Arrogant Husband

Pak Surya Pura-pura



Pak Surya Pura-pura

0Akhirnya, Pak Surya memutuskan untuk pergi ke rumah Saga dengan mengendarai motor gede. Pria itu tak mau gegabah dulu untuk membawa kabur bayi itu, mengingat banyak anak buah Saga yang pasti berjaga di sana. Ia hanya ingin melihat wajah bayi itu dengan jelas.     
0

Pria paruh baya itu tengah memikirkan sebuag rencana yang harus benar-benar matang. Agar Alisa bersedih hati karena kehilangan sang anak. Mungkin, Pak Surya akan menyuruh beberapa orang untuk mengurus masalah ini nanti.     

"Aku akan bersabar sedikit lagi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Aku yakin pasti bisa melakukannya."     

Lagi pula, kedatangan Pak Surya kemari juga ingin membuat sang istri merasa senang. Pasti Alisa senang melihat kedatangannya, tapi tak bagi Pak Surya.     

"Dasar menantu licik! Dia pasti pura-pura senang kalau aku datang ke sana. Akal bulusnya sudah ketahuan!"     

Pak Surya sedang menempuh perjalanan untuk ke rumah Saga. Pria itu harus bisa berpura-pura baik di sana. Serta tak akan membuat rencana ini jadi kacau.     

***     

"Ayahh!" teriak Bu Angel yang senang bukan main melihat sang suami telah datang ke sini. Alisa pun langsung menyambut ayah mertuanya dengan sopan.     

"Silakan duduk, yah," ujar Alisa.     

"Terima kasih." Pak Surya pun duduk di sofa. Pandangannya langsung tertuju pada bayi yang berada dalam gendongan sang istri.     

"Lihat, Cu, kakekmu udah datang ke sini," ucap Bu Angel.     

'Kakek? Aku kakeknya? Hm, jangan pernah bermimpi tinggi seperti itu. Aku tak pernah menganggapnya sebagai cucuku!'     

Pak Surya meremehkan ucapan Bu Angel. Pria itu kemudian menatap Alisa yang berada tak jauh darinya. Wanita itu tampak asyik berbincang dengan Bu Angel. Melihat tingkah Alisa seperti itu, membuat Pak Surya amat geram.     

'Wanita itu memang licik! Dia sudah merebut hati istriku seperti ini. Si Angel makin lama, semakin sayang dengan Alisa dan juga bayi itu.'     

"Ayah?" panggil Bu Angel kemudian.     

"Ada apa, bu?"     

"Apa ayah mau menggendong cucu kita?" tanya Bu Angel sambil menatap Pak Surya.     

Sejenak pria itu tampak terdiam. Alisa pun merasa yakin, bahwa Pak Surya pasti tak mau mengakui anaknya.     

"Hm, bolehh," balas Pak Surya.     

"Ayah serius kan?"     

"Iya, ayah serius bu. Sini, mana bayi itu?"     

Bu Angel langsung memindahkan tubuh si kecil pada suaminya. Alisa memandang semua ini tampak tak menyangka. Apakah sang ayah mertua sudah mulai menyukai anaknya?     

Bu Angel tersenyum manis ke arah Alisa. Ia bicara dengan menantunya, bahwa Pak Surya mulai menerima bayi itu. Betapa senang hati sang menantu saat mendengar dan menyaksikan hal itu.     

"Ibu yakin, pasti si ayah akan senang berada dekat dengan cucunya seperti ini," bisik Bu Angel pada Alisa. Sang menantu begitu terharu melihat pemandangan ini.     

Sedangkan, Pak Surya tampak geram di dalam hati. Ia terpaksa menggendong bayi itu hanya untuk meraih simpati dari Bu Angel. Agar sang istri tak terus-menerus marah padanya.     

Senyuman licik pun tengah ditampilkan oleh Pak Surya saat menatap bayi mungil itu. Tak disadari oleh Bu Angel dan juga Alisa.     

'Siapa suruh kau hadir di tengah-tengah keluargaku seperti ini? Cukup Alisa saja yang merupakan benalu di keluargaku, kau sebentar lagi akan aku singkirkan!'     

"Kayanya ayah mulai senang nih sama si kecil," ujar Bu Angel pada suaminya. Ia senang melihat Pak Surya seperti ini.     

"I–iya bu. Ayah senang bisa menggendong cucu kita seperti ini."     

"Nah, makanya yah. Andai dari awal, ayah mau diajak kemari ke sini, maka ayah tak usah repot-repot naik motor segala untuk datang ke rumah Saga."     

"Maafkan ayah, bu. Setelah dipikir-pikir, kalau hanya berdiam diri saja di rumah, tentu sangat bosan. Lebih baik ke sini saja, bisa melihat cucuku."     

Alisa sangat senang melihatnya. Semoga saja sang ayah mertua bisa menerima anaknya dengan baik. Ia tak peduli, kalau Pak Surya masih membencinya, asal jangan si kecil saja.     

"Oh ya, ayah harus sering-sering ke sini ya, supaya bisa nengokin Lisa terus." Alisa berusaha untuk bicara seramah mungkin dengan Pak Surya. Di sisi lain, ia juga hendak menarik perhatian dari pria paruh baya itu.     

"Baiklah kalau begitu. Aku dan Angel akan sering ke sini."     

Sang istri merasa sangat senang mendengarnya. Akhirnya, Pak Surya mau diajak kemari lagi nanti. Kebahagiaan pun dirasakan oleh Alisa. Wanita berwajah cantik itu tak kalah senang dari Bu Angel.     

'Ya Tuhan, terima kasih banyak karena Kau telah membuat ayah mertuaku menjadi baik seperti ini. Memang tak ada yang tak mungkin. Aku ingin selalu melihat momen kebersamaan ini setiap harinya.'     

Alisa berdoa dalam hati, semoga saja kebersamaan ini tak pernah sebentar dan akan terus berlanjut hingga pada zaman berikutnya.     

Sisi jahat dari Pak Surya menolak untuk bisa akrab dengan Alisa dan juga bayi yang tengah berada dalam gendongannya saat ini. Ia tak mau, kalau Alisa terlalu berharap banyak padanya.     

"Yah, nanti saja ya kita pulangnya. Ibu masih mau di sini buat menemani Alisa dan juga si kecil."     

"Ya sudah, terserah ibu saja. Ayah akan menurut kok."     

Senyuman lebar yang sang istri perlihatkan, memang benarr-benar membuat Pak Surya merasa terpesona. Andai, mereka berdua di rumah dan berada di dalam kamar, tak segan-segan Pak Surya akan menciuminya.     

Hati Alisa merasa senang melihat dua sejoli ini tampak akur dan terlihat bahagia satu sama lain. Bu Angel dan Pak Surya memang pasangan yang ideal. Semoga saja rumah tangganya bersama dengan Saga akan selalu utuh.     

Cukup lama, Pak Surya berada di sini dengan Bu Angel. Sang istri masih belum mau untuk pulang ke rumah.     

"Ibu masih mau berada di sini, yah. Kita jangan pulang dulu ya."     

"Iya bu, sudah berapa kali ayah bilang?"     

"Ya sudah yah, maafkan ibu."     

Canda tawa mereka tentu saja terdengar bahagia. Namun, Pak Surya hanya pura-pura saja dan ingin segera pulang dari rumah ini. Ia sudah puas menatap wajah bayi itu dengan saksama.     

"Hm, bu, bisa minta tolong tidak?"     

"Minta tolong apa yah?"     

"Minta tolong, fotokan ayah dan juga cucuku ini."     

"Baik yah." Bu Angel lekas mengambil ponselnya dalam tas.     

'Bagus. Semuanya sudah masuk ke dalam perangkapku. Padahal aku tak ada niat sedikit pun untuk datang kemari. Dan, hanya ingin melihat bayi ini dengan dekat.'     

Setelah mengambil beberapa foto si kecil, Bu Angel pun langsung mengirimkannya ke ponsel sang suami.     

"Sepertinya ayah mulai menyukai bayi itu. Iya kan?"     

"Apa, Bu?" tanya Pak Surya.     

"Ibu bilang, bahwa ayah sudah mulai menyukai anak itu. Ayah suka kan?"     

"Hmm, suka kok."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.