Arrogant Husband

Masih Marah



Masih Marah

0"Mending di rumah saja, soalnya sebentar lagi hendak malam. Ayah tak izinkan ibu untuk ke sana," ujar Pak Surya.     
0

"Ya sudah, besok saja ibu ke sana."     

Pak Surya bisa menguasai sang istri dengan mudah. Betapa senangnya hari ini karena sudah berhasil membuka kedok Reva. Rahasia wanita itu jadi terbongkar di hadapan Agam. Perlahan-lahan, Pak Surya ingin membuat Reva jadi hancur.     

'Kau telah lalai dalam menjaga bayi itu. Jadi, kau harus tanggung akibatnya.'     

Bagi Pak Surya, Reva telah lalai dalam menjaga bayi itu. Ia hendak si kecil dibawa pergi jauh dari kota ini. Namun, wanita itu ketahuaan dan dirinya pun ikut terseret di dalamnya. Saga pun jadi marah besar karena ini.     

Melihat sang istri berwajah masam, tak membuat Pak Surya bergegas untuk membujuk. Ia sekarang terlihat masa bodoh dengan istrinya. Namun, apa pun yang dilakukan oleh Bu Angel, maka harus minta izin dulu padanya.     

Pak Surya tak mau kalau Bu Angel menjadi seorang istri yang pembangkang dan tak menurut dengan ucapannya. Ia ingin membuat wanita itu bertekuk lutut padanya.     

"Mending ibu siap-siap aja buat makan malam nanti daripada ke sana. Kita bisa makan berdua dengan romantis, kan?"     

"Romantis apanya? Ayah tuh sekarang jadi berbeda sekali dengan yang dulu." Bu Angel terdengar menggerutu pada sang suami.     

"Alah! Ibu ini selalu saja begitu."     

Antara Bu Angel dan Pak Surya sekarang hampir tak ada kecocokan lagi. Pria itu selalu saja marah dan membentak dengan kasar. Hingga membuat Bu Angel tak merasa betah ketika di rumah.     

'Apa aku akhiri saja rumah tangga ini?'     

***     

Reva berkali-kali menghubungi Agam di sana, tapi tak ada satu pun panggilannya diangkat. Mungkin, pria itu masih marah padanya. Ini semua gara-gara Pak Surya yang menyebabkan hubungan mereka jadi renggang.     

Wanita itu mondar-mandir sendirian di dalam kamar. Hatinya tidak tenang ketika tak menerima panggilan Agam. Reva merasa rindu dengan suaranya.     

"Gam, ayo, angkat teleponku."     

Reva jadi kesal sendiri sekarang. Berkali-kali Agam dihubungi, tapi tak diangkat juga. Membuatnya ingin menyerah saja. Reva memutuskan untuk berbaring di atas ranjang.     

"Sialan! Gara-gara Om Surya, Agam jadi seperti ini. Dia tak menghiraukan aku sama sekali. Awas saja om, aku akan membalasmu!"     

Ucapan Reva tak akan pernah main-main. Ia berniat akan membalas perbuatan Pak Surya. Dengan cara yang menurutnya jitu. Reva akan merencanakan ini dengan matang.     

***     

Agam memang sengaja tak ingin mengangkat panggilan Reva, karena diriny masih merasa sangat kecewa. Sang kekasih sudah membohonginya selama ini. Benar yang dikatakan oleh yang lain perihal Reva, bahwa wanita itu memang licik.     

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kedok Reva sudah terbongkar karena bantuan Pak Surya. Lantas, apakah aku bisa menjauh dari Reva?"     

Memang berat untuk menjauh dari orang yang disayang. Itulah yang terjadi pada Agam sekarang. Pria itu bingung, apakah ingin memutuskan hubungan ini atau malah semakin berlanjut. Di sisi lain, hatinya masih sangat mencintai Reva.     

"Tapi, aku tidak suka dibohongi oleh siapa pun dan apa pun masalahnya."     

Kebohongan Reva telah membuatnya hancur. Agam pun jadi tak seratus persen percaya lagi. Wanita itu juga tega melakukan cara licik untuk mendapatkan sesuatu. Agam masih tak bisa membayangkan, saat Reva tega menyuruh Joseph untuk membuat Alisa keguguran.     

"Di mana hatimu, sayang? Apakah sudah tak ada lagi? Kenapa kau tega melakukan semua ini?"     

Sepandai-pandainya tupai melompat, maka akan terjatuh juga. Itulah yang terjadi pada Reva sekarang. Seberapa kuat wanita itu menyembunyikan sebuah rahasia, maka akan ketahuan juga. Dan, Agam sangat kecewa padanya.     

"Huftt!" Kenapa aku jadi pusing sendiri memikirkan hal ini?"     

Agam merasa sumpek berada di dalam rumah. Pikirannya selalu saja bertambah dan jadi tak karuan. Setiap hari ada saja masalah. Ia merasa hidupnya tak pernah ada ketenangan. Agam pun akhirnya memilih untuk ke luar rumah, sambil jalan kaki menikmati keindahan di malam hari.     

***     

"Apa aku ke rumah Agam aja, ya?" Reva berniat akan ke rumah Agam malam ini.     

Perasaan hatinya tak tenang sekali. Ia ingin memastikan kondisi pria itu baik-baik saja. Dalam hatinya selalu merasa cemas. Tanpa berlama-lama lagi, Reva pun memutuskan untuk pergi ke sana.     

Mau tidak mau, Agam harus bertemu dengannya untuk bicara empat mata. Mereka akan membicarakan hal ini dan mencari jalan keluar. Jujur saja, Reva tak sanggup kalau harus berjauhan seperti ini dengan Agam. Apa yang telah diucapkan oleh Pak Surya tak sepenuhnya benar.     

"Enak saja Om Surya itu bilang aku matre. Awas saja!"     

Setelah mengambil kunci mobil, Reva memutuskan untuk menuju rumah Agam. Ia tak ingin, kalau dalam situasi seperti ini.     

***     

Joseph tampak diam seribu bahasa. Ia tak bersemangat sekali hari ini. Bukan karena masalah Reva, tapi ada masalah yang lain hingga membuatnya seperti ini.     

"Bagaimana kabar kedua orang tuaku yang masih ada di luar negeri, ya? Sudah cukup lama tak menghubungi mereka."     

ingin rasanya, Joseph pulang menemui kedua orang tuanya di sana. Namun, hati kecilnya berkata bahwa urusan di Indonesia memang belum selesai. Ia ingin melihat Alisa dan Saga selalu bahagia.     

"Sebelum pergi dari sini, aku ingin membuat Saga dan Alisa bahagia sekali. Aku tak ingin melihat mereka berdua jadi bersedih terus."     

Sebagai sahabatnya Saga, Joseph memang akan membantu pria itu apa saja. Ia tak mau, kalau hubungannya dengan Saga sama seperi dulu, yang nenjadi lawan.     

"Hanya karena ingin mendapatkan Reva ke dalam pelukan, aku malah melakukan hal yang tidak-tidak pada Saga dan juga Alisa. Aku sempat memutuskan hubungan teman pada Saga dan sekaranglah saatnya untuk membalas kebaikannya."     

Joseph tak akan lupa dengan pertolongan Saga padanya. Andai saja pria itu tak cepat menolong dan datang ke rumah, mungkin saat ini nyawa Joseph tak tertolong sama sekali.     

"Awas saja kau, Va! Kau akan membalas semua yang telah kau lakukan. Aku tak akan membiarkan hidupmu jadi tenang, kalau kau masih suka jahat dengan yang lain."     

Akhirnya, Joseph memutuskan untuk ke luar dari rumah dan menikmati udara di malam hari. "Ah, baiklah. Mending aku ke luar jalan-jalan saja sambil menikmati malam."     

Tak perlu waktu lama-lama, Joseph segera meraih kunci mobil yang berada di atas meja. Pria itu akan pergi keluar sebentar saja untuk menghirup udada segar di malam hari.     

"Ya, mungkin aku perlu sedikit hiburan saat ini." Joseph mengangguk-angguk dan yakin.     

Pria itu akhirnya melangkah ke luar halaman. Joseph pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia mulai menyalakan mesin mobil dan tak lama, Joseph mulai menyetir mobil ini dengan hati-hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.