karena terus memikirkan Agam. Dengan cara apa lagi ia akan membuka mata dan hati Agam untuk percaya dengan ucapannya ini.     

"Aku tak mau kalau sampai Agam menikah dengan wanita selicik Reva! Dia pria yang baik dan harus mendapatkan wanita yang baik pula," ujar Joseph sambil duduk di atas ranjang.     

Entah apa yang akan Joseph lakukan setelah ini. Reva sangat cerdik untuk mengelabui Agam. Berkali-kali ia mencoba untuk membuka kedok wanita itu, berkali-kali pula Reva menutupinya dengan rapat, sehingga Agam kembali percaya.     

"Mungkin benar apa yang Saga katakan, sekarang bukanlah saat yang tepat untuk mengungkapkan semuanya. Kalau aku paksakan terus seperti ini, bisa-bisa Agam makin tak percaya denganku."     

Mungkin dengan sedikit lebih bersabar, maka semua kebusukan Reva akan terungkap dengan sendirinya. Wanita itu akan mati kutu di hadapan Agam nanti.     

"Semoga saja, Agam nanti bisa sedikit percaya dengan ucapanku. Aku tak pernah berniat untuk membohonginya. Aku ingin menjadi pria yang lebih baik lagi dari sebelumnya."     

Malam pun semakin larut, hingga akhirnya Joseph memutuskan untuk segera tidur saja dan tak terlalu memikirkan masalah ini. Semoga saja ada titik terang yang bisa membuatnya merasa senang. Ia berharap, Reva segera menyadari semua kesalahannya itu.     

"Kalau aku tak bisa bahagia sedikit pun, maka kau juga tak akan pernah merasakan kebahagiaan juga, Va! Aku harus membalas semua perlakuanmu padaku." Joseph tersenyum menyeringai. Ia akan memikirkan sebuah rencana lagi nantinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.