Arrogant Husband

Anton Membuatnya Kesal



Anton Membuatnya Kesal

0Reva menghubungi salah satu anak buahnya untuk mengetahui kabar dari Joseph. Namun, panggilannya berkali-kali tak diangkat. Membuatnya jadi kesal sendiri.     
0

"Tumben sekali tak ada satu pun dari mereka yang mengangkat panggilanku. Ada apa ini?" Reva mencoba lagi memencet layar ponselnya untuk menghubungi mereka.     

Perasaannya sekarang jadi tak tenang. Ia takut, kalau pekerjaan mereka gagal dan kacau. Itu akan membuat rencananya jadi berantakan.     

Ia terus mencoba menghubungi mereka sampai panggilannya diangkat. Semoga saja ada kabar baik, bahwa Joseph telah tiada di tangan mereka.     

"Ayo, angkat! Dasar!" gerutunya yang masih mencoba menelepon.     

Beberapa saat kemudian, panggilannya diangkat oleh salah satu dari mereka. Reva langsung cerocos dan meluapkan rasa kekesalannya.     

"Heii, kau dari mana saja tadi? Kenapa lama sekali mengangkat teleponku!" ucap Reva dengan suara nyaring.     

"Maafkan kami bos. Kami bertiga gagal untuk melenyapkan pria itu."     

"Apa?! Kenapa bisa begitu? Kata kau tadi, dia sudah ada di sana."     

"Iya memang. Tapi, ada orang-orang yang datang ke sini dan menolongnya."     

"Siapa orang itu?" Reva tak menduga sama sekali, bahwa ada yang menolong Joseph.     

"Kami tak tahu."     

Reva pun segera memutuskan panggilan secara sepihak. Ia kesal sekarang. Pekerjaan anak buahnya sangatlah tak becus. Ia mendadak cemas karena Joseph berhasil lepas.     

"Bagaimana ini? Ternyata Joseph bisa lolos. Posisiku sekarang jadi tak aman."     

Wanita itu memutar otak dan berpikir untuk terus membuat Joseph celaka. Jangan sampai pria itu terus curiga padanya. Alhasil, maka semuanya pun akan jadi berantakan.     

***     

Anton telah mengantarkan Joseph pulang ke rumah. Ia membantu memapah menuju ke dalam kamar. Pria itu langsung lemas seketika saat di atas tempat tidur.     

"Terima kasih banyak, Ton. Kau sudah menolongku," ujar Joseph pelan.     

"Sama-sama. Beristirahatlah di sini."     

Joseph merasa beruntung karena nyawanya selamat berkat bantuan dari Anton. Ia sama sekali tak menyangka, bahwa pria itu datang tepat waktu bersama dengan yang lain. Alhasil, ia berhasil lolos dari anak buah Reva.     

Anton tak mau berlama-lama ada di rumah Joseph. Ia ingin segera pulang ke rumah dan menjaga Saga juga yang lain.     

"Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu ya. Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku."     

"Iya, Nton. Makasih banyak."     

Kedua pria itu saling tersenyum manis. Baik Anton ataupun Joseph sudah menjadi teman baik. Tak ada rasa curiga lagi pada Joseph, karena Anton telah percaya dengannya.     

Joseph tak bisa mengantar Anton menuju ke luar. Ia masih merasa lemas di atas tempat tidur. Yang bisa dilakukan sekarang adalah memulihkan keadaannya kembali.     

"Reva, awas saja kau! Kau hampir membuat nyawaku celaka!"     

Apa pun yang terjadi nanti, Joseph pasti akan membalas perlakuan Reva. Ia tak akan tinggal diam seperti ini. Pembalasan Joseph harus lebih daripada ini.     

***     

Tok! Tok!     

Reva yang sedang mondar-mandir di ruang tamu, tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu. Ia pun segera melangkah dan membukanya. Betapa terkejutnya ia saat ini karena Anton datang ke sini.     

"Kau?" Reva menunjuk ke arah Anton. "Mau apa kau datang ke sini?"     

"Biarkan aku masuk dulu ke dalam rumahmu. Maka akan kujelaskan semuanya."     

Wanita itu mengembuskan napas panjang. Akhirnya, Reva mempersilakan Anton masuk ke dalam. Pria itu langsung duduk di atas sofa tanpa dipersilakan oleh Reva terlebih dulu.     

"Kau sangat tidak sopan saat masuk ke rumah orang!" ketus Reva yang sepertinya tak dianggap sebagai tuan rumah.     

"Aku tidak sopan?"     

"Iya. Kau sangat tidak sopan. Ini rumahku. Apa maumu datang ke sini?"     

Anton mengangguk-angguk. Seperti janjinya tadi pada Reva, bahwa ia akan menjelaskan kedatangannya kemari.     

"Kenapa kau langsung tegang seperti itu? Tenang saja cantik. Aku tak akan menggigitmu."     

"Ah, sudahlah! Jangan berbasa-basi. Langsung saja jawab, apa tujuanmu datang ke sini."     

"Kau sepertinya sangat ingin tahu, ya?" Anton mencoba membuat Reva merasa kesal. Ia akan terus memancing amarah wanita itu.     

"Cepatlah! Aku tak punya banyak waktu untuk mendengar ocehanmu ini. Kalau tak ada yang penting, lebih baik kau pulang saja dari sini!" Reva mengusir kedatangan Anton yang datang kemari. Ia tak ingin pria itu berkunjung.     

"Saat ini pasti kau sedang ketakutan dan merasa terancam, karena Joseph berhasil kabur, kan?"     

Reva akhirnya tahu, bahwa Anton lah yang sudah membuat Joseph berhasil lolos. Namun, ia tak ingin berterus terang dan seolah-olah tak tahu apa pun.     

"Apa maksudmu? Aku tak paham sama sekali dengan ucapanmu ini." Reva mencoba untuk terus berkelit.     

Namun, Anton sudah tahu dan merasa yakin, bahwa Reva yang sudah membuat onar seperti ini. Beruntung saja, dirinya datang tepat waktu dan bisa menolong Joseph.     

"Kau tak usah berkelit lagi, Va. Aku sudah tahu semuanya. Aku tahu siapa dirimu sebenarnya."     

Reva menatap tajam ke arah Anton. Ternyata pria itu sudah tahu bahwa dirinya yang telah membuat Joseph hampir celaka.     

"Kau jangan asal menuduhku seperti itu, ya! Perbuatanmu ini bisa aku penjarakan karena pencemaran nama baik!" Reva mencoba mengancam Anton agar menjadi takut.     

"Memenjarakan aku? Yang ada, aku yang akan memenjarakanmu. Aku tahu, bahwa kau lah yang telah membuat Pak Surya tiada. Iya kan?"     

Reva saat ini merasa terpojokkan. Ia tak menyangka, bahwa gerak-geriknya mudah terbaca oleh Anton. Pria yang berada di hadapannya sekarang, sangatlah pintar.     

'Kurang ajar! Anton rupanya sudah tahu, bahwa aku yang melakukan hal ini. Aku harus berhati-hari padanya mulai sekarang.'     

"Aku tak pernah melakukan hal seperti itu. Untuk apa, aku yang membunuh Om Surya?" Reva terus saja tak mengakui hal ini. Wanita itu masih terus berkelit.     

"Orang jahat mana ada yang mau mengaku? Kalau pun mengaku, pasti penjara akan penuh!" Anton pun akhirnya bangkit dari duduk.     

Pria itu menatap Reva dengan intens. Ia terus merasa curiga pada wanita itu. Namun, Reva tak akan semudah itu untuk bicara terus terang. Anton berusaha untuk terus memancingnya.     

"Kurang ajar! Sebaiknya kau pulang saja dari sini! Aku tak ingin melihat wajahmu lagi."     

"Aku pun tak mau berlama-lama di rumahmu ini. Tuan rumahnya sangat kasar dan tak berpendidikan sama sekali."     

"Apa kau bilang? Tak berpendidikan?" tanya Reva pada Anton.     

"Iya. Tuan rumah di sini tak berpendidikan sama sekali. Sayang sekali."     

Reva mengepalkan kedua tangannya karena merasa sangat kesal dengan ulah Anton. Pria itu benar-benar telah membuatnya geram.     

"Aku pulang dulu kalau begitu," ujar Anton yang mengedipkan sebelah mata ke arah Reva.     

"Dasar! Pria tak tahu diri!"     

Anton terus melangkah menuju ke luar dan tak peduli sama sekali dengan ucapan Reva. Ia merasa cukup puas karena sudah membuat wanita itu jadi kesal sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.