Arrogant Husband

Rekaman Suara Reva



Rekaman Suara Reva

0"Sayang, apa kau baik-baik saja?" tanya Alisa melihat Saga sudah pulang. "Kenapa wajahmu sedih seperti itu?"     
0

Saga menghampiri sang istri dan duduk berdekatan. Ia akan menceritakan sesuatu pada Alisa, saat berada di rumah Agam tadi. Sampai sekarang pun, ia masih tak menyangka bahwa Reva yang menjadi pembunuh ayahnya.     

"Aku mau cerita sesuatu."     

"Ceritakan saja sayang."     

"Reva ...." Saga berusaha menguatkan dirinya sendiri.     

"Kenapa dengan Reva?" Alisa semakin dibuat penasaran oleh suaminya. Saga hendak mengucapkan hal apa.     

"Dia yang sudah membunuh ayah. Dia menyuruh anak buahnya untuk melakukan hal itu."     

Alisa menutup mulut dengan sebelah tangan. Wanita itu syok dan tak bisa berkata apa pun sekarang. Pikirannya terus tertuju pada Reva.     

"Astaga, aku sama sekali tak menduga. Aku pikir, sejahat-jahatnya dia, tak akan mungkin tega membunuh ayah."     

Saga ingin menjebloskan Reva ke dalam penjara. Namun, Agam menyuruhnya untuk bersabar sebentar sambil mengumpulkan bukti-bukti, agar lebih gampang melaporkannya pada pihak kepolisian. Terpaksa ia harus menunda hal ini. Alisa pun juga menyarankan hal yang sama.     

"Jangan terburu-buru dulu sayang. Benar yang dikatakan oleh Agam. Kita harus bersabar, yang jelas kita sudah tahu pembunuh ayah."     

"Iya sayang, aku paham."     

"Beruntung Agam memberitahukan masalah ini padamu dan dia tidak memihak pada Reva."     

"Karena Agam adalah orang baik. Dia tak mungkin memihak pada Reva yang salah, lagian mereka berdua sudah putus kok." Saga beruntung karena dipertemukan dengan orang-orang yang baik di sekitarnya.     

"Kenapa bisa putus hubungan? Apa mereka ada masalah?"     

Saga menjelaskan semuanya pada Alisa, penyebab Agam memutuskan hubungannya dengan Reva. Saga merasa senang karena Agam sudah bersikap benar. Pria itu lebih berpikiran dewasa.     

"Sayang, jangan beritahukan hal ini dulu dengan ibu, ya. Aku tak mau, kalau ibu malah nekat mendatangi Reva di sana," ujar Saga.     

"Iya sayang. Aku tak akan memberitahukan pada ibu."     

Alisa menyandarkan kepalanya di bahu kekar Saga. Ia terlihat ingin bermanja-manja dengan sang suami. Mengajaknya untuk tidur bersama karena malam semakin larut saja. Pria itu menurut dan menarik tangan Alisa.     

Saga membawa Alisa dalam pelukan. Kini, mereka berdua tengah merebahkan diri bersama di atas tempat tidur. Pria itu ingin menciumi dengan penuh hasrat. Sang istri hanya tersenyum seraya tangannya menggerayang ke belakang punggung Saga.     

Posisi Alisa saat ini berada di atas tubuh Saga. Pria itu mencium bibirnya dengan penuh gairah. Ia pun membalasnya tak kalah sengit. Alisa akan memberikan pelayanan terbaiknya untuk sang suami. Malam ini mereka habiskan dengan bercumbu. Setelah merasa puas, maka keduanya akan tidur bersama.     

***     

Agam telah berjanji pada Saga untuk membantunya. Ia akan menjebak Reva agar mengakui kesalahannya. Maka dari itu, akan semakin mudah untuk menjebloskannya ke dalam penjara.     

Rasa cinta dan kasih sayang dari Agam untuk Reva sudah perlahan hilang. Ia tak mengharapkan wanita itu lagi. Perlahan-lahan, Agam akan mencari sosok yang baru dan lebih baik lagi.     

"Hallo, Va. Apa kau sibuk hari ini?" tanya Agam. Ia ingin bertemu dengan Reva di rumah.     

Terdengar suara cekikikan Reva yang senang sekali saat mendapat panggilan dari Agam. Wanita itu langsung menjawab dan tak sibuk hari ini. Reva akan ke rumah sore hari nanti setelah Agam pulang kerja.     

"Bagus. Hari ini Reva akan ke rumah."     

***     

Sebelum Agam pulang kerja, Reva sudah lebih dulu menjemputnya di bar. Ia ingin pulang bersama dengan pria itu. Semua teman-teman Agam tampak memandang ke arah Reva.     

Kini, Reva menjadi pusat perhatian. Namun, Agam tak peduli sama sekali.     

"Aku kan menyuruhmu untuk datang ke rumah? Bukannya menjemputku di sini," ucap Agam.     

"Tak apa-apa juga kan? Sekalian aku jemput."     

Agam pulang lebih dahulu dari teman-temannya. Ia mengaku risih, karena Reva ada di sini dan sedang dilihat oleh yang lain. Maka dari itu, ia lekas menarik tangan Reva dan menjauh dari bar.     

"Gam, lepaskan tanganku!"     

Agam pun melepaskan tangan Reva. "Kau ini selalu saja mencari masalah. Sudah kubilang kan, untuk bertemu di rumah saja?"     

Pria itu segera masuk ke dalam mobil. Disusul oleh Reva di belakang. Mereka berdua sudah bersiap dan wanita itu sudah duduk di kursi kemudi. Tanpa membuang waktu lagi, Reva segera melajukan mobilnya.     

Sepanjang perjalanan pulang, Agam tampak diam membisu dan tak menghiraukan Reva yang ada di sampingnya. Wanita itu mencebik karena Agam memalingkan wajahnya dan lebih memilih menghadap ke kaca mobil.     

"Gam?" panggil Reva. Namun, pria itu tak mendengarkannya sama sekali. "Coba kau lihat ke arahku, sekali saja!"     

"Untuk apa aku melihatmu?" Agam masih memalingkan wajahnya dari Reva dan menghadap ke arah kaca mobil di samping. Ia tak mau melihat wanita itu sedikit pun.     

"Jangan seperti ini terus padaku, Gam! Aku mohon."     

"Ah, sudahlah! Lebih baik kau diam saja dan fokus menyetir ke depan."     

Bagi Agam, hubungan ini sudah tak berarti apa pun lagi. Reva sudah tak berharga lagi di matanya. Satu saja kebohongan besar, maka Agam akan meninggalkannya.     

Karena jarak dari tempat kerja menuju ke rumah Agam lumayan dekat, maka mereka sudah sampai di rumah. Pria itu langsung turun dari mobil dan disusul oleh Reva di belakang. Wanita itu berteriak memanggil namanya.     

Agam sudah membuka pintu rumah. Ia mengajak Reva segera masuk ke dalam. Wanita itu langsung duduk di kursi, sedangkan Agam akan ke kamarnya sebentar.     

"Kau tunggu di sini dan jangan ke mana-mana!" suruh Agam.     

"Iya, aku tak akan ke mana-mana." Reva akan terus menunggu Agam sampai berada di ruang tamu.     

Saat di dalam kamar, Agam langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Ia ingin merekam pembicaraan di antara dirinya dan juga Reva. Berusaha memancing agar wanita itu berkata jujur sekali lagi. Dan, pada akhirnya hasilnya akan ia serahkan pada Saga.     

Demi mengungkapkan kebenaran ini, Agam akan melakukan yang terbaik. Ia merasa kasihan dengan keluarga Saga.     

"Reva, aku telah membongkar kebusukanmu pada Saga. Dan, sebentar lagi kau akan mendekam di dalam penjara untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatanmu."     

Agam segera memasukkan ponselnya di dalam saku celana. Ia sudah mulai meng-aktifkan mode rekaman. Pria itu bergegas ke ruang tamu dan menemui Reva. Terlihat wanita itu sedang duduk menunggu dirinya.     

"Gam?" panggil Reva.     

"Kenapa?" Agam duduk di sebelah Reva.     

"Aku mohon, kita balikan, ya. Aku janji tak akan melakukan hal itu."     

"Hm, tetap saja kau sudah menyakiti hatiku. Aku sangat kecewa padamu." Agam akan memancing Reva untuk berkata jujur.     

"Gam, aku mohon. Aku berjanji tak akan bohong lagi."     

"Tapi, tetap saja kan? Tak bisa mengembalikan nyawa Pak Surya lagi? Kau ini memang jahat, Va! Bisa-bisanya kau melakukan hal sejahat itu. Dia ayahnya Saga dan Saga itu mantanmu sendiri!" Agam terlihat marah pada Reva.     

Wanita itu tampak menunduk dan menyesali perbuatannya. Namun, semuanya sudah terlambat, tak mungkin lagi bisa mengembalikan nyawa Pak Surya kembali. Reva kemudian menitikkan air matanya.     

Agam tak percaya lagi dengan sandiwara yang Reva mainkan. Mau wanita itu menangis atau tidak, ia sudah tak peduli lagi.     

Reva lalu memegang wajah Agam dengan sebelah tangan. "Maafkan aku, Gam, aku memang sudah membunuh Pak Surya, tapi aku melakukan semua itu hanya demi dirimu. Supaya tak ada penghalang bagi kita berdua."     

Pria itu langsung menepis tangan Reva. Alasannya memang tak masuk akal sama sekali. Wanita itu nekat menghilangkan nyawa seseorang. Karena merasa dendam, semuanya pun terjadi.     

Melihat sikap acuh Agam, Reva merasa sedih. Caranya untuk meluluhkan hati pria itu gagal terus. Agam sekarang tak mempan dengan rayuannya.     

"Kau pembunuh! Tetaplah pembunuh. Aku sangat kecewa karena telah mengenalmu, Va."     

Agam sudah berhasil merekam semua pembicaraannya dengan Reva. Wanita itu sudah mengakui sendiri bahwa telah membunuh Pak Surya. Maka dari itu, Agam tak memerlukan wanita itu lagi berada di rumahnya.     

"Ayo, pergi dari rumahku sekarang juga! Aku tak peduli lagi denganmu. Kuharap, ini adalah pertemuan terakhir bagi kita." Agam menarik kedua tangan Reva dan menyuruhnya untuk pergi dari sini.     

Wanita itu berontak dan tak mau pergi dari sini. Reva berusaha sekuat tenaga untuk melawan Agam. Namun, kekuatan Agam jauh lebih kuat darinya. Akhirnya, Reva sudah berhasil ke luar.     

Agam langsung mengunci pintu rumahnya agar Reva tak masuk ke dalam. Terdengar teriakan wanita itu dari luar. Reva memanggil-manggil namanya agar mau membukakan pintu lagi.     

"Akhirnya, aku sudah mendapatkan bukti ini." Agam langsung merogoh ponselnya di dalam saku celana. Pria itu segera memberhentikan rekaman tersebut. "Akan aku serahkan rekaman ini pada Saga nanti."     

Reva masih berada di luar dan menunggunya. Agam pun melangkah menuju ke kamar dan ingin istirahat. Tak peduli lagi dengan sang mantan, apa pun yang akan dilakukannya.     

Sedangkan di luar rumah, Reva masih saja berteriak dan memanggil-manggil nama Agam. Ia berharap pria itu akan segera ke luar dan menemui dirinya. Namun, semakin lama, ia tak kunjung juga bertemu dengan pria itu.     

"Ah, sial! Agam tak ke luar juga. Masa aku di sini terus seperti orang gila teriak-teriak seperti ini!" Reva menghentakkan kedua kakinya.     

Reva masih saja menunggu Agam agar ke luar. Ia tak akan pulang sebelum pria itu membuka pintu ini.     

"Gam, aku akan di sini terus sampai kau membuka pintunya!" teriak Reva lagi.     

Teriakan Reva akhirnya didengar oleh Agam yang berada di kamar. Pria itu lantas mengirimkan sebuah pesan chat Whatsapp, agar wanita itu segera pulang saja dari sini. Ia sama sekali tak mau bertemu dengan Reva lagi.     

Kemudian, ponsel Reva berbunyi tanda ada pesan masuk. Ia segera mengambil benda berukuran pipih itu dan melihat pesan tersebut.     

"Dari Agam," ucap Reva yang terlihat senang. Setelah membuka pesan tersebut, wajahnya langsung muram.     

"Kurang ajar! Awas saja kau, Gam!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.