Arrogant Husband

Menyelamatkan Joseph



Menyelamatkan Joseph

0Kali ini Joseph tak akan dibiarkan hidup oleh Reva. Ia ingin membuat pria itu meregang nyawa di tangan anak buahnya. Tak mau repot, kalau suatu hari nanti Joseph malah akan membongkar semuanya di hadapan Agam.     
0

Apalagi Joseph dan Anton saat ini mulai menaruh rasa curiga padanya. Salah satu jalan pintas, ialah melenyapkan pria itu tanpa harus mengotori kedua tangannya. Biarkan uang yang bermain di sini dan Reva hanya duduk santai, sambil menunggu kabar dari para anak buah.     

Reva masih berada di bar bersama dengan Agam. Mereka berdua tampak duduk santai bersebelahan. Pria itu sebentar lagi akan pulang kerja.     

"Gam?"     

"Iya, kenapa?"     

"Aku mau tanya sesuatu, boleh? Tapi, agak sedikit privasi."     

Agam mempersilakan pada Reva untuk bertanya. "Tidak apa-apa. Tanyakan saja yang membuatmu ingin tahu."     

"Selama kita dekat, aku tak pernah dikenalkan pada orang tuamu. Ada di mana mereka?"     

Pria itu lalu tersenyum kecut. Reva merasa tak enak karena bertanya hal seperti ini. Harusnya ia tak menanyakannya. Perubahan wajah dari Agam terlihat sekali.     

"Gam, maafkan aku ya. Aku salah bertanya sepertinya." Reva meminta maaf pada Agam.     

Pria itu menggeleng-geleng kepala dan memaafkan Reva. Wanita itu tak salah kalau hanya bertanya masalah ini.     

"Kedua orang tuaku sudah tiada, Va. Aku hanya tinggal sendiri saja di rumah. Kerja pun sudah aku lakukan sejak lama. Tak ada sanak kerabat di sini." Agam berusaha untuk tetap terlihat kuat.     

"Astaga. Maafkan aku, Gam. Aku merasa bersalah padamu."     

Karena keingintahuan dari Reva, menyebabkan Agam agak sedikit murung. Wanita itu berkali-kali minta maaf pada sang kekasih.     

"Sudahlah sayang. Aku tidak apa-apa. Kenapa kau terus meminta maaf seperti ini?" Agam menjulurkan tangan dan membelai rambut panjang Reva.     

Perlakuan manis dari Agam, membuat Reva semakin luluh saja. Wanita mana yang tak terpikat pada pesona Agam. Walaupun terlihat sederhana dan tak punya banyak harta, tapi Reva sangat mencintainya. Menurutnya, sang kekasih berbeda dari mantan-mantannya dahulu.     

"Kau memang berbeda, Gam. Kau adalah Agam-ku dan tak ada yang boleh memilikimu, selain aku."     

"Kau pun hanya milikku, Va. Tak ada pria lain yang boleh memilikimu selain aku," ucap Agam sembari tersenyum manis.     

"Nah, makanya ... segeralah menikah denganku. Jangan kelamaan, Gam. Aku tak mau–"     

"Baiklah. Aku akan segera menikahimu dalam waktu satu bulan ke depan."     

"Be–benarkah?" ujar Reva seakan tak percaya dengan sang kekasih.     

"Ya. Aku serius dan bersungguh-sungguh padamu. Tak ada yang bisa memilikimu selain aku."     

Reva langsung memeluk tubuh Agam dengan erat. Ia tak peduli sama sekali bahwa ada beberapa pasang mata tengah menatap ke arah mereka. Dirinya sekarang merasa sangat senang.     

"Benarkan? Dalam waktu satu bulan lagi kita menikah?" tanya Reva seakan memastikan pendengarannya.     

"Iya sayang."     

Reva bersorak dalam hati. Kemenangannya sudah ada di depan mata. Pria yang ia cintai, akhirnya akan datang melamar.     

'Akhirnya, aku bisa memiliki Agam seutuhnya.'     

***     

"Sial! Di mana aku hah?! Dasar bedebah!" umpat Joseph yang merasa kesal dengan mereka bertiga.     

Saat ini, dirinya tengah berada di sebuah rumah kosong. "Pasti kalian bertiga suruhannya Reva kan?"     

Mereka bertiga terus tertawa lebar. Membuat Joseph semakin kesal bukan main. Ia dibawa kemari dengan paksa.     

"Memangnya kenapa? Kau mau apa setelah ini?" balas salah seorang dari mereka.     

"Lihat saja nanti, aku akan membalas kalian bertiga!"     

"Heii, jangan harap kau bisa ke luar dengan mudah dari tempat ini!"     

Saat ini, tubuh Joseph merasa lemas. Sebelum dibawa kemari, ia dipukuli beramai-ramai oleh mereka di rumahnya tadi.     

"Awas saja kalian bertiga!"     

Saat ini, Joseph hanya bisa pasrah dengan keadaan sekarang. Mereka bertiga tak akan membiarkannya lolos dengan mudah.     

"Jangan berharap lebih, kau tak akan bisa ke luar dengan mudah dari sini!"     

Helaan napas yang berat terdengar ke luar dari hidung Joseph. Pria itu begitu lemas sekarang dengan tubuh berbaring, kedua tangan dan kaki dalam posisi terikat. Ketiga pria itu tengah menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan.     

'Apa yang harus aku lakukan sekarang?'     

***     

Anton saat ini turun beramai-ramai dengan membawa teman-temannya kemari. "Ayo, cepat! Tapi, tetap waspada."     

Mendengar instruksi dari Anton, mereka semua masuk ke dalam beramai-ramai dengan penuh waspada. Anton ke sini karena ingin menolong Joseph yang dibawa kabur oleh orang yang tak dikenal.     

Saat itu, dirinya ingin menemui Joseph di rumah. Namun, ia melihat dari jauh, ada sebuah mobil dan tiga orang pria tengah masuk dengan buru-buru. Tak berapa lama kemudian, mereka bertiga lalu membawa Joseph dan memasukkannya ke dalam mobil.     

Anton pun merasa ada yang tak beres. Ia pun segera menghubungi teman-temannya lalu mengikuti mobil mereka dari jauh. Alhasil, Joseph tengah berada di rumah kosong ini.     

Anton dan yang lain mencoba mendobrak pintu dari luar. Ketiga pria itu dan juga Joseph terkejut melihat kedatangannya kemari setelah pintu berhasil dibuka. Mereka bertiga hendak melarikan diri, tapi teman-teman Anton lebih banyak.     

"Jo, kau tak apa-apa?" tanya Anton yang membantu Joseph bangkit.     

"Kenapa kau tahu aku ada di sini?"     

"Nanti aku jelaskan. Mari ikut bersamaku."     

Ketiga orang suruhan Reva telah ambruk di tempat. Mereka pun akhirnya mengakui bahwa yang menyuruhnya untuk melakukan hal ini memang Reva. Anton dan Joseph memang sudah menduga dari awal.     

"Benar kan apa kataku? Pasti wanita licik itu yang telah melakukannya!"     

Melihat mereka sudah tersungkur dan tak berdaya, Anton serta yang lain segera ke luar dari tempat ini. Ia dan juga Joseph akan pulang ke rumah dan menceritakan hal ini.     

"Anton, terima kasih banyak ya atas bantuannya. Kalau tak ada kau, mungkin aku sudah tiada. Mereka ingin menghabisiku."     

"Ya. Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi padamu. Kita akan bekerja sama untuk menghancurkan Reva dari sekarang."     

"Ya, aku sangat setuju."     

Akhirnya, Anton mulai sedikit lebih percaya dengan Joseph. Ia memutuskan untuk bekerja sama menghancurkan Reva.     

"Wanita licik seperti Reva, tak pantas hidup lebih lama lagi. Aku akan membalasnya dengan penderitaan. Biar dia segera masuk ke dalam penjara.     

"Aku yakin, pasti Reva akan mendekam di dalam penjara setelah kebusukannya terbongkar." Anton bergegas melajukan mobilnya menuju rumah Saga.     

"Anton, apa kau yakin bahwa Reva yang sudah membunuh Pak Surya?" tanya Joseph.     

"Iya. Aku sangat yakin, bahwa dia lah pembunuhnya. Tapi, kita masih tak punya bukti apa pun. Pihak kepolisian pun masih mencari pelakunya."     

Anton dan Joseph berharap bahwa pelakunya segera tertangkap. Mereka berdua yakin, bahwa Reva yang menjadi dalang di balik semua ini. Kalaupun memang benar, pasti Saga tak akan membiarkan Reva hidup dengan tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.