Arrogant Husband

Saga Tak Menduganya



Saga Tak Menduganya

0Agam tengah melamun memikirkan masalah ini. Ia masih bingung untuk berterus terang. Pria itu masih tetap terjaga di atas tempat tidur. Walaupun sudah putus hubungan dengan Reva, tapi tetap saja bayangan wanita itu selalu datang tanpa permisi. Membuatnya merasa sedikit gagal untuk membuat jarak.     
0

"Aku tak ingin melakukan dosa, karena terus merahasiakan hal ini. Saga dan yang lain harus tahu tentang pelaku pembunuhan Pak Surya."     

Pria itu merasa kasihan pada keluarga Saga. Pasti mereka masih terus mencari siapa pelakunya. Dan, sekarang ia sudah tahu siapa dalangnya.     

"Ya, aku harus memberitahu Saga soal ini." Agam langsung meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Pria itu mulai lincah mengetikkan sesuatu di atas layar ponsel.     

Tak berselang lama, akhirnya panggilannya pun tersambung dengan Saga. "Ga, bisa kau datang ke rumahku sekarang? Ada hal yang penting yang akan kukatakan padamu. Ini tentang ayahmu."     

Akhirnya, Saga setuju untuk menemuinya di sini. Pria itu langsung memutuskan sambungan telepon. Agam hanya berharap, bahwa ke depannya nanti Reva akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya.     

***     

"Sayang, kenapa kau buru-buru sekali?" tanya Alisa yang melihat Saga bergegas mengambil jaket kulitnya dalam lemari pakaian.     

"Ada hal yang penting sayang. Nanti akan kuceritakan semuanya. Aku pergi dulu." Saga langsung ke luar dari kamar tanpa memberi Alisa penjelasan.     

Sang istri hanya diam saja di atas ranjang sambil mendoakan kepergiannya agar selamat sampai tujuan. Alisa akan menunggu penjelasan Saga setelah sampai di rumah nanti.     

***     

Saga sudah tiba di rumah Agam. Terlihat pria itu juga telah menunggu kedatangannya kemari. Agam langsung mengajaknya masuk ke dalam dan duduk bersama.     

"Gam, ada apa? Katamu tadi, ini ada kaitannya dengan ayahku, apa benar?"     

"Iya, Ga. Semua ini ada kaitannya dengan ayahmu. Aku ingin berkata terus terang."     

Saga sudah tak sabar lagi ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia masih menunggu ucapan yang ke luar dari mulut Agam. Pria itu mengatakan bahwa semua ini adalah tentang Pak Surya.     

"Ga, aku tahu siapa pembunuh ayahmu," ucap Agam yang membuat kemarahan Saga menjadi naik.     

"Katakan! Siapa dia?! Apa aku mengenalnya?"     

"Ya, kau sangat mengenalnya."     

"Cepat katakan! Siapa dia?!"     

Melihat Saga yang emosi seperti ini, Agam pun langsung berkata dengan terus terang. Hatinya menjadi tak tenang kalau sedang menyembunyikan sesuatu.     

"Reva ...."     

Saga syok bukan main. Pria itu tampak lemas seketika. Tak menyangka bahwa Reva yang telah melakukan hal ini.     

"Dari mana kau tahu akan hal ini, Gam?"     

Agam akhirnya menceritakan semuanya pada Saga, tentang malam itu. Malam di mana, dirinya tahu tentang semua kebusukan Reva. Wanita itu telah menyuruh beberapa anak buah untuk menghabisi nyawa Pak Surya.     

Saga langsung naik pitam. Ia ingin segera memberi Reva pelajaran karena sudah membuat nyawa sang ayah jadi melayang. Namun, sebelum Saga melangkah dan ke luar dari rumah Agam, pria itu langsung mencegatnya.     

"Tunggu dulu! Kalau kau mau membalas perbuatan Reva, kita harus atur strategi terlebih dahulu."     

Agam berhasil membuat Saga tak ke luar dari rumahnya. Pria itu kembali duduk lagi dan akan mendengarkan rencananya.     

"Kita akan jebak dia, Ga. Pertama-tama nanti aku akan membahas masalah Pak Surya lagi dengannya. Diam-diam aku akan merekam percakapan tersebut. Dan, membawa bukti-buktinya kepada pihak yang berwajib. Hingga dia jadi diberatkan."     

"Ya, aku setuju dengan rencanamu ini." Saga merasa sangat beruntung bisa memiliki orang seperti Agam. Pria itu selalu saja bisa diandalkan.     

Saga sangat berterima kasih dengan Agam. Ia pun bertanya tentang hubungan pria itu dengan Reva. Apakah baik-baik saja atau sebaliknya.     

"Lantas, hubunganmu dengan Reva bagaimana?"     

"Sudah putus, Ga. Saat aku mengetahui kebusukannya, aku langsung meminta putus saat itu juga. Sampai sekarang, Reva masih saja mengejar-ngejarku," ucap Agam.     

"Syukurlah kalau kau sudah putus hubungan dengan Reva. Entah kenapa, aku sangat suka mendengar kau seperti ini. Artinya kau sudah dihindarkan dari wanita jahat nan licik seperti Reva."     

"Iya, Ga. Sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi. Lebih baik sekarang, merasa sakit hatinya karena dibohongi."     

Entah kenapa, Saga merasa sangat senang mendengar keputusan dari Agam. Pria itu telah bersikap dewasa dan mengambil keputusan yang tepat. Ia pun menepuk-nepuk pelan bahu Agam. Tak luput rasa terima kasih Saga ucapkan padanya.     

Agam berjanji akan membantu Saga hingga Reva berada dalam penjara. Pria itu ingin bahwa Reva bertanggung jawab.     

"Pantas saja Reva kemarin menyuruhku untuk menjauh darimu. Jadi, ini penyebabnya?"     

"Mungkin seperti itu, Ga. Dia takut, kalau aku membocorkan rahasianya padamu. Dia takut masuk penjara."     

Setelah cukup dibuat penasaran oleh Reva, akhirnya Saga sudah tahu juga apa yang sebenarnya terjadi. Terrnyata wanita itu yang sudah membuat sang ayah hilang nyawa. Saga akan bermain dengan elegan untuk membalas perbuatan Reva. Agam menyuruhnya untuk tak terburu-buru dulu untuk membalas semuanya.     

"Makasih banyak, berkat kejujuranmu, Gam. Aku sangat menghargainya."     

Saga tak bisa berlama-lama ada di sini karena khawatir dengan keadaan Alisa di rumah. Ia pun segera izin pamit pada Agam. Pria itu mengantarkannya sampai ke depan pintu.     

"Hati-hati di jalan, Ga," ucap Agam.     

"Iya, Gam. Terima kasih."     

Mobil yang Saga tumpangi perlahan menjauh dari halaman rumahnya. Pria itu sudah berlalu dan pergi. Ia pun segera mengunci pintu depan dan akan menuju ke dalam kamar.     

Jujur saja, Agam merasa sedikit lega karena sudah mengutarakan hal ini. Ia sudah berkata terus terang pada Saga. Pria itu juga sangat berterima kasih padanya dan terlihat gembira karena sudah menemukan pelaku ayahnya. Agam berjanji, akan membantu Saga untuk menjebloskan Reva ke dalam penjara.     

Lama-kelamaan, Agam merasa sudah hambar dengan Reva. Ia tak mau kembali lagi dengan wanita itu. Masih banyak wanita cantik di luar sana dan baik hati. Kali ini, Agam berusaha untuk tak salah lagi dalam menjatuhkan hati.     

"Reva, maafkan aku karena telah berkata yang sejujurnya pada Saga. Aku tak bisa kalau lama-lama hanya diam saja dan menutupi semua kebohonganmu."     

Pria itu menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Agam berpikir, apa jadinya kalau ia termakan bujukan Reva yang selalu menyuruhnya untuk menikah dengan cepat. Mungkin saat ini juga, ia menyesal bukan main.     

Namun, sekarang Agam sudah berhasil mengantisipasi hal tersebut. Pria itu sudah bisa membungkam Reva. Pasti wanita itu tak mau jauh-jauh darinya sementara waktu karena masih cinta.     

"Namun, aku tetap berterima kasih padamu, Va, karena kau sudah memberikan aku cinta yang tulus. Aku tahu, kau sangat mencintaiku sampai detik ini, bahkan belum bisa melupakan aku dengan sepenuhnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.