Arrogant Husband

Tak Cinta Lagi



Tak Cinta Lagi

0Agam tetap mengusirnya ke luar dan pergi dari sini. Ia sudah tak peduli lagi dengan Reva. Wanita itu sangat menyesal karena sudah berbohong pada Agam. Permintaan maaf pun rasanya sudah percuma dan tak berguna lagi.     
0

"Gam," lirih Reva yang akhirnya menangis deras. Ia berusaha untuk memohon maaf pada Agam.     

Pria itu tampaknya tak peduli lagi. Bahkan saat Reva menangis saja, Agam tak menatap ke arahnya dan memilih untuk membuang muka. Reva benar-benar sudah kehilangan kepercayaan darinya.     

"Pulang sana! Kau tak usah datang ke sini lagi. Kita berdua sudah tak ada hubungan apa pun lagi." Agam pun memutuskan untuk membatalkan acara pernikahannya nanti dengan Reva. "Dan, satu hal lagi, aku membatalkan rencana pernikahan kita yang kurang dari satu bulan ini!"     

Reva sangat terkejut dengan ucapan Agam. Ia berkata jangan dan menolak keinginan pria itu. "Gam, aku mohon, jangan lakukan hal itu padaku. Aku sangat mencintaimu, Gam."     

Kepercayaan memang penting di dalam suatu hubungan. Bagi Agam, Reva membohongi dirinya dua kali saja itu sudah cukup. Dan, ia pun tak akan melanjutkan lagi ke jenjang yang lebih serius dengan wanita itu. Walaupun berkali-kali Reva memohon.     

Tak ada yang bisa Reva lakukan sekarang, selain pasrah. Ia harus bersabar dan menerima keputusan dari Agam. Penyesalan terdalamnya pun akhirnya muncul karena telah berdusta pada pria itu.     

Dengan berat hati, Reva memutuskan pergi dari sini. Langkahnya terasa berat saat naik ke dalam mobil. Pandangannya masih terfokus pada Agam yang masih duduk di teras depan rumah.     

"Gam," panggil Reva lagi.     

Agam tak peduli sama sekali dan memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Pria itu langsung mengunci pintu dari dalam. Reva sangat terpukul melihat hal ini.     

"Ah, sial! Kenapa nasibku harus seperti ini!" Reva mendengkus kesal dan naik ke dalam mobil. Ia segera melajukan mesinnya dengan kecepatan tinggi.     

Deru mobil Reva sudah terdengar menjauhi halaman rumah, maka Agam pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Dengan langkah gontai dan hati yang sangat kecewa, Agam sungguh tak menyangka dengan ulah Reva yang sudah membuat nyawa orang melayang.     

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?"     

***     

"Ga, bagaimana perkembangan tentang pelakunya? Maaf hari ini tak bisa membantumu karena aku tiba-tiba sakit," ujar Joseph.     

"Masih belum, Jo. Doakan saja ya, semoga pelakunya bisa ditemukan dengan cepat. Sudah satu minggu lebih pencarian ini."     

Joseph selalu mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya ini. Ia berharap agar pelaku segera ditemukan.     

"Mungkin besok, aku akan berusaha untuk membantumu."     

"Jangan dipaksakan, Jo. Biarlah kau istirahat dulu di rumah sampai benar-benar pulih."     

"Tenang saja, Ga. Aku tak akan membiarkanmu mencari seorang diri. Aku pasti akan membantumu."     

Keduanya memang sahabat sejati. Joseph berharap, tak ada pertengkaran lagi yang terjadi padanya dan juga Saga. Cukup sekali saja, mereka ribut hanya karena memperebutkan seorang wanita. Saga sangat berterima kasih pada Joseph karena telah membantu.     

"Baiklah, Jo, terima kasih banyak karena sudah membantu. Aku tak akan pernah melupakan jasa-jasamu ini," ujar Saga sambil tersenyum senang.     

Pria itu tak bisa berlama-lama di sini karena selalu kepikiran dengan Alisa di rumah. Saga akan terus berusaha untuk menjadi seorang suami yang siaga untuknya. Maka dari itu, ia pun izin pamit untuk segera pulang.     

"Jo, aku tak bisa lama-lama di sini, aku pulang dulu ya. Kasihan Alisa di rumah."     

"Baik, Ga. Terima kasih karena kau telah berkunjung ke rumahku."     

"Iya, sama-sama."     

Joseph mengantar Saga ke luar menuju halaman depan. Sampai pria itu akhirnya masuk ke dalam mobil. Joseph melambaikan kedua tangannya dan berkata hati-hati pada Saga.     

Setelah mobil Saga sudah tak terlihat lagi, Joseph pun segera masuk. "Kasihan Saga. Semoga pelakunya segera tertangkap."     

***     

Saga sudah sampai di dalam kamar, tapi Alisa masih belum juga tertidur. Wanita itu duduk di tepi ranjang dan otomatis fokus ketika melihatnya datang. Sang istri menyambutnya dengan pelukan hangat.     

"Kenapa kau belum tidur juga sayang? Sudah kubilang kan? Jangan menungguku kalau kau mengantuk."     

"Aku tidak mengantuk sayang karena ingin tidur berdua denganmu." Alisa melepaskan jas yang dipakai oleh Saga dan meletakkannya di gantungan lemari.     

"Baiklah kalau begitu. Karena aku sudah datang, maka kau harus tidur bersamaku." Saga mengajak Alisa naik ke atas ranjang. Wanita itu menurut dan tersenyum senang.     

Mereka berdua telah merebahkan tubuh masing-masing di atas tempat tidur. Alisa memang malam ini sangat ingin dimanja oleh Saga. Maka dari itu, ia memutuskan untuk menunggu suaminya sampai pulang ke rumah.     

Saga pun paham dengan kode dari sang istri. Alisa ingin dimanja olehnya. Tangan Saga langsung meraih tubuh Alisa dan membawanya dalam pelukan.     

"Ayo, cepat tidur istriku sayang."     

Alisa memejamkan kedua matanya karena saat ini sudah berada dalam pelukan Saga. Pria itu memeluknya dengan hangat. Tak ada yang lebih nikmat, selain pelukan dari orang yang begitu dicintai.     

"Selamat tidur," ujar Alisa.     

"Selamat tidur juga sayang."     

***     

Kejadian malam tadi tak membuat Reva menyerah untuk datang lagi ke rumah Agam pagi hari seperti ini. Wanita itu berkali-kali mengetuk pintu dan berteriak nyaring. Berharap Agam akan segera membuka pintu dan bertemu dengannya.     

"Gam, ayo ke luar. Aku ingin bicara padamu." Reva masih mengetuk pintu rumah Agam.     

Tak berselang lama, akhirnya Agam pun ke luar juga dari tempat persembunyiannya. Pria itu tampak sangat tak bersemangat setelah bertemu dengan Reva.     

"Mau apa lagi kau datang ke sini?" tanya Agam dengan setelan baju yang rapi. Ia sudah siap untuk berangkat kerja.     

"Aku ingin bicara satu hal padamu. Tolong, dengarkan aku."     

"Untuk apa aku mendengar ucapanmu lagi? Kau mau membuat tipu daya hingga aku tertarik lagi?"     

Pokoknya, Agam tak mau lagi mendengar penjelasan apa pun yang Reva sampaikan. Hatinya sudah sangat sakit. Melihat wajah cantik Reva pun, ia tak akan mau lagi.     

"Pulanglah ke rumah. Aku tak mau lagi bertemu dan kau jangan berharap kembali padaku lagi," ucap Agam dengan terus terang. "Jujur, aku sangat sakit hati sekali denganmu. Aku sangat percaya, tapi apa kenyataannya?"     

"Tapi, Gam?"     

"Pulang sana!"     

Baru kali ini, Reva melihat Agam sangat marah padanya. Ia tak mau menyerah begitu saja karena hal ini.     

"Aku tak mau pulang! Kecuali aku bicara denganmu dulu."     

"Tak ada yang perlu dibicarakan lagi sekarang. Mending kau pulang saja! Aku sudah tak sudi melihat wajahmu lagi, Va!"     

"Kenapa kau bicara seperti itu, Gam?" Reva tampak bersedih karena kenyataan ini. Hatinya sakit melihat pria yang begitu ia cintai, jadi bersikap seperti ini.     

"Aku tak mencintaimu lagi, Va."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.