Arrogant Husband

Kejutan Istimewa Untuk Saga



Kejutan Istimewa Untuk Saga

Memang tak mudah ditinggal pergi oleh orang yang kita cintai. Meskipun begitu, Bu Angel terus berusaha untuk bangkit dan berdoa agar pelakunya segera tertangkap. Saga dan Alisa pun ikut menguatkan wanita paruh baya itu. Keluarga kecil mereka akan selalu menguatkan satu sama lain.     

Kini, separuh jiwa Bu Angel telah pergi selama-lamanya. Tak ada sandaran lagi apabila bersedih. Meskipun, Pak Surya terkadang membentak atau berucap dengan nada tinggi, tapi jauh di lubuk hati, Bu Angel sangat mencintai sang suami.     

"Bu, kita sarapan sama-sama dulu, ya," ucap Alisa.     

"Iya, Nak." Bu Angel bangkit dari tempat tidur dan berjalan bersama dengan Alisa menuju ruang makan. "Saga mana?"     

"Oh, Saga sudah berangkat lebih awal, Bu. Katanya nanti siang pulang cepat."     

"Oh, begitu."     

"Iya, Bu."     

Makanan sudah tersaji di atas meja. Dan, masih dalam keadaan hangat. Alisa dan juga Bu Angel segera duduk di kursi.     

"Biar aku yang sajikan untuk Ibu." Alisa mengambil piring kosong dan menyendokkan nasi goreng, lauk-pauk serta sayuran. Kemudian, ia serahkan kepada Bu Angel.     

"Makasih, Nak." Bu Angel menyambutnya dengan senyuman manis.     

"Sama-sama, Bu."     

Momen pagi ini mereka lewati dengan penuh senyuman. Alisa dan Bu Angel tak ingin larut dalam kesedihan. Mereka akan bangkit bersama-sama.     

Saat Alisa hendak menyendokkan makanan ke dalam mulut, tiba-tiba saja ia merasa mual sekali. Ia pun langsung bangkit dari kursi dan menuju kamar mandi. Bu Angel yang melihat itu mendadak cemas.     

Bu Angel bergegas menuju kamar mandi. "Nak, kau kenapa?" ucapnya sambil mengeraskan suara.     

Beberapa saat kemudian, Alisa akhirnya membuka pintu. Ia terlihat sedikit pucat, tak seperti biasanya.     

"Bu, aku merasa mual sekali." Alisa sambil memegangi area perutnya.     

"Apa, jangan-jangan ...."     

"Jangan-jangan apa, Bu?"     

"Lebih baik kita cek ke dokter aja yuk untuk memastikannya, Nak. Ibu akan menemanimu." Tanpa pikir panjang, Alisa dan Bu Angel bersiap-siap.     

***     

"Selamat ya, Bu. Anda sedang mengandung saat ini." Sang dokter memberi kata selamat pada Alisa seraya menjulurkan sebuah surat tentang kehamilannya.     

"A–apa, dok? Saya hamil?"     

"Iya, Bu. Usia kandungannya sudah dua minggu. Dijaga betul-betul ya, Bu."     

Bu Angel dan Alisa tampak sangat gembira. Mereka seolah mendapat angin segar, setelah dilanda rasa kesedihan. Berita membahagiakan ini akan mereka sampaikan pada Saga.     

Saking senangnya Alisa, ia terus saja mengelus-elus perutnya sendiri. Kali ini, kehamilannya tak akan gagal lagi.     

"Iya, dok. Saya akan menjaga kandungan ini dengan sebaik mungkin," ujar Alisa sambil terus tersenyum.     

Senyuman indahnya tak berhenti terukir di sudut bibir. Ia merasa sangat senang sekali. Kali ini, Tuhan telah mempercayakannya lagi untuk dititipkan seorang anak.     

Setelah itu, Bu Angel dan Alisa segera pamit pulang. Mereka berdua bersalaman dengan sang dokter dan tak lupa mengucapkan rasa terima kasih.     

Bu Angel dan Alisa bergegas menuju ke parkiran. Mereka ke sini bersama dengan Anton. Pria itu mengemudikan mobil dan membawanya ke rumah sakit untuk mencek kandungan.     

"Bu, aku sangat senang sekali karena kehamilan ini."     

"Ibu juga turut senang, Nak. Jaga terus ya kandungannya."     

"Iya, Bu. Aku akan memberikan surat ini pada Saga. Pasti dia sangat senang sekali."     

Keduanya baru saja masuk ke dalam mobil. Alisa tak henti-hentinya tersenyum manis. Anton pun melirik dari kaca spion dan ingin bertanya.     

"Nyonya Alisa sepertinya sangat senang sekali hari ini," ucap Anton.     

"Iya Ton. Aku sangat senang sekali karena sekarang aku hamil lagi."     

Mendengar hal itu, Anton pun turut senang. Pria itu tampak gembira karena hal ini.     

"Selamat atas kehamilannya, Nyonya. Semoga kandungan Nyonya selalu baik-baik saja."     

"Aamiin. Makasih atas doanya."     

Alhasil, Anton segera menyalakan mesin mobil dan segera melaju dari rumah sakit ini. Sedangkan, Alisa dan Bu Angel terus saja tersenyum.     

'Terima kasih Tuhan, kau telah memberikan aku seorang malaikat kecil dalam rahimku dan juga sebagai pengobat atas kepergian ayah.'     

***     

"Hati-hati, Nak." Bu Angel membantu Alisa berjalan. Ia memapah sang menantu yang hendak menuju ke kamar.     

"Iya, Bu."     

"Oh, ya, kau tadi belum sarapan kan? Nanti ibu yang suruh pelayan untuk membawakan makanan untukmu."     

"Ibu tak usah repot-repot begitu. Nanti aku akan makan."     

Kedua wanita itu berjalan menaiki anak tangga. Bu Angel terus memapah Alisa sampai depan pintu kamar. Ia merasa cemas dan tak mau terjadi apa-apa pada sang menantu dan juga janin yang tengah dikandung oleh Alisa.     

"Diamlah. Kau tinggal istirahat saja di dalam kamar. Biar ibu yang menyuruh pelayan untuk membawakan makanan ke sini untukmu." Bu Angel menidurkan Alisa di atas ranjang. Kemudian, wanita itu melangkah ke luar kamar.     

Alisa merasa senang karena diperhatikan seperti ini oleh Bu Angel. Ia sangat mengerti dengan keadaan ibu mertuanya sekarang. Semoga saja, janin yang dikandungnya ini akan menjadi sebuah obat kesedihan karena kehilangan Pak Surya.     

"Terima kasih, Tuhan, kau telah menitipkan anak ini padaku. Aku berjanji akan merawatnya dengan baik."     

***     

Bu Angel segera bangkit dari sofa setelah melihat kedatangan Saga ke rumah. Pria itu langsung menatap ke arahnya.     

"Alisa mana, Bu?" tanya Saga.     

"Dia lagi di atas. Temani dia sana di kamar." Bu Angel tak henti-henti untuk tersenyum.     

Saga yang melihat senyuman di wajah sang ibu, juga turut bahagia melihatnya. Ia pun mengangguk pada Bu Angel.     

"Ya sudah, aku ke atas dulu, Bu."     

"Iya."     

Pria itu melangkah menaiki anak tangga. Saga sudah tak sabar ingin bertemu dengan Alisa di dalam. Ia merasa sangat rindu dengan istrinya itu. Akhirnya, ia sampai juga di pintu kamar. Tangannya lalu terjulur untuk membuka pintu.     

Saga melihat Alisa tengah berbaring di atas tempat tidur. Ia pun mendekat dan menghampiri sang istri.     

"Sayang, akhirnya kau sudah pulang juga." Alisa duduk dan bersandar di kepala ranjang.     

"Iya sayang, memangnya ada apa?"     

Alisa ingin cepat-cepat memberitahukan kabar bahagia ini pada sang suami. Ia ingin melihat ekspresi gembira yang terpancar dari wajah Saga.     

"Aku ada kejutan yang sangat bahagia untukmu."     

"Benarkah? Apa itu?" Saga ingin tahu, kejutan apa yang akan diberikan oleh Alisa padanya.     

"Tutup mata dulu dong. Jangan dibuka dulu sampai aku suruh, ya." Alisa ingin mengambil surat tentang kehamilannya yang terletak di dalam nakas.     

"Baiklah. Jangan buat aku semakin penasaran sayang."     

Alisa buru-buru mengambil surat itu dan sebentar lagi akan ia serahkan pada Saga. "Sayang, bukalah matamu." Alisa tengah menampilkan sebuah surat pada pria itu.     

"Surat? Surat apa ini?" Saga akhirnya mengambil surat pemberian dari Alisa.     

"Buka dan bacalah isinya, sayang."     

Akhirnya, Saga membuka surat itu dan membaca isi di dalamnya. Sepersekian detik, ia langsung memandang wajah sang istri dengan begitu bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.