Arrogant Husband

Saga Tahu Semuanya



Saga Tahu Semuanya

0"Apa aku tadi tidak salah dengar?" Saga bertanya pada ayah dan ibunya serta melangkah ke hadapan mereka.     
0

"Ayah ingin Alisa dan juga anakku menderita?" tanya Saga lagi.     

Saga pun tersenyum kecut ketika menatap mereka secara bergantian. "Jadi, ibu sudah tahu masalah ini?"     

"Nak, ibu bisa menjelaskannya padamu," lirih Bu Angel.     

"Cukup, Bu! Aku tak ingin mendengar apa pun lagi dari kalian berdua."     

Saga merasa sangat kecewa dengan kedua orang tuanya. Ternyata yang telah melakukan hal ini adalah ayahnya sendiri. Sang ibu pun rupanya telah menyembunyikan rahasia ini darinya.     

Saat ini yang bisa Saga lakukan adalah menjauh dari mereka. Memberi jahat agar tak terlalu menambah rasa kecewa.     

Melihat anak semata wayangnya melangkah pergi dari rumah, Bu Angel tentu saja tak akan tinggal diam. Ia berlari menghampiri Saga di luar.     

"Nak, tunggu!" Bu Angel meraih pergelangan tangan Saga.     

"Apa lagi, Bu? Tolong lepaskan aku!"     

"Ibu ingin menjelaskan masalah tadi."     

"Sudah cukup, Bu. Aku sudah mendengarnya sendiri dengan telingaku. Ayah yang telah melakukan hal ini karena tak suka dengan Alisa dan bayiku. Lalu, ibu pun menutupi rahasia ini dariku!"     

Bu Angel berulang kali meminta maaf pada Saga. Ia sungguh menyesal karena telah menyimpan rahasia ini dan tak memberitahukannya pada Saga.     

"Ibu tahu tidak? Aku hampir saja gila karena kehilangan anakku. Tapi, aku harus kuat demi Alisa! Dia lebih rapuh daripada aku."     

Bu Angel tak kuasa menahan tangis. Ia merasa bersalah sekali. "Maafkan ibu, Nak. Sungguh, maafkanlah ibu. Ibu waktu itu terpaksa harus menuruti ucapan ayahmu."     

"Untuk apa ibu mendengarkan ayah?!"     

"Agar bayimu selalu selamat, Nak. Kalau ibu buka suara, pasti bayi itu akan celaka."     

Saga sungguh marah dengan ayahnya sendiri. Ia melihat di ambang pintu telah berdiri sesosok pria paruh baya. Siapa lagi kalau bukan Pak Surya. Ia tak segan-segan untuk menghampiri pria itu.     

"Ayah sungguh tega melakukan hal ini pada keluargaku! Kenapa yah? Kenapa ayah bersikap seperti ini?" Saga terlihat melototkan matanya ke arah Pak Surya.     

"Ayah tak suka dengan Alisa! Kau harusnya tidak pernah menikah dengannya, tapi dengan wanita lain yang lebih sederajat dengan kita. Dia hanya wanita miskin," ujar Pak Surya tak kalah ketus.     

Saga sungguh tak terima kalau sang istri dikatai seperti itu, bahkan oleh ayahnya sendiri. Alisa sudah menjadi istri sahnya dan menjadi pelengkap hidup. Tak ada satu orang pun yang boleh menghina wanita itu.     

"Ayah sudah keterlaluan. Aku tak akan pernah meninggalkan Alisa sampai kapan pun!" Saga juga tak kalah keras dari sang ayah.     

Bu Angel tak ingin melihat perdebatan antara suami dan juga anaknya. Ia ingin mereka sama-sama akur. Wanita itu langsung menghampiri mereka berdua yang saling berdiri tegak menghadap pintu.     

Tak ingin berlama-lama di sini, Saga pun memutuskan hendak pergi saja. Suasana hatinya sudah memburuk dan tak secerah tadi. Kedatangannya kemari hanya membuat dirinya sendiri menjadi kesal.     

Pria itu masuk ke dalam mobil dan berlalu dari hadapan kedua orang tuanya. Tak peduli sama sekali dengan teriakan Bu Angel yang memanggil-manggil namanya.     

"Saga, tunggu, Nak!"     

Saat Bu Angel hendak menuju ke mobil Saga, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal oleh Pak Surya. Pria paruh baya itu melarangnya untuk menghampiri Saga. Beberapa saat kemudian, mobil itu pun berlalu pergi.     

"Ayah, lepaskan tangan ibu!" ujar Bu Angel dengan meninggikan suaranya. "Ayah jahat sekali padanya!"     

"Ayah tak peduli, Bu. Biarkan saja Saga pergi dari sini!"     

Mereka pun bertengkar hebat. Bu Angel tampak sekali marah padanya. Pak Surya juga tak mau mengalah dan terus melawan ucapan sang istri. Akhirnya, Bu Angel memilih untuk masuk ke dalam kamar untuk menenangkan diri.     

Sedangkan, Pak Surya masih berada di ambang pintu masuk. Pria itu hanya bisa menatap kepergian sang istri yang menaiki anak tangga. Ia tahu, karena sudah membuat Saga kecewa. Namun, semua itu ia lakukan agar sang anak bisa menjauh dari Alisa.     

Pak Surya tak akan pernah menyerah untuk mencapai tujuannya. Saga harus berpisah dengan Alisa bagaimana pun caranya. Namun, mereka sudah mendapatkan bayi itu kembali. Alhasil, tak ada lagi senjata untuk membuat Saga mau berpisah dari wanita itu.     

"Aku berencana menjadikan bayi itu sebagai umpan, agar Alisa dan Saga mau berpisah satu sama lain. Tapi, rencanaku gagal total karena Reva tak becus melakukan pekerjaan ini!"     

Akhirnya, Pak Surya memilih untuk mencari angin segar saja di luar. Ia merasa bosan saat berada di rumah. Berdebat dengan sang istri di rumah hanya menambah suasana hatinya kian memburuk.     

***     

Satu jam telah berlalu dari kejadian tadi. Namun, sampai detik ini Bu Angel masih saja menangis. Ia masih ingat tentang ucapan Saga yang sangat kecewa padanya.     

"Maafkan ibu, Nak. Maafkan ibu." Bu Angel terus mengucapkan kata maaf.     

Betapa merasa berdosanya karena sudah merahasiakan ini dari Saga dan lebih memilih taat pada suaminya yang jahat. Andai saja, waktu bisa diputar kembali, maka Bu Angel akan jujur pada sang anak dan tak akan pernah menyakiti hatinya. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Apa pun yang terjadi sekarang sudah terlambat. Saga sudah marah besar padanya.     

"Apa Alisa akan marah juga padaku?" tanya Bu Angel pada diri sendiri.     

Jangan sampai sang menantu juga turut marah padanya karena masalah ini. Ia tak bisa membayangkan kalau semua orang yang disayangi malah marah seperti ini. Wanita paruh baya itu masih nyaman duduk di atas ranjang. Menikmati waktu kesendiriannya sambil menangis.     

Ia tak ingin memikirkan Pak Surya lagi sementara waktu. Pikirannya hanya dipenuhi oleh rasa bersalah.     

***     

Saga sudah sampai di halaman rumah. Ia masih tak ke luar dari mobil dan malah melamun. Pria itu merasa kecewa sekali dengan kedua orang tuanya. Sampai hati mereka melakukan hal ini.     

"Kenapa ayah ingin sekali aku berpisah dengan Alisa? Dari dulu sampai sekarang, ayah tak pernah mau menerima Alisa," ucap Saga lemah.     

"Ibu pun sama. Kenapa ibu harus diam dan merahasiakan hal ini padaku? Aku hampir saja kehilangan akal karena kehilangan anak. Aku tak ingin kejadian itu terulang kembali."     

Saga merasa kuat menjalani cobaan ini hanya demi Alisa. Ia tak mau terlihat sedih dan lemah di hadapan sang istri. Alhasil, Saga memutuskan untuk ke luar dari mobil dan mulai melangkah perlahan.     

Anton yang berdiri di depan pintu tampak memperhatikan tingkah dan langkah Saga yang tertatih-tatih. "Kau baik-baik saja, Ga?" tanya Anton untuk memastikan.     

"Hm, aku tidak apa-apa. Tenang saja." Saga melangkah perlahan. Pikirannya terasa berat karena memikirkan hal ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.