Arrogant Husband

Agam Pun Mengetahuinya



Agam Pun Mengetahuinya

0Satu minggu kemudian, masih belum juga menemukan pelaku dari pembunuh sang ayah. Saga dan yang lain akan terus mencari sampai ketemu. Bersama dengan pihak kepolisian juga tentunya.     
0

Wajah-wajah yang dulunya bersedih karena kehilangan Pak Surya, sekarang sudah menjadi wajah penuh kebahagiaan, terutama Bu Angel. Wanita itu senang karena akan memiliki seorang cucu lagi. Luka di hatinya kini tergantikan dengan hal itu.     

Saga pun bisa perlahan bangkit dan tak berlarut dalam kesedihan. Ia memfokuskan diri dalam pencarian pelaku ayahnya dan juga menjaga Alisa dengan maksimal. Hanya itu saja yang Saga lakukan sekarang.     

"Sayang, aku akan pergi dulu ke rumah Joseph ya. Hanya sebentar saja," ujar Saga.     

"Baiklah sayang. Berhati-hatilah."     

"Kalau kau merasa ngantuk, tidurlah. Jangan menungguku." Saga langsung mengenakan jasnya sebelum berangkat.     

Setelah pamitan dengan sang istri, Saga bergegas menuju ke rumah Joseph. Ia ingin bertemu dengan pria itu untuk membahas sesuatu.     

***     

Malam yang indah serta dipenuhi dengan bintang-bintang. Saat ini Reva sedang berada di rumah Agam. Keduanya duduk di teras depan. Sepasang kekasih itu tengah merasakan dinginnya angin malam. Mereka juga bercengkerama satu sama lain.     

Reva begitu fokus memandangi wajah Agam. Ia selalu merasa terpana dengan ketampanan sang kekasih. Ditatap seperti itu oleh Reva, pria itu tampak malu-malu.     

"Sayang, kenapa kau memandangiku seperti itu?" tanya Agam tampak salah tingkah.     

"Kau terlihat sangat tampan malam ini," balas Reva.     

"Hm, jadi hanya malam ini saja aku yang terlihat tampan? Kemarin-kemarin tidak, begitu?" Agam tampak cemberut karenanya.     

"Ah, bukan begitu, sayang. Kau sangat tampan setiap hari." Reva langsung mencubit kedua pipi Agam dengan gemas. Wanita itu merasa bahagia malam ini.     

Agam perlahan tersenyum melihat Reva. Ia pun membalas perlakuan wanita itu dan mencubit pipi mulusnya. Reva meringis pelan, tapi sedetik kemudian malah tertawa kecil.     

Malam ini mereka lalui dengan penuh kegembiraan. Agam ingin selalu berada di samping Reva seperti ini. Begitu pula dengan sang kekasih, yang tak ingin ditinggalkan pergi olehnya.     

Agam tak bisa merayu Reva. Akan tetapi, dirinya akan membuktikan kesungguhannya pada sang kekasih. Lewat kasih sayang dan rasa cinta, itu sudah pasti.     

"Sayang, aku pengen ke belakang dulu, ya." Reva mendadak hendak ke toilet.     

"Iya sayang. Silakan."     

Reva bergegas menuju ke toilet dan meninggalkan Agam. Pria itu menunggunya sampai kembali. Namun, tiba-tiba saja, ponsel wanita itu berdering di dalam tas. Ia meraih tas itu yang tergeletak di atas meja.     

Agam tampak tak peduli karena dering ponsel itu semakin nyaring. Satu sampai dua kali, ia biarkan saja. Namun, panggilan itu terus berbunyi. Sampai akhirnya, pada panggilan ketiga, Agam memutuskan untuk mengangkatnya. Ia merasa ada sesuatu yang penting dan akan disampaikan langsung oleh Reva nanti.     

Setelah Agam memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut, terdengarlah suara seorang laki-laki. Ia merasa bingung dan terus mendengarkan. Agam sejak awal hanya diam saja dan tak bersuara apa-apa.     

"Bos, bagaimana ini? Mereka terus mencari pelaku pembunuhan Pak Surya. Rencana kita gagal total bos."     

Bibir Agam langsung terasa kelu. Hatinya mendadak berdetak tak karuan. Kepalanya pun terasa pusing seketika. Lantas, ia pun langsung mematikan panggilan tersebut karena mendengar langkah kaki Reva yang semakin mendekat.     

"A–Agam?" Reva berdiri di ambang pintu masuk dan melihat Agam memegang ponselnya.     

Wanita itu perlahan duduk di kursi, berdampingan dengan Agam. Pria itu langsung diam dan bersikap dingin. Reva merasa ada sesuatu yang Agam sembunyikan darinya setelah memegang ponselnya tadi.     

"Agam?" panggil Reva.     

Agam menoleh padanya. Pria itu tengah menatapnya tajam. Reva sekarang sudah pucat pasi.     

"Apa yang kau lakukan, hah?!" tanya Agam.     

"Apa? Apa yang aku lakukan, Gam? Aku tak mengerti dengan ucapanmu." Reva mengendikkan kedua bahunya.     

"Jadi, kau pembunuh Pak Surya, begitu kah?"     

Reva tak bisa berkata apa pun lagi. Semua rahasia yang ia simpan rapat akhirnya terbongkar sudah. Ia ingin Agam tak mengetahui hal ini, tapi rupanya gagal.     

'Sial! Pasti mereka tadi meneleponku dan akhirnya Agam yang mengangkatnya. Awas saja mereka nanti.'     

"Va, jawab pertanyaanku!" Agam terlihat sangat marah pada Reva sekarang. "Kau lagi-lagi berbohong padaku rupanya!"     

"Gam, yang kau dengar tadi, itu semuanya bohong. Mana mungkin aku yang membunuh Pak Surya." Reva mencoba untuk berkelit, agar Agam tak percaya dengan ucapan anak buahnya.     

"Alah! Kau tak usah berbohong lagi padaku, Va. Mereka bilang tadi, bahwa rencana kalian telah gagal." Agam mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan. Tak menyangka bahwa Reva akan senekat ini.     

Reva tak bisa menampik dan menyembunyikan hal ini lagi di hadapan Agam. Pria itu sudah mengetahui semuanya. Lantas, ia hanya bisa pasrah dan berkata jujur.     

"Aku ingin hidup kita berdua bahagia sayang. Tanpa ada yang mengganggu kebahagiaan kita."     

"Apa kau bilang? Kita bahagia? Aku akan bahagia bila kau terus bersikap jujur padaku. Namun, sepertinya aku salah menilaimu, Va."     

Agam sudah dibuat kecewa dua kali oleh Reva. Mulai sekarang ia tak percaya lagi dengan sang kekasih. Seperti janjinya dulu, kalau sampai Reva berbohong lagi padanya, ia tak akan segan-segan untuk menyudahi hubungan ini sebelum melangkah lebih jauh ke jenjang pernikahan.     

"Memang aku yang telah membunuh Pak Surya, Gam. Aku sangat sakit hati karena dia sudah membongkar rahasiaku di hadapanmu!" Reva lantas berterus terang pada sang kekasih, bahwa dirinya yang membunuh Pak Surya.     

Betapa kecewanya Agam mendengar hal ini. Lagi-lagi ia dibohongi oleh orang yang begitu dicintai. Entah sudah berapa kali, Joseph selalu meminta dirinya waspada dengan wanita ini, tapi tak pernah ia dengarkan.     

"Aku sangat kecewa padamu, Va. Tak ada lagi yang bisa kita pertahankan dari hubungan ini," ujar Agam sambil menggeleng-geleng kepala.     

"Apa maksudmu, Gam?"     

"Mulai detik ini, kita berdua putus! Kita sudah tak ada hubungan apa pun lagi. Dan, silakan kau pergi dari rumahku dan jangan temui aku lagi!" Agam sangat marah pada Reva dan memutuskan hubungan dengannya.     

Reva sangat syok mendengarnya. Agam berucap seperti ini dan hatinya langsung terasa sakit bukan main. Ia mencoba untuk meminta maaf dan berjanji ini yang terakhir kali dirinya berbohong dengan pria itu. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Agam sudah tak percaya lagi dengannya.     

"Gam, tolong maafkan kesalahanku. Aku berjanji tak akan mengulangi hal ini lagi." Reva menitikkan air mata dan tak mau pergi dari sini.     

"Sudah terlambat, Va. Keputusanku sudah bulat dan tak bisa diganggu gugat lagi. Silakan kau pergi dari sini sekarang juga!" Agam berusaha untuk tetap tegas, tapi hatinya juga merasa sakit karena hal ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.