Arrogant Husband

Saling Menguatkan



Saling Menguatkan

0Saat ini, Saga dan Alisa sedang berada di dalam kamar. Mereka berdua masih merasa sedih dengan kejadian yang menimpa akhir-akhir ini. Beruntung, sang istri selalu berada di sampingnya dan tak pernah meninggalkan sedikit pun.     
0

Sepasang suami istri itu duduk berdampingan. Alisa kemudian meraih tangan suaminya dan berkata bahwa jangan menyerah untuk terus mencari pelaku yang telah menyebabkan Pak Surya tiada. Saga pun tersenyum manis ke arah wanita itu.     

Hanya Alisa yang bisa membuatnya jadi merasa sedikit semangat. Sang ibu pun, masih belum bisa tersenyum akhir-akhir ini, karena merasa sangat kehilangan.     

"Terima kasih sayang, karena kau selalu berada di sampingku. Tak pernah meninggalkan aku," ucap Saga pada sang istri.     

"Iya sayang. Aku akan selalu berada di sampingmu sampai kapan pun."     

Alisa menyandarkan kepalanya di bahu kekar Saga. Mereka berdua akan melewati masalah ini bersama-sama. Keduanya akan terus menyatu.     

"Sayang, maafkan kesalahan ayahku, ya. Beliau telah banyak melakukan kesalahan denganmu." Saga mewakilkan permintaan maaf ayahnya pada Alisa.     

"Iya sayang. Kesalahan ayah sudah aku maafkan sejak dulu. Jadi, kau tak perlu mengkhawatirkan hal itu lagi." Alisa sudah memaafkan kesalahan Pak Surya.     

Akhirnya, Saga bernapas lega karena sang istri sudah mau memaafkan kesalahan ayahnya. Begitu banyak sang ayah melakukan kesalahan, hingga hampir mencelakai nyawa Alisa. Berkali-kali Pak Surya juga ingin memisahkan keduanya.     

Alisa berbesar hati untuk memaafkan Pak Surya. Ia tak mau, kalau masalah ini terus saja terjadi. Pak Surya pun telah tiada dan dirinya tak ingin kalau ayah mertuanya tak tenang di alam sana.     

"Yang penting sekarang, kita fokus sama kesehatan ibu dan juga mencari pelakunya sampai ketemu," ucap Alisa.     

"Iya sayang. Pasti akan kulakukan dengan maksimal. Penjahat itu tak akan bisa kabur dengan mudah dariku."     

Mereka berharap agar pelakunya cepat ditemukan, supaya Saga bisa memberinya pelajaran karena sudah menghilangkan nyawa sang ayah tercinta. Dan, juga membuat kondisi Bu Angel makin hari, semakin drop.     

***     

Anton masih tak menyangka bahwa Reva nekat melakukan hal ini pada Joseph. Ia ingin mencelakai pria itu agar rahasianya selalu aman.     

"Dasar, wanita licik dan tak punya hati. Bisa-bisanya dia melakukan hal itu pada Joseph." Anton bicara sendiri di depan pintu masuk.     

Saga yang mendengar ucapan Anton dari dalam, langsung merasa kaget. Ia tengah berdiri di hadapan pria itu sekarang.     

"Siapa yang kau maksud? Ada apa dengan Joseph?" Saga meminta Anton untuk menjelaskan hal ini padanya.     

"Sa–Saga ...."     

"Jelaskan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi."     

Anton menjelaskan semuanya pada Saga. Saat dirinya berada di rumah Joseph dan melihat pria itu dibawa kabur oleh beberapa orang suruhan Reva. Hingga dirinya pun mengikuti ke mana mereka pergi. Anton dan yang lain akhirnya berhasil menyelamatkan nyawa Joseph.     

"Lantas, sekarang Joseph ada di mana?"     

"Dia di rumahnya. Sudah kuantar pulang. Keadaannya masih lemah."     

"Dasar Reva! Memang tak pernah bisa berubah sedari dulu. Untung saja, aku tak memilihnya sebagai istriku."     

Saga berencana akan menemui Joseph nanti. Menengok keadaan pria itu di sana. Sebagai seorang sahabat, sudah menjadi kewajiban Saga untuk mengunjungi Joseph yang terbaring lemah.     

"Baiklah, terima kasih atas informasinya. Mulai sekarang, kita semua harus lebih waspada lagi dengan Reva. Jangan sampai lengah." Saga menyuruh Anton untuk berhati-hati dan jangan sampai salah mengambil langkah.     

"Baik, Ga."     

Setelah itu, Saga kembali masuk ke dalam. Ia ingin menemui sang ibu yang juga terbaring lemah di atas tempat tidur. Bu Angel hanya makan sedikit dan itu pun dengan dipaksa terlebih dahulu.     

Pria itu melangkah menuju ke kamar Bu Angel. Saga ingin menengok keadaan ibunya. Sampai sekarang, wanita paruh baya itu masih memikirkan Pak Surya yang telah tiada.     

Setelah Saga sudah masuk ke dalam kamar, tatapan mata Bu Angel langsung tertuju padanya. Sang ibu mencoba perlahan bangkit dan duduk di sandaran ranjang.     

"Ibu?"     

"Saga, kemarilah, Nak." Bu Angel menyuruh Saga untuk mendekat.     

Sang anak langsung menghampiri Bu Angel. Saga tak mau, melihat kondisi ibunya terus seperti ini.     

"Ibu harus cepat sembuh ya. Maka dari itu, ibu harus makan yang banyak, biar sehat lagi."     

"Iya, Nak."     

Bu Angel tersenyum singkat ke arah Saga. Anak dan ibu itu sama-sama saling menguatkan atas kehilangan orang terkasih. Kepergian Pak Surya sangatlah tak wajar. Maka dari itu, mereka akan terus mencari pelakunya sampai dapat.     

"Apa sudah ada perkembangan tentang pelakunya?" tanya Bu Angel pada Saga.     

"Masih belum. Ibu yang sabar ya. Pihak polisi pun masih menyelidiki kasus ini."     

Hanya anggukan lemah yang bisa dilakukan oleh Bu Angel. Wanita itu hanya bisa pasrah sekarang. Tak ada yang bisa dilakukan kalau dirinya terus merasa sedih seperti ini.     

"Ibu terus berdoa, agar pelakunya cepat ditemukan, agar bisa dihukum dengan hukum yang berlaku."     

"Iya, Bu. Aku setuju. Semoga saja cepat ditemukan, ya."     

Saga pun akhirnya memeluk tubuh Bu Angel yang tampak ringkih itu dengan penuh kasih sayang. Dipeluknya tubuh sang ibu dengan erat, seolah takut kehilangan. Apa pun yang terjadi, Saga akan terus berjuang demi orang tuanya.     

"Ibu jangan bersedih lagi, ya. Ada aku dan juga Alisa yang akan berada di samping ibu. Kami berdua tak akan pernah meninggalkan ibu sendirian."     

"Terima kasih, Nak. Ibu sayang dengan kalian berdua. Maafkan kesalahan yang sudah ibu perbuat pada kalian."     

"Tak apa-apa, Bu. Jangan dipikirkan lagi masalah itu. Yang lalu, biarlah berlalu."     

Seulas senyuman manis ditampilkan oleh Bu Angel. Ia mencoba untuk bangkit dari keterpurukan ini. Dan, akan terus tersenyum untuk keluarganya.     

"Ibu bangga dengan kalian berdua, terlebih pada Alisa. Istrimu itu tak pernah marah pada ibu."     

"Iya, Bu. Dia wanita yang baik. Aku tak salah memilihnya sebagai istri."     

"Iya, kau benar, Nak."     

Bu Angel sudah minta maaf pada Alisa atas perlakuannya tempo hari. Saga pun sudah mengetahui hal itu karena sang ibu yang bicara terus terang padanya. Hal itu lantas tak membuat Alisa membenci ibu mertuanya.     

"Sebaiknya kau ke kamar sana. Temani istri dan juga anakmu di dalam."     

"Tapi, aku masih ingin bersama dengan ibu dulu. Baru aku akan bersama dengan Alisa di kamar."     

"Hm, baiklah kalau begitu. Kau ini memang putra kesayangan ibu." Bu Angel tampak gemas dengan Saga. Ia pun mencubit pipi sang anak dengan sedikit kencang.     

Akhirnya, Saga bisa melihat senyum sang ibu berhasil terkembang di sudut bibir. Ia merasa lebih baik daripada tadi.     

'Teruslah tersenyum seperti ini, Bu. Aku sangat menyayangimu. Tak akan membiarkanmu bersedih karena telah kehilangan ayah.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.