Arrogant Husband

Joseph Sadarkan Diri



Joseph Sadarkan Diri

0"Pria itu sudah berhasil kami lukai. Kami yakin, dia pasti tak akan bisa selamat," ujar salah satu dari mereka yang terlihat serius berbicara.     
0

"Hmm, baguslah kalau begitu. Aku senang sekali mendengarnya celaka seperti ini. Hatiku sungguh puas." Reva tampak tersenyum ke arah mereka.     

Setelah memberitahukan tentang hal ini, mereka tampak membubarkan diri dari hadapan Reva. Akhirnya, wanita berpostur tubuh tinggi semampai itu bisa bernapas lega. Ia berharap supaya Joseph tak bangun lagi selamanya.     

"Lebih baik kau cepat mati, Jo! Aku tak ingin diganggu lagi olehmu. Biarkan aku hidup tenang bersama dengan Agam nanti. Aku sudah muak denganmu!"     

Walaupun demikian, Reva masih saja merasa takut kalau rahasianya akan terbongkar dan Agam akan mengetahui semuanya. Ia pun harus pintar-pintar menutupi setiap celah kebohongannya agar tak ditinggal oleh pujaan hati.     

Bersama dengan Agam, Reva merasa nyaman dan bahagia. Maka dari itu, ia tak rela bila ditinggalkan oleh sang kekasih begitu saja. Ia akan terus mendesak Agam agar segera menikahinya.     

"Sebaiknya aku pergi menemui Agam saja. Pasti dia juga merasa kangen sama aku." Reva berjalan menuju ke kamar atas untuk mengambil tas dan juga kunci mobil. Ia akan menemui Agam di tempat kerja. Pria itu pasti akan senang melihatnya datang kesana.     

***     

Alisa menyambut kedatangan Saga dengan perasaan cemas. Ia langsung menghampiri sang suami dan menanyakan bagaimana dengan kabar Joseph di rumah sakit. Saga pun langsung mendudukkannya di sofa ruang tamu.     

"Sayang, tenanglah. Kondisi Joseph sudah baik-baik saja, tapi belum sadarkan diri sampai sekarang."     

"Kenapa dia sampai mengalami seperti itu?" tanya Alisa pada suaminya. "Sepertinya ada orang yang sengaja berniat jahat padanya. Kasihan sekali dia. Aku tak tega mendengarnya seperti ini."     

"Iya. Memang seperti itu juga dugaanku. Joseph telah dilukai oleh orang lain, tapi entah siapa itu." Saga pun bingung dengan hal ini.     

Apa salah Joseph sampai ada orang yang tega berbuat seperti ini. Pertanyaan-pertanyaan itu selalu saja berputar di dalam otaknya. Terpenting sekarang, kondisi pria itu sudah baik-baik saja.     

"Aku akan mencari siapa pelaku yang telah membuat Joseph seperti ini." Tangan Saga terkepal kuat.     

Alisa pun jadi tambah sedih sekarang. Kehilangan sang anak sudah membuatnya hancur, ditambah lagi mendengar keadaan Joseph yang seperti ini. Hati kecilnya berkata tak tega mendengar penuturan Saga mengenai Joseph.     

"Nanti kita akan jenguk Joseph sama-sama, ya." Alisa meminta pada Saga agar menemaninya nanti ke rumah sakit untuk menemui Joseph.     

"Baiklah sayang. Tenang saja."     

Kabar itu pun terdengar oleh Anton, yang memang sengaja menguping pembicaraan Saga dan Alisa. Pria itu juga bingung dan bertanya-tanya. Entah kenapa pikiran Anton langsung menuju kepada Reva. Wanita itu bisa melakukan segala cara untuk menghancurkan orang lain.     

"Aku curiga pada Reva. Entah kenapa, hati kecilku merasa yakin bahwa dia juga dalangnya di balik ini semua. Ini semua bukan kebetulan semata, tapi sudah direncanakan dengan matang." Anton mengangguk-angguk. Ia merasa yakin, bahwa Reva yang telah melukai Joseph.     

Anton pun akhirnya menjauh dan melangkah cepat untuk pergi dari ruang tamu. Ia menuju ke halaman depan untuk berjaga kembali. Meninggalkan Alisa dan Saga yang masih asyik membicarakan hal lain.     

"Aku harus menyelidiki ini semua. Aku yakin pasti Reva pelakunya."     

***     

Bau rumah sakit terasa begitu menyengat di indra penciuman Joseph. Pria itu sudah sadar dan mengedarkan pandangan ke sekitar. Ia mencoba untuk duduk, tapi rasa sakit akibat luka tusukan membuatnya mengurungkan niat dan merebahkan diri kembali.     

Ia melihat sekilas perutnya diperban. "Kurang ajar! Siapa yang sudah membuatku seperti ini? Siapa juga orang-orang yang datang ke rumahku tadi?"     

Joseph terlihat kesal dengan keadaannya sekarang. Siapa dalang di balik semua ini, akan ia cari tahu setelah keadaannya sedikit memungkinkan.     

"Saga, di mana dia sekarang? Apakah dia yang membawaku kemari?"     

Pria itu tak membawa ponsel kemari. Mungkin terjatuh di lantai, saat ia pingsan di rumah. Ia juga sempat menghubungi Saga sebelum tak sadarkan diri.     

Tok! Tok!     

Terdengar suara ketukan dari luar. Tak berapa lama, terlihat dua orang yang masuk ke dalam ruangan ini. Mereka berdua adalah Saga dan Alisa. Betapa senangnya Joseph bertemu mereka.     

"Bagaimana keadaanmu sekarang, Jo?" tanya Saga pada temannya itu.     

"Iya, aku baik-baik saja sekarang." Joseph tersenyum manis ke arah Saga lalu bergantian pada Alisa.     

"Syukurlah kalau begitu. Kau istirahat saja di sini."     

"Apakah kau yang membawaku kemari, Ga?"     

"Iya, setelah aku menerima panggilanmu. Aku langsung menemuimu di rumah dan sudah dalam keadaan tak sadarkan diri."     

Saga meminta pada Joseph untuk menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi. Pria itu mulai bercerita dari awal bertemu dengan beberapa orang yang berkunjung datang ke rumah sampai terkena tusukan sebuah belati. Tak ada yang terlewat sama sekali dari penjelasannya.     

Saga mengangguk-angguk, mencoba untuk memahami ini semua. Ia yakin, semua ini pasti terjadi karena ada oran yang menyuruh mereka.     

"Mereka sepertinya sudah merencanakan ini dengan matang. Dan, sasarannya adalah kau sendiri."     

"Aku masih tak tahu, apa motif sebenarnya dari mereka, Ga. Mereka ingin menghabisiku karena apa?"     

"Aku pun tak tahu mengenai hal itu, Jo. Yang penting sekarang, kau sudah sadarkan diri dan bisa berkumpul bersama lagi."     

Joseph senang karena nyawanya berhasil diselamatkan oleh Saga. Andai saja pria itu tak datang ke rumahnya dengan tepat waktu, mungkin saja ia sudah kehilangan nyawanya sendiri.     

"Aku telah berhutang budi padamu, Ga. Terima kasih banyak ya karena sudah membawaku ke sini," ujar Joseph dengan tulus.     

"Iya sama-sama. Kau jangan khawatirkan masalah itu lagi, ya."     

Alisa sedari tadi hanya terdiam saja. Ia tak mau ikut campur dengan Saga dan juga Joseph. Takut kalau salah bicara nanti.     

"Sayang, kau kenapa hanya diam saja sedari tadi?"     

"Aku tidak apa-apa."     

"Ga, aku turut bersedih dengan anakmu yang sampai sekarang belum ditemukan. Padahal rencana pagi tadi ingin menemuimu dan membantu mencari bayi kalian. Tapi, lihatlah keadaanku sekarang yang masih belum memungkinkan." Joseph mengembuskan napas panjang. Merasa kesal karena kejadian yang menimpanya hari ini.     

"Kau tak usah khawatir. Aku akan membantumu sebisaku." Saga menepuk-nepuk pundak Joseph dengan pelan.     

Kedua pria itu saling melempar senyuman. Alisa yang melihat itu tampak ikut senang juga. Seolah telah menyalurkan energi positif padanya.     

"Setelah aku baikan sedikit, aku akan membantu mencari anak kalian yang hilang." Joseph sudah berjanji bahwa akan membantu mencari bayi itu sampai ketemu.     

"Iya, aku percaya dengan ucapanmu. Terima kasih ya karena sudah peduli dengan bayi kami."     

"Iya, Ga. Sama-sama."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.