Arrogant Husband

Terus Mencari



Terus Mencari

0Reva sangat terkejut mendengar ucapan Agam. Pria itu berkata bahwa tak mencintainya lagi.     
0

"Bagaimana bisa kau tak mencintaiku lagi? Sedangkan, aku yakin kau masih sangat mencintaiku."     

"Cintaku sudah kukubur dalam-dalam bersama dengan kebohonganmu malam tadi. Hingga tak ada yang tersisa lagi!"     

Pria itu menatapnya tajam. Agam sudah tak percaya lagi dengan perkataan Reva. Apa pun yang akan dikatakan oleh wanita itu, jawabannya akan tetap sama, bahwa Agam tak akan menerima Reva lagi kembali dalam hidupnya.     

Karena Reva tak mau pergi juga dari sini, maka Agam yang inisiatif sendiri. Pria itu mulai berlalu dari hadapan Reva. Namun, wanita itu tak akan membiarkannya pergi begitu saja.     

"Gam, tunggu dulu. Aku mohon, Gam. Pikirkan lagi."     

Namun, ucapan Reva sama sekali tak dipedulikan oleh Agam. Pria itu tetap berjalan menuju ke tempat kerjanya.     

Reva jadi kesal sendiri karena berkali-kali tak dihiraukan oleh Agam. Ia menghentak-hentakkan kedua kaki, layaknya anak kecil yang tengah ngambek tak diberi permen.     

"Awas saja nanti, akan aku balas. Ini semua gara-gara kalian. Joseph, Anton, Saga, dan juga Alisa!" Reva langsung menyalahkan mereka semua.     

Ternyata setelah kepergian Pak Surya, Reva pikir hidupnya akan bahagia bersama dengan Agam. Namun, justru kebalikannya. Pria itu langsung memutuskan hubungan saat tahu bahwa dirinya lah pelaku pembunuhan itu.     

"Sial!" teriaknya dengan nyaring.     

***     

"Kalian semua nih, bodoh atau apa hah?! Bisa-bisanya menghubungiku kemarin malam."     

"Memangnya kenapa, Bos? Bukankah bos sendiri yang bilang, kalau ada informasi yang penting, langsung minta hubungi?"     

"Iya memang. Tapi, malam tadi panggilan kalian bukan aku yang mengangkat, melainkan Agam. Habislah sudah riwayatku." Reva langsung memijit kepalanya karena merasa pusing mendadak memikirkan hal ini.     

Ia ingin Agam kembali ke dalam pelukannya seperti dulu. Namun, rasanya itu berat sekali. Meskipun begitu, ia tak akan membiarkan orang lain merasa bahagia di atas penderitaannya.     

"Agam sudah tahu bahwa aku yang menjadi dalang di balik pembunuhan Pak Surya. Dia langsung memutuskan hubungan begitu saja."     

"Aku akan mencari cara agar Agam bisa kembali padaku lagi." Dengan senyuman licik, Reva memikirkan sebuah cara untuk membuat pria itu kembali bertekuk lutut padanya.     

***     

Saat ini Agam tengah melamun di kursi. Beruntung, tak ada pembeli yang memesan minuman padanya. Teman-temannya pun merasa bingung dengan keadaan Agam hari ini.     

"Eh, kau baik-baik aja, Gam? tanya salah satu teman kerja Agam.     

"Ya. Aku baik-baik saja."     

"Hm, kau tak seperti biasanya, Gam. Biasanya kau selalu ceria dan tak murung begini."     

Agam tak ingin berkata jujur bahwa sekarang dirinya telah patah hati karena ulah Reva. Wanita itu menyakiti hatinya terlalu dalam oleh sebuah kebohongan.     

Salah satu teman Agam itu menepuk-nepuk pundaknya dengan keras. "Kalau kau perlu seorang teman untuk jadi pendengar, maka aku siap untuk jadi pendengar itu."     

Agam tersenyum ke arah pria itu. "Terima kasih sekali lagi. Kau memang teman yang baik."     

Namun, Agam memutuskan untuk tak bercerita hal ini pada siapa pun dulu, termasuk dengan Saga. Pria itu pasti langsung memberi pelajaran pada Reva dan tak akan memaafkan kesalahannya begitu saja.     

Ia merasa kasihan pada Saga, tapi di satu sisi pun, ia masih ingin melindungi Reva agar tak mendekam di dalam jeruji besi. Perbuatan Reva memang sangat keterlaluan.     

'Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah hanya berdiam diri saja seperti ini dan membuat Reva tak membayar kesalahannya pada keluarga Saga?'     

***     

Anton pergi menemui Joseph yang masih sakit di rumah. Kedatangannya kemari sebagai seorang teman baru. Pria itu sangat senang melihat kedatangannya ke sini.     

"Aku sengaja datang ke sini karena ingin mengetahui kondisimu," ucap Anton.     

"Ya, beginilah keadaanku sekarang, Ton. Aku baik-baik saja kok. Hanya demam saja waktu itu."     

"Anton langsung tersenyum manis. "Syukurlah kalau begitu."     

"Oh, ya, aku ingin membantu kalian untuk mencari Pak Surya."     

"Jangan. Mending kau pulihkan dulu keadaanmu yang masih sakit ini."     

"Ah, jangan mengkhawatirkan itu, Ton. Aku sudah mendingan ini."     

Joseph tetap keras kepala dan akan membantu Saga serta yang lain untuk mencari pelakunya. Ia tak mungkin diam saja di tempat. Anton hanya geleng-geleng kepala melihat tekada Joseph.     

"Dasar, dia pria yang aneh! Masih sakit malah ke luar."     

Namun, meskipun begitu, Anton merasa bangga pada Joseph. Di tengah sakitnya seperti ini, pria itu tetap tersenyum dan tenang, seolah tak terjadi apa pun padanya.     

Beberapa saat kemudian, Joseph sudah siap dengan kunci mobil di tangan. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Saga dan ikut membantu pencarian.     

***     

"Aku tak bisa diam saja seperti ini. Pelakunya masih berkeliaran di luar dengan enaknya! Sedangkan, aku ingin ayah dan keluargaku tenang."     

Saat ini, Anton dan juga Joseph berada di kantornya Saga. Pria itu terlihat sangat marah, karena pencarian ini belum juga membuahkan hasil. Saga pun tak akan pernah menyerah sampai kapan pun dan akan terus mencarinya.     

"Iya, Ga. Aku mengerti denganmu. Tapi, serahkan saja semuanya pada Tuhan. Kita berdoa saja untuk yang terbaik," ujar Anton.     

Saga mengangguk-angguk ketika mendengar Anton bicara padanya. Sedari tadi, Joseph lebih memilih diam saja dan tak mau mengganggu Saga.     

"Hm, Jo, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah lebih baik?" tanya Saga pada sahabatnya.     

"Iya, Ga. Aku sudah merasa lebih baik sekarang. Tak ada yang perlu dicemaskan sekarang."     

"Syukurlah kalau begitu. Jangan sakit terus. Kau harus sehat!"     

Joseph pun tersenyum singkat kemudian. "Iya, Ga. Pasti aki akan sehat sepenuhnya."     

Ketiga pria itu sekarang sedang membicarakan sesuatu. Mereka tengah memikirkan sebuah cara untuk lebih cepat penemuan pelakunya ini.     

"Ga, apa kau tak merasa curiga pada Reva?" Joseph langsung menuju kepada wanita itu.     

"Aku pun merasakan hal yang sama seperti Joseph. Aku juga curiga pada Reva, Ga. Dia wanita yang licik dan berbahaya."     

"Lantas, ada masalah apa dia sebenarnya dengan ayahku? Sampai-sampai harus bersikap seperti itu?"     

Saat ini, Joseph dan juga Anton memang tak mempunyai bukti yang akurat sekarang. Namun, insting mereka sangat yakin, bahw wanita itu lah yang sudah menyebabkan Pak Surya meninggal.     

"Aku masih belum punya bukti-bukti sih. Tapi, entah kenapa aku merasa sangat yakin."     

Saga terlihat berjalan mondar-mandir dan merasa sedikit gelisah. Ia bingung dengan perkara ini.     

"Tuhan pasti akan menjawab doa-doa kita. Kita harus yakin bisa menemukan pelakunya dengan cepat," ucap Saga. "Aku berjanji, tak akan membiarkannya bernapas dengan lega!"     

Anton dan juga Joseph sangat yakin bahwa Reva pelakunya. Namun, mereka belum punya bukti apa pun yang memberatkan. Yang bisa dilakukan adalah terus berdoa, diberikan jalan yang terbaik oleh Tuhan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.