Arrogant Husband

Kebusukan Reva Terbongkar



Kebusukan Reva Terbongkar

0Agam masih memikirkan tentang pria paruh baya yang sudah menemuinya tadi di bar. Pria itu adalah ayahnya Saga. Beliau mengatakan tentang Reva yang tak bisa dipercaya dan seorang wanita jahat.     
0

Agam merasa bimbang dengan keadaan sekarang. Di satu sisi, ia sangat mencintai wanita itu sepenuh hati. Namun, banyak juga yang mengatakan bahwa Reva bukanlah yang sebaik dirinya kira. Wanita itu telah banyak melakukan kejahatan. Ia tak bisa percaya begitu mudah dengan orang lain, selain Reva.     

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah aku harus mempercayai ucapan mereka?" tanyanya pada diri sendiri.     

Pria itu masih terduduk di ruang tamu. Agam baru saja pulang dari kerja. Ia memutuskan untuk bersantai dulu sejenak sebelum mandi.     

Ucapan Saga, Joseph, dan Pak Surya tadi telah membuat dirinya merasa terbayang-bayang terus. Mungkin, ia belum mengenal Reva dengan baik. Namun, dirinya yakin bahwa sang kekasih tak sejahat itu.     

Agam melemaskan tubuhnya sendiri dan bersandar di kursi. Pria itu masih memikirkan Reva dan kebenaran tentang hal ini. Sampai kapan dirinya merasa dilema. Ia jadi sedikit ragu untuk ke jenjang yang lebih serius lagi dengan Reva.     

"Bagaimana aku membuktikannya sendiri bahwa Reva tak sebaik yang kukira?"     

Tiba-tiba saja, ponselnya berdering. Agam pun segera mengangkat panggilan tersebut yang berasal dari Reva.     

"Hallo?" Terdengar suara Reva yang mengawali pembicaraan.     

"Hallo juga sayang."     

Sang kekasih ternyata memintanya untuk bertemu. Mau tak mau, Agam pun menyanggupi. Reva sebentar lagi akan menuju ke rumah ini.     

"Baiklah sayang. Sebentar lagi, aku akan segera ke rumahmu. Tunggu saja, ya."     

"Iya sayang."     

Setelah itu, panggilan pun diputuskan secara sepihak oleh Reva. Wanita itu akan segera ke sini dalam beberapa saat lagi. Agam pun memutuskan untuk mandi sebentar. Ia ingin terlihat segar di mata Reva.     

***     

Tanpa sepengetahuan Reva, mobil Pak Surya telah mengamatinya dari jarak jauh. Pria itu ingin tahu ke mana Reva akan pergi.     

"Aku akan mengikutimu ke mana kau pergi hari ini!"     

Akhirnya, Reva pun masuk ke dalam mobil dan bergegas untuk pergi. Wanita itu membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pak Surya bisa mengimbangi kecepatan tersebut.     

Pak Surya terus mengikuti ke mana arah mobil Reva. Ia tak mau kehilangan jejak wanita itu. Sampai pada di pertigaan jalan, akhirnya Reva berbelok ke arah kanan. Tempat ini masih terasa asing bagi Pak Surya.     

Akhirnya, Pak Surya memberhentikan mobilnya dan tetap memantau Reva dari jauh. Wanita itu berhenti di salah satu rumah yang berukuran kecil. Reva pun ke luar dan segera masuk ke dalam.     

"Ahh, ternyata ini rumah kekasihnya Reva." Pak Surya hanya mengetahui alamat tempat kerjanya saja. "Ini kesempatan emas. Aku ingin membuat Reva hancur di hadapan kekasihnya sendiri."     

Pak Surya pun bergegas masuk ke dalam rumah pria itu. Ia ingin sekaligus menemui Reva di sana. Pak Surya hendak membuat pertunjukkan besar.     

Ia pun segera mengetuk pintu sebanyak dua kali. Baru setelah itu Agam ke luar dan membuka pintu. Pria itu terkejut dengan kedatangannya kemari.     

"Anda?" Agam melihat Pak Surya dengan tatapan tak percaya. "Untuk apa Anda kemari?"     

"Aku ingin masuk ke dalam. Boleh kan?" tanya Pak Surya.     

Reva yang semula berada di dalam, akhirnya ke luar juga menghampiri sang kekasih. Ia tak kalah terkejutnya dengan Agam saat melihat kedatangan Pak Surya.     

"Jadi, om mengikuti aku sejak tadi?"     

"Ya. Memangnya kenapa?" Pak Surya tersenyum penuh licik ke arah Reva. Ia pun menerobos mereka berdua dan duduk di kursi.     

Agam melihat Pak Surya yang sudah duduk di kursi. Ia terlihat geram sekali. Reva pun mendadak gugup, merasa takut kalau Pak Surya akan buka mulut tentang rahasianya ini.     

"Kenapa kalian berdua masih berdiri saja di depan pintu? Ayo, duduklah kemari dan temani aku di sini." Pak Surya menyuruh Agam dan Reva untuk duduk di kursi. Layaknya pemilik rumah yang menyuruh sang tamu untuk duduk.     

Reva dan Agam saling bertatapan. Mereka pun duduk kembali di kursi. Sepasang kekasih itu tampak tak menyukai kedatangan Pak Surya kemari.     

"Untuk apa om ke sini?" tanya Reva.     

"Tenang, Va. Tenang. Om hanya ingin mempererat hubungan persaudaraan saja dengan kekasihmu ini. Tak ada maksud lebih." Pak Surya tersenyum lebar menatap ke arah Reva.     

Perasaan Reva jadi tak tenang sama sekali. Melihat Pak Surya tampak tersenyum licik, ia yakin ada yang ingin direncanakan oleh pria paruh baya ini.     

"Oh, ya, kalian sudah lama pacaran?" Pak Surya bertanya pada Agam.     

"Tak juga. Kami baru saja berpacaran."     

"Bagus." Pak Surya bertepuk tangan seraya tersenyum. "Kau belum terlambat, aku yakin."     

"Memangnya kenapa?" Reva bertanya pada ayahnya Saga itu. Ia tak suka dengan pertanyaan Pak Surya.     

"Aku tak ingin, kalau pria yang ada di sampingmu jadi korban selanjutnya."     

"Hah, korban selanjutnya? Maksud om apa sih?!"     

Pak Surya berkata bahwa Reva adalah wanita yang jahat, sekaligus matre. Hingga dirinya tak akan mampu membuat Agam bahagia. Pak Surya juga mengungkapkan sebuah fakta bahwa Reva yang menyuruh Joseph untuk memberi racun pada Alisa, sehingga kandungannya tak terselamatkan.     

Keadaan di ruang tamu pun mendadak hening. Agam berpikir keras bahwa ucapan Joseph dan Saga itu adalah sebuah kebenaran. Ia menoleh ke samping dan mendapati wajah Reva sedikit pucat.     

"Apa yang dikatakan oleh ayahnya Saga, benar?"     

"Sa–sayang, aku ...."     

"Jawab, Va! Benar atau tidak. Sekali lagi, aku tak suka dibohongi. Kau pun tahu itu kan?"     

Agam memang tak suka dibohongi, tapi Reva telah membohonginya. Setelah semua kebenaran ini terungkap, apakah pria itu masih mau bersamanya?     

Reva merasa geram dengan Pak Surya. Pria itu telah membuatnya merasa tersudutkan di hadapan Agam. Kekasihnya minta kejujurannya saat ini. Mau tak mau, Reva pun berkata jujur.     

"I–iya sayang. Yang dikatakan oleh Om Surya memang benar. Aku yang sudah menyuruh Joseph untuk meracuni Alisa waktu itu."     

Agam langsung syok mendengarnya. Pak Surya pun merasa puas karena telah membuat pria itu percaya dengan ucapannya. Ia yakin, setelah ini Reva dan kekasihnya akan saling bertengkar.     

"Gam, maafkan aku. Tolong jangan jauhi aku setelah ini, ya," pinta Reva.     

"Aku tak menyangka. Ternyata yang diucapkan oleh Saga dan Joseph memang benar. Kenapa kau berbohong padaku, Va? Kau tega sekali melakukan hal licik seperti itu!"     

"Dia memang licik dari dulu," balas Pak Surya.     

Tatapan Reva sangat tajam ke arah Pak Surya. Pria itu sudah puas membuatnya merasa terpojokkan seperti ini.     

"Ini semua gara-gara om!" Reva berteriak ke arah Pak Surya.     

"Kenapa jadi gara-gara aku?"     

Namun, Pak Surya tak peduli dengan tuduhan Reva. Yang jelas sekarang, ia sangat merasa puas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.