Arrogant Husband

Melancarkan Sesuatu



Melancarkan Sesuatu

0"Ada apa Bos memanggil kami?"     
0

Orang-orang suruhan Reva sudah tiba di rumah. Mereka tampak duduk di ruang tamu. Reva pun tanpa basa-basi lagi ingin mengutarakan keinginannya.     

"Kalian harus melakukan tugas lain lagi. Aku akan memberikan bayaran yang lebih tinggi lagi daripada kemarin." Reva tersenyum licik pada mereka.     

Mendengar harga yang tinggi, membuat mereka tambah semangat. Mereka akan melakukan perintah Reva dengan baik.     

"Baik, Bos. Kami akan melakukan tugas yang kau suruh."     

Reva mulai bicara dan menyuruh mereka untuk mencari orang yang sesuai di foto. Sasarannya kali ini adalah Joseph.     

"Ingat, kalian tak boleh meloloskan pria ini. Dia harus dapat dan bunuh saja!"     

"Baik, Bos. Kami pergi dulu."     

Reva tersenyum senang mendengarnya. Ia yakin, rencananya kali ini akan berhasil dengan baik. Perlahan-lahan akan ia singkirkan orang-orang yang sudah mengganggunya.     

"Selamat menikmati hidup baru, Jo. Sebentar lagi, kau akan tiada. Satu per satu musuhku akan lenyap!"     

***     

Perasaan Joseph tampak tak tenang sekarang. Pria itu sedang berada di rumah. Ia pun berusaha untuk tetap rileks dan tak berpikiran macam-macam.     

"Mungkin ini hanya perasaanku saja," ujar Joseph. Ia tak mau menambah beban pikiran.     

Tak berselang lama, saat di ruang tamu sambil menonton televisi, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Ia pun beranjak dari sofa dan hendak membuka.     

"Iya, sebentar." Joseph berteriak dan menyuruh orang itu untuk bersabar, karena mengetuk pintu rumah tak henti-henti.     

Melihat beberapa pria berbadan kekar, membuat Joseph kembali teringat dengan kejadian yang dahulu. Di mana Reva yang menyuruh mereka semua untuk melenyapkannya.     

"Kalian siapa?"     

Salah satu dari mereka melakukan perlawanan pada Joseph. Namun, Joseph tak akan membiarkan dirinya dibawa paksa lagi. Dan, itu hanya akan membuat Reva untung.     

Ia tetap melawan dan tak mau dibawa pergi. Usahanya melawan satu demi satu, belum membuahkan hasil. Mereka datang ke sini bertiga dan Joseph hanya sendiri saja berkelahi.     

"Aku yakin bahwa yang menyuruh kalian adalah Reva! Iya kan?"     

Bukannya menjawab, mereka hanya tertawa lebar, seolah-olah menertawakan kemalangan Joseph. Salah satu pria tampak mendekat padanya.     

"Jangan sok tau kau kalau jadi orang!"     

"Aku yakin, bahwa Reva yang telah menyuruh kalian datang ke sini!"     

Saat Joseph merasa lengah, satu pukulan berhasil mendarat dengan cantik di pipinya. Membuatnya sedikit terhuyung ke belakang. Namun, sepersekian detik, ia kembali melawan mereka dengan kekuatan yang ada.     

"Sebaiknya kalian semua pulang saja dari rumahku! Aku tak mau kalian lama-lama di sini!"     

Joseph kalah jumlah. Ia hanya seorang diri saja, sedangkan mereka ada tiga orang. Pukulan Joseph terkadang lepas dan tak mengenai sasaran. Hingga membuatnya terhuyung ke belakang akibat sebuah tamparan mendarat lagi di pipinya.     

Beberapa saat kemudian, Joseph tak kuasa lagi untuk melakukan perlawanan. Ia sudah terbaring di atas lantai dengan wajah yang sudah berdarah-darah. Mereka bertiga telah memukulinya dengan sadis.     

'Mereka bertiga pasti sudah disuruh oleh Reva. Sialan wanitu itu! Awas saja nanti kau!'     

Tiba-tiba saja, kerah baju milik Joseph ditarik paksa hingga membuat tubuhnya perlahan bangkit. salah satu dari mereka ingin membawanya ke luar dari rumah ini.     

"Lepaskan aku sialan! Aku tak mau ikut dengan kalian!" Joseph tetap berontak dan tak mau pergi dari sini.     

Bugh!     

Satu pukulan telak mengenai bagian perut Joseph. Pria itu langsung mengaduh kesakitan dan ke luar darah dari mulut. Tamparan dari mereka telah berhasil melukainya. Joseph pun jadi tak berdaya.     

Alhasil, mereka berhasil membawa Joseph ke luar dari sini. Mereka bertiga menggiringnya masuk ke dalam mobil. Ketiganya akan melenyapkan Joseph sesuai dengan perintah Reva.     

***     

"Bos, pria ini sudah berada di depan kami. Kami sudah tak sabar lagi ingin segera menghabisinya!"     

"Bagus kerja kalian. Habisi saja orang itu dan jangan biarkan dia lolos!"     

Reva langsung menyuruh mereka untuk melenyapkan Joseph saat ini juga. Ia tak akan membiarkan pria itu lolos dengan mudah. Sambungan telepon pun sengaja ia matikan secara sepihak.     

"Aku tak sabar lagi mendengar kabar bahwa kau tiada, Jo! Nikmatilah dulu saat-saat terakhirmu. Aku tak akan mau mengalah darimu!"     

Ia yakin, kalau anak buahnya akan bekerja dengan baik, sama halnya dengan yang telah dilakukan pada Pak Surya. "Mereka harus berhasil dan melenyapkan Joseph dengan mudah. Sama seperti yang telah mereka lakukan pada ayahnya Saga itu!"     

Sambil menunggu kabar dari mereka, maka Reva pun akan menemui Agam di bar. Ia merasa rindu dengan sang kekasih di sana.     

"Lebih baik aku menemui Agam saja." Reva segera masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan kecepatannya.     

***     

"Menurutmu, hal apa yang paling membahagiakan di dunia ini, Gam?" tanya Reva di sela Agam yang tampak lenggang. Para pelanggan pun tak sebanyak tadi.     

"Bisa menikah denganmu dan memilikimu seutuhnya."     

Ucapan Agam sukses membuat Reva jadi salah tingkah. Pipinya pun mendadak jadi merah. Reva langsung mengelus kedua pipinya yang tiba-tiba jadi hangat.     

"Kau ini bisa saja. Selalu membuatku baper." Reva balas mencubit hidung mancung milik Agam.     

"Benar sayang. Hal itulah yang ingin aku raih bersamamu. Aku ingin menikahimu dalam waktu dekat ini."     

"Benarkah sayang?" Reva tampak sangat senang mendengarnya.     

"Iya sayang. Aku serius denganmu."     

Agam ingin menikah dengannya dalam waktu dekat ini. Hatinya pun sangat senang.     

"Terima kasih sayang, karena kau telah memilihku untuk jadi calon istri."     

"Iya sayang, sama-sama." Agam menatap Reva dengan seksama.     

Agam merasa tak ada yang Reva sembunyikan darinya. Wanita itu berlaku jujur sekarang.     

'Apa ucapan Joseph bohong, ya? Reva tak mungkin melakukan kesalahan yang sama lagi, dia sudah mengakui kejahatannya selama ini.'     

Agam bingung harus percaya dengan siapa sekarang. Di satu sisi, ia melihat ekspresi wajah Reva yang terkesan natural dan tak ada rahasia yang tengah disembunyikan. Tutur katanya pun terdengar meyakinkan.     

'Ah, singkirkan saja pikiran-pikiran negatifku untuk Reva. Kekasihku tak sejahat itu.'     

Reva langsung menghampirinya dan memeluk tubuhnya yang sedikit atletis itu. Agam sangat senang mendapat pelukan yang tiba-tiba ini. Ia mengusap-usap puncak kepala wanita itu dengan lembut.     

"Terima kasih karena kau telah bertahan untuk pria yang sederhana ini. Kalau dipikir-pikir, banyak pria yang tajir di luar sana, sayang."     

"Meskipun begitu, tapi tetap saja rasa cinta dan kasih sayangku hanya untuk Agam seorang," balas Reva yang tak kalah romantisnya.     

Agam merasa tersipu malu mendengar jawaban Reva yang satu ini. Sang kekasih berhasil membuat debaran di jantungnya kian meronta.     

'Yes, aku akan buat Agam selalu percaya dengan ucapanku daripada yang lain. Kau tak akan bisa menang dariku, Jo!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.