Arrogant Husband

Rencana Untuk Melenyapkan Joseph



Rencana Untuk Melenyapkan Joseph

0Alisa tak ingin ke luar kamar dan akan menemani sang anak di sini. Usahanya untuk membuat Bu Angel mau makan, tak berhasil sama sekali. Wanita paruh baya itu bahkan mendorong tangannya, saat hendak memberikan makanan. Tentu saja Alisa terkejut dengan reaksinya, sekaligus sangat sedih.     
0

Bu Angel masih merasa kehilangan Pak Surya. Ia dan Saga pun juga merasakan hal yang sama. Namun, Alisa dan suaminya tak mau berlarut-larut dalam kesedihan ini secara mendalam. Keduanya tak mau membuat hati Bu Angel semakin terpuruk.     

"Ya Tuhan, semoga saja Ibu cepat membaik dan tak drop lagi keadaannya. Aku dan Saga sangat khawatir."     

Alisa juga terus mendoakan agar pelaku dari pembunuhan ini segera ditemukan. Dan, dihukum dengan berat dan sesuai peraturan yang ada. Ia tak mau, pelakunya bebas berkeliaran di luar sana dan wara-wiri.     

Tiba-tiba, Alisa mendengar suara ketukan pintu. Ternyata sang suami sudah pulang ke rumah. Beruntung saat ini ia sudah tak menangis lagi. Hingga Saga tak perlu khawatir dengannya.     

"Sayang," panggil Saga yang langsung mendekap tubuh Alisa.     

"Syukurlah kau sudah pulang."     

"Iya sayang. Bagaimana keadaan ibu? Apa beliau baik-baik saja?" Saga bertanya tentang kondisi ibunya di kamar bawah.     

"Iya, ibu baik-baik saja. Beliau sedang istirahat di kamar."     

"Ah, syukurlah. Aku lega mendengarnya."     

Sang suami tersenyum lebar. Alisa tak akan mengadu pada Saga atas apa yang telah dilakukan oleh Bu Angel tadi. Ia akan diam saja.     

Kemudian, Saga mengajaknya untuk ke luar bersama menuju ke kamar Bu Angel. Namun, Alisa menolak dan tak ingin ikut.     

"Aku di sini saja sayang. Aku tak ingin mengganggu ibumu di kamar. Biarkan saja beliau istirahat."     

"Lah, memangnya kenapa? Kau tak mengganggu ibu kok."     

"Kau saja yang turun sayang. Aku akan tetap di kamar saja."     

"Hm, baiklah kalau begitu. Aku ke bawah dulu menemui ibu."     

Saga tak memaksanya lagi. Pria itu melangkah ke luar kamar dan menemui sang ibu. Ia masih merasa takut dengan perlakuan Bu Angel tadi.     

"Aku takut, kalau ibumu marah lagi padaku. Jadi, aku tetap berada di sini saja."     

***     

"Apa ibu sudah makan?" tanya Saga setelah sampai di kamar Bu Angel.     

"Ibu tak mau makan. Tak ada nafsu sama sekali." Bu Angel terlihat melemah sekarang.     

"Jangan seperti itu, Bu. Aku mohon. Makanlah ya, biar aku yang suapi."     

"Ibu tetap tidak mau. Jangan dipaksa, Nak!"     

Bu Angel tetap tak mau makan, baik pada Alisa maupun Saga. Tak ada nafsu makan sama sekali. Wanita itu hanya bisa melamun dan bersedih saja seharian di dalam kamar.     

"Tapi, aku sangat mencemaskan keadaan ibu sekarang. Aku mohon, jangan seperti ini, Bu. Pokoknya ibu harus makan."     

Dengan beberapa kali gelengan, Bu Angel tetap dengan pendiriannya sendiri. Wanita paruh baya itu tak mau makan sama sekali. Usaha yang dilakukan oleh Saga pun gagal, sama seperti Alisa tadi.     

"Lebih baik kau ke luar, Nak. Jangan ganggu ibu dulu di sini. Ibu ingin sendirian saja," ucap Bu Angel yang mulai melemah.     

"Hm, baiklah kalau begitu, Bu. Aku tak bisa memaksa kehendak Ibu."     

'Aku tahu, Ibu masih memikirkan Ayah. Namun, aku tak mau kalau sampai Ibu seperti ini.'     

Setelah Saga ke luar dari dalam kamar, Bu Angel tiba-tiba menitikkan air mata. Wanita yang bersandar di kepala ranjang itu, masih mengingat sang suami yang lebih dulu meninggalkannya jauh. Ia merasa sendirian menjalani hidup yang penuh aral melintang ini.     

"Kenapa ayah ninggalin ibu sendirian di sini? Kenapa Ibu tak ikut saja bersama Ayah di sana?"     

Air mata yang turun tambah deras. Bu Angel tak bisa membendung kesedihannya sendiri. Wanita itu menangis saat mengingat kembali kenangan yang terekam jelas di memori kepala. Kenangannya dulu bersama dengan Pak Surya yang menurutnya manis.     

"Ibu tak mau sendirian di sini yah. Ibu tak bisa kalau tanpa ayah."     

Bu Angel dan Pak Surya sudah menjalani biduk rumah tangga selama lebih dari dua puluh tahun. Maka dari itu, kenangan demi kenangan akan selalu teringat dengan jelas. Wanita itu tak bisa kalau ditinggalkan oleh orang yang begitu dicintai.     

Cinta Bu Angel hanya untuk Pak Surya. Walaupun pria itu sering kali berucap kasar padanya, tapi tak membuat Bu Angel ingin melepaskan diri. Cinta yang amat besar mengalahkan rasa benci di dalam hati.     

***     

Saat ini, perasaan Reva sedang berada di atas angin, ia terlihat sangat senang. Tak ada lagi yang bisa menghalangi jalannya. Wanita berparas cantik dan berhidung mancung itu tampak duduk di atas sofa sambil memakan camilan.     

"Babay Om Surya. Kenapa tak dari dulu saja aku melakukan hal ini padamu? Kenapa harus menunggu lama untuk membuatmu tiada? Aku sangat puas sekarang. Beristirahatlah dengan tenang kau di sana, Om!"     

Reva yakin kalau rencananya ini akan berhasil. Ia sengaja menyuruh beberapa orang untuk melakukan hal ini. Tanpa perlu mengotori tangannya sendiri.     

"Andai saja, Om Surya tak membocorkan rahasiaku di depan Agam waktu itu, mungkin Om masih hidup sampai sekarang." Reva mengambil lagi camilan yang ada di toples kecil di atas meja.     

"Itu akibatnya kalau berani melawan Reva. Nyawa pun melayang. Makanya jangan macam-macam padaku!"     

Pak Surya sudah berhasil ia singkirkan dan tak ada lagi di dunia ini. Ia ingin menyingkirkan salah satu di antara Joseph atau Anton. Menurut Reva, kedua pria itu sangat berbahaya dan bisa saja meracuni pikiran Agam lagi.     

"Aku tak mau kehilangan Agam. Aku sangat mencintainya! Anton dan Joseph pasti tak akan tinggal diam."     

Maka dari itu, Reva perlu bergerak cepat mulai sekarang. Ia tak mau, tertinggal selangkah saja dari mereka berdua.     

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah menyingkirkan Anton lebih dulu atau Joseph?"     

Kedua pria itu berpotensi untuk mengacaukan hubungannya bersama Agam. Maka dari itu, setelah ini ia akan menyuruh beberapa anak buahnya untuk membuat Joseph menerima akibatnya. Kali ini, usahanya tak boleh gagal dan membiarkan pria itu hidup lebih lama.     

Reva meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Mulai memanggil seseorang dari seberang sana.     

"Hallo? Aku ada tugas untuk kalian. Dan, bayarannya pun akan menggiurkan, sama seperti dulu." Reva tersenyum licik, membayangkan bahwa Joseph akan celaka.     

"Kalian cepatlah datang ke sini dan akan kuberikan tugas langsung. Bayarannya akan sangat tinggi apabila kalian berhasil menyingkirkan pria ini."     

Reva langsung memutuskan sambungannya. Tinggal menunggu kedatangan anak buahnya satu per satu kemari.     

"Jo, sebentar lagi kau akan menyusul Pak Surya di sana. Aku tak akan membiarkanmu hidup lebih lama lagi dari ini!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.