Arrogant Husband

Kecurigaan Agam dan Anton



Kecurigaan Agam dan Anton

0Reva naik taksi menuju tempat Agam bekerja. Ia sudah sampai di sana dan segera masuk ke dalam. Ia ingin mencari sosok sang kekasih. Hatinya sangat merindu karena sudah beberapa hari tak bertemu.     
0

Sontak saja, pria itu langsung memandangnya tanpa kedip. Reva berhasil membuat Agam terpesona ketika pertama melihatnya. Ia pun langsung menghampiri sang kekasih dan duduk di kursi bar.     

"Hai sayang. Apa kabarmu?" tanya Reva pada pria itu.     

"Aku baik-baik saja, sayang." Agam tersenyum ke arah Reva. Namun, pikirannya masih memikirkan tentang ucapan Joseph tadi. "Ke mana saja kau? Aku kemarin datang ke rumahmu."     

Reva bingung harus menjawab apa. Ternyata, Agam menemuinya di rumah tapi saat itu dirinya tak ada. Itu lantaran karena Pak Surya yang sudah membuatnya celaka.     

"Sayang, kenapa hanya diam saja? Jawab pertanyaanku."     

Beruntung saat ini tak ada pelanggan yang memesan minuman pada Agam, sehingga pria itu bisa bicara leluasa dengan Reva. Wanita itu hanya tertunduk saja. Sepertinya bingung harus menjawab apa.     

"Sayang?" panggil Agam. Perasaannya sudah tak tenang dan tak karuan. "Apa telah terjadi sesuatu padamu?"     

"Ti–tidak ada sayang." Reva berusaha untuk tetap terlihat tenang.     

Agam merasa curiga pada Reva. Apakah sang kekasih telah menyembunyikan sesuatu darinya atau tidak. Saat hendak bertanya lebih lanjut pada wanita itu, tiba-tiba beberapa orang mendekatinya dan mulai memesan minuman.     

Agam kembali fokus pada pelanggannya dan mendiamkan Reva. Ia ingin profesional dalam bekerja. Sedangkan, wanita itu masih saja terdiam.     

Tanpa disadari oleh Reva, Agam sekilas melirik ke arahnya. Wanita itu tetap saja diam dan tak bicara. Setelah beberapa hari tak bertemu, mereka berdua memilih untuk saling berdiam diri. Suasana pun kian terasa canggung.     

'Kenapa aku malah memikirkan tentang ucapan Joseph tadi, ya? Aku ingin bertanya lebih lanjut, tapi melihat sikap Reva yang seperti ini membuatku jadi berpikir dua kali. Apakah dia sedang ada masalah?'     

Reva kemudian menatap wajah Agam. Kemudian, ia pun tersenyum manis ke arah pria itu. Reva tak ingin kalau kekasihnya berpikiran yang macam-macam. Di sisi lain, ia berniat akan membalas dendam pada Pak Surya karena sudah membuatnya tak bisa bertemu dengan Agam.     

Beberapa saat kemudian, orang-orang yang memesan minuman, satu per satu mulai mengundurkan diri. Kini, hanya menyisakan Reva dan Agam saja yang berada di meja bar. Pria itu ingin bertanya sesuatu pada Reva.     

"Sayang, aku ingin menanyakan sesuatu." Agam mulai mendekat pada Reva.     

"Menanyakan apa?" Reva terlihat gugup, kalau Agam menanyakan hal yang macam-macam.     

Setelah pria itu sudah duduk di sampingnya, Agam tampak serius. Dari raut wajahnya tak ada bercanda sama sekali. Reva mulai terlihat gugup.     

"Kau harus jawab jujur."     

"I–iya ...."     

"Kau pergi ke mana semalam? Aku dari sore sampai malam hari, hanya menunggu di depan rumahmu. Ponsel pun tak aktif sama sekali. Ada apa memangnya?"     

"Ah, itu ...."     

"Jawab! Aku tak ingin kau berdusta sama sekali. Kau tahu? Aku sangat mencemaskanmu."     

"Maafkan aku sayang, aku kemarin pergi menemui sanak keluarga yang ada di sana. Aku lupa bawa ponsel." Reva berusaha meyakinkan Agam, bahwa dirinya kemarin pergi ke rumah keluarga.     

"Benarkah sayang?"     

Reva harus pintar-pintar mengelabui Agam. Ia tak mau kalau sampai pria itu menaruh curiga padanya. "Iya sayang, benar. Aku tak berbohong padamu."     

Agam terdengar mengembuskan napas panjang. Ia masih bingung harus percaya dengan siapa. Di satu sisi, Joseph mengatakan bahwa Reva mengalami kecelakaan kemarin.     

"Lalu, di keningmu ini bekas luka apa?" Agam bertanya lagi pada Reva. Pria itu fokus dengan bekas lukanya.     

"Ah, ini? Ini aku terjatuh saat berlarian dengan sepupuku."     

"Sepupu?" tanya Agam lagi.     

"Iya sayang."     

Namun, entah kenapa Agam tak percaya kali ini dengan ucapan Reva. Apakah yang dikatakan oleh Joseph tadi merupakan suatu kebenaran? Hatinya merasa yakin, bahwa sang kekasih telah menyembunyikan sesuatu darinya.     

Agam melihat ekspresi Reva yang tak ingin membahas masalah ini lebih lanjut. Pria itu pun mengerti.     

Reva pun berdiri dan berkata pada Agam agar tak memikirkan masalah ini lagi. "Sudahlah sayang, yang penting kita selalu bersama. Aku minta maaf karena telah menghilang darimu beberapa hari belakangan ini."     

Seulas senyum dari Agam membuat Reva yakin bahwa saat ini sang kekasih telah percaya dengan semua ucapannya. Wanita itu tak akan membiarkan satu orang pun mempengaruhi pikiran Agam.     

***     

Joseph sengaja mampir ke rumah Saga sebentar hanya untuk memastikan keadaan wanita itu beserta si kecil. Betapa senang hatinya sekarang karena sudah melihat Alisa.     

"Bagaimana keadaanmu dan juga bayi itu? Apa baik-baik saja?" tanya Joseph.     

"Ya, kami baik-baik saja. Si kecil masih tidur di dalam kamar." Alisa mempersilakan Joseph untuk duduk.     

Mereka berdua tengah berbincang-bincang. Alisa dan Joseph membicarakan tentang Reva. Wanita itu masih tak jera sama sekali dan selalu berbuat jahat.     

"Aku sudah tahu, bahwa Reva yang sudah membawa kabur anakku," ujar Alisa. "Aku tak percaya lagi dengan ucapannya."     

"Ya, kau dan keluargamu harus berhati-hati dengan wanita licik itu. Dia bisa saja melakukan apa pun demi mencapai tujuannya." Joseph memperingatkan pada Alisa untuk selalu waspada.     

Setiap gerak-gerik Reva sangat berbahaya. Wanita licik itu selalu saja gencar melaksanakan aksinya. Hingga Joseph pun dibuat geleng-geleng kepala.     

"Ya. Aku akan selalu waspada dengannya."     

Alisa tak akan membiarkan Reva memasuki lagi rumah ini. Sudah cukup wanita itu bermain dengan tipu muslihat. Ia tak ingin, kalau Reva menginjakkan kaki lagi di sini.     

"Aku sebagai sahabatnya Saga juga turut andil dalam menjaga kau dan bayi itu. Apa pun yang akan dilakukan oleh Reva, aku tak akan tinggal diam. Aku akan bersama dengan kalian."     

Dari jauh, Anton mengawasi mereka berdua. Ia melihat Joseph dan Alisa terlihat dekat. Entah kenapa, dirinya masih belum bisa untuk percaya sepenuhnya dengan Joseph.     

"Joseph dan Reva sama saja. Mereka berdua sangat licik. Harusnya Saga dan Alisa lebih hati-hati lagi dengan mereka, bukannya malah percaya begitu saja." Anton tetap mengawasi keduanya. ia tak akan membiarkan pria itu membuat Alisa dan Saga terlalu percaya.     

Bagi Anton, Saga sudah seperti keluarganya sendiri. Ia sudah menganggap pria itu sebagai kakaknya sendiri. Pria itu berhati baik dan sering kali menolongnya saat kesusahan, begitu juga dengan Alisa. Mereka memang ditakdirkan berjodoh karena sama-sama mempunyai hati yang baik.     

"Aku akan selalu waspada dari Joseph atau pun Reva. Mereka berdua tak bisa dipercaya dengan mudah. Walaupun Joseph terlihat baik dengan Alisa dan Saga, tapi dia tak bisa membodohi aku juga," ujar Anton dengan yakin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.