Arrogant Husband

Joseph Datang ke Rumah Agam



Joseph Datang ke Rumah Agam

0Bu Angel terisak karena mendengar ucapan Pak Surya tadi yang menurutnya sangat kasar. Sudah berkali-kali, pria itu telah melukai perasaannya. Membuat Bu Angel makin tak betah ketika berada di rumah. Pak Surya selalu saja seperti ini dan melakukan kembali kesalahan yang sama.     
0

Wanita yang sudah berusia empat puluh tahunan lebih itu, tak bisa berdiam diri seperti ini lagi. Semakin lama, perasaannya semakin dilukai oleh suaminya sendiri. Berkali-kali sang suami meminta maaf dan berjanji tak akan mengulangi lagi. Namun, tetap saja pria itu berucap kasar.     

"Ayah sudah berubah sekarang. Tak seperti dulu lagi. Rumah tangga pun sekarang sudah hambar." Bu Angel merasa tak kuasa lagi untuk mempertahankan rumah tangga bersama dengan Pak Surya.     

Bu Angel tak mau masuk ke dalam kamar dan memilih untuk tetap berada di ruang tamu saja. Ia pun menuruni anak tangga dengan gontai. Hatinya masih sangat sedih memikirkan Pak Surya. Sudah bertahun-tahun mereka membina rumah tangga, tapi sekarang akhir-akhir ini pria yang begitu dicintai malah berucap kasar.     

Kalau seperti ini terus, malah membuat Bu Angel semakin tak merasa nyaman berada di rumah. Wanita itu juga perlu kenyamanan.     

"Aku sudah tak tahan kalau seperti ini terus gara-gara ulah Surya. Apa yang harus kulakukan?" Bu Angel akhirnya duduk di sofa ruang tamu.     

Ia memutuskan malam ini akan tidur di sofa saja dan tak akan kembali ke dalam kamar. Bu Angel tak ingin melihat wajah sang suami dulu.     

***     

Saat larut malam, Pak Surya tiba-tiba terbangun. Ia menoleh ke samping dan sang istri belum juga tidur bersamanya.     

"Kok ibu tumben tak ke kamar? Apa masih marah padaku karena masalah tadi?" tanya Pak Surya pada diri sendiri.     

Pria itu ingin menghampiri sang istri yang berada di bawah sana. Mungkin saja, Bu Angel sudah tertidur pulas di ruang tamu. Kemudian, Pak Surya perlahan berjalan dan meraih pegangan pintu kamar. Dirinya berjalan dengan pelan menuruni anak tangga.     

Alhasil, Pak Surya bisa melihat dengan jelas sosok Bu Angel yang sudah tertidur lelap di atas sofa. Wanita itu rupanya memutuskan untuk tidur di luar.     

"Hmm, ibu ternyata masih marah padaku karena aku berencana untuk menghancurkan hubungan Saga dan juga Alisa."     

Lantas, Pak Surya berusaha untuk membangunkan sang istri yang masih tidur dengan pulas. Ia menggoyang-goyangkan badan wanita itu agar terbangun.     

"Bu, bangun Bu," suruh Pak Surya pada sang istri.     

Tiba-tiba saja, Bu Angel lekas bangun dari tidurnya. Matanya mulai mengerjap-ngerjap. Terkejut dengan kedatangan Pak Surya yang kemari menemuinya di bawah.     

"Ayah ngapain ke sini?" tanya Bu Angel.     

"Ayah mau ngajak ibu untuk tidur ke atas. Jangan di sini, Bu." Pak Surya terlihat bicara perlahan pada Bu Angel. Berbeda sekali dengan yang tadi.     

"Tak usah! Biar ibu tidur di sini saja daripada di dalam kamar sama ayah!" Bu Angel memutuskan untuk berada di ruang tamu saja.     

Terlihat jelas dari raut wajah Pak Surya yang sedang menahan rasa marahnya sendiri. Ia tak ingin lebih berdebat lagi dengan sang istri. Pak Surya akan lebih berusaha untuk bersabar menghadapi wanita ini.     

"Bu, ayolah. Maafkan ayah soal yang tadi, ya."     

"Maaf terus yah! Ayah selalu saja minta maaf dan tak jera untuk bicara kasar sama ibu. Dulu-dulu tuh ayah tak pernah memperlakukan ibu seperti ini. Kenapa sekarang jadi berubah drastis, yah?"     

Pak Surya hanya diam seraya menundukkan kepala. Ia tak tahu, kenapa dirinya jadi seemosi ini. Padahal dulu tak pernah membentak sang istri.     

"Maafkan ayah, bu. Ayah tahu kok, kalau ayah tuh salah."     

Pak Surya tetap berusaha untuk membujuk sang istri agar mau bersamanya tidur di kamar. Namun, sepertinya Bu Angel tak mau dan tetap memegang teguh pendiriannya.     

"Ayah saja yang tidur di dalam kamar. Biar ibu sendiri saja di sini."     

"Ayolah, Bu. Ayah mohon. Ayah tak biasa kalau tak ada ibu di samping."     

"Maaf yah, ibu tak bisa menurut dengan ayah lagi. Hati ibu sudah kecewa sekali."     

Bu Angel kembali memosisikan tubuhnya di atas sofa panjang. Membiarkan Pak Surya yang masih menatap ke arahnya. Ia tak peduli lagi dengan suaminya sendiri.     

"Ayo sana, cepat ayah tidur di kamar."     

'Dasar! Dibujuk-bujuk seperti ini malah tak mau.'     

Akhirnya, Pak Surya memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Usahanya kali ini sia-sia saja dan Bu Angel tak mau masuk. Sang istri malah memilih untuk tetap di sini.     

Mata Bu Angel masih terbuka dan melihat suaminya berjalan menaiki anak tangga. Ia biarkan saja pria itu sendirian dalam kamar.     

"Semoga saja ayah bisa tobat dengan segala yang telah dia perbuat."     

***     

Sepanjang malam, Agam terus memikirkan Reva. Hingga membuat dirinya tak bisa tidur dengan nyenyak semalam. Sebentar-sebentar terbangun dan pikirannya hanya tertuju dengan wanita itu. Sampai sekarang pun, ponsel Reva masih tak bisa dihubungi.     

Kini, Agam sudah bersiap-siap untuk pergi bekerja. Rasanya hari ini tak semangat sekali. Agam pun bingung, apakah ia hari ini akan mengambil libur dalam satu hari atau tidak.     

"Apa aku tetap paksakan saja ya untuk bekerja?"     

Agam merasa takut kalau hari ini kualitas kerjanya tidak stabil, karena pikirannya selalu tertuju pada Reva saja. Namun, di satu sisi ia harus profesional dalam melakukan pekerjaan ini. Mau tak mau, Agam pun akhirnya memutuskan untuk bekerja saja.     

Tok! Tok!     

Agam mendengar suara ketukan pintu di luar. Seseorang telah datang ke sini sepagi ini.     

"Siapa, ya?" Agam langsung berjalan menuju pintu depan. Ia ingin melihat siapa yang telah datang.     

Beberapa detik kemudian, pintu sudah terbuka dan terlihatlah seorang pria tengah berdiri di hadapannya. Agam tak terkejut sama sekali dengan kedatangan orang itu.     

"Mau apa kau datang kemari?" tanya Agam pada Joseph.     

"Aku hanya ingin bertemu denganmu saja."     

"Pasti kau kan yang sudah menyembunyikan Reva?" tanya Agam langsung.     

Joseph sama sekali tak mengerti dengan ucapan Agam. "Maksudmu apa? Aku tak menyembunyikan Reva sama sekali."     

"Alah! Jangan berbohong. Kau masih saja suka mengurusi masalah hubungan kami. Cepat katakan, di mana kau menyembunyikan Reva?"     

"Sudah kubilang, aku tak pernah menyembunyikan Reva di mana pun. Aku berani bersumpah! Kedatanganku kemari karena ingin bicara denganmu."     

Joseph tetap bersikeras pada Agam karena dirinya memang tak pernah menyembunyikan Reva sama sekali. Ia pun jadi bingung, ke mana kah wanita itu pergi.     

"Kalau bukan kau, siapa lagi? Aku kemarin datang ke rumah Reva, tapi dia tak ada di sana. Aku tunggu sampai malam pun, dia tetap tak ada. Ponselnya pun tak bisa dihubungi sama sekali." Agam menjelaskan panjang lebar pada Joseph.     

'Ini aneh sekali. Apa yang sudah terjadi?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.