Arrogant Husband

Perasaan yang Mati



Perasaan yang Mati

0"Aku datang ke sini untuk mengabarkan bahwa Reva sudah mendekam di dalam sel tahanan." Joseph langsung duduk dan memesan minuman.     
0

Agam tampak terdiam. Entah kenapa, ia bersedih ketika mendengar Reva berada di dalam penjara. Kemarin ia bersemangat untuk membuat wanita itu berada di dalam hotel prodeo.     

"Gam, kenapa kau bersedih? Apa jangan-jangan ...."     

"Tak apa. Aku tak bersedih." Agam segera meracik dan menyajikan minuman untuk Joseph.     

Sedari tadi, Joseph tampak fokus memperhatikan Agam. Ia melihat sorot mata pria itu tampak memancarkan kesedihan. Mungkin, Agam menyesal karena sudah melakukan hal ini.     

"Apa kau sedang memikirkan Reva?" tanya Joseph.     

"Jujur saja, memang iya. Namun, di satu sisi aku turut senang karena dia sudah tertangkap." Agam tersenyum manis ke arah Joseph.     

Mereka berdua larut dalam perbincangan ini. Baik Joseph atau pun Agam, ikut senang. Sekarang Saga sudah berhasil menemukan pelakunya dan menjebloskannya langsung ke dalam penjara. Penangkapan ini juga karena usaha Agam yang telah membantu.     

"Aku tahu perasaanmu, Gam. Pasti tak mudah untuk menghilangkan sepenuhnya perasaanmu pada Reva."     

"Kau salah, Jo. Rasa cinta dan kasih sayangku sudah perlahan menghilang untuknya. Tak ada tersisa sama sekali. Aku tak ingin mempunyai kekasih berhati jahat seperti Reva." Agam menyodorkan segelas minuman yang telah dipesan oleh Joseph.     

"Baguslah kalau begitu. Aku pun juga menyesal karena dulu pernah mencintai Reva."     

Kedua pria itu pernah mencintai Reva begitu besar. Namun, mereka telah disakiti oleh wanita itu. Mungkin, Agam lebih beruntung karena Reva sangat mencintainya.     

"Nanti sore, aku akan menjenguk Reva di penjara." Agam akan pergi ke sana sepulang bekerja.     

"Mau aku temani?" Joseph menawarkan bantuan pada Agam.     

"Boleh."     

Mereka sudah menjadi teman baik. Joseph dan Agam dulu kurang harmonis. Namun, sekarang keduanya begitu kompak. Agam pun tak lupa dengan Saga. Pria itu juga merupakan teman baru sekaligus kawan akrabnya sekarang.     

Nanti sore mereka berdua akan bertemu dengan Reva. Agam ingin melihat mantan kekasihnya mendekam dalam penjara, untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.     

***     

Setelah pulang ke rumah, Anton segera melapor pada Alisa bahwa Reva sudah berada di dalam sel tahanan. Hati Alisa lega mendengar kabar baik ini.     

"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih karena kau sudah menemani Saga di sana."     

"Iya Nyonya. Ngomong-ngomong, apakah Bu Angel sudah tahu tentang masalah ini?" Anton memberanikan diri untuk bertanya.     

"Hm, belum. Aku masih tak tega dengan Ibu, kecuali disuruh oleh Saga nanti, maka aku akan berkata dengan jujur."     

Alisa tak ingin membuat Bu Angel kepikiran tentang masalah ini. Namun, ia akan berkata dengan terus terang pada waktu yang tepat. Keadaan sang ibu mertua sering kali drop. Maka dari itu, Alisa terus memperhatikan keadaannya dan tak mau menambah masalah.     

"Baiklah Nyonya. Saya permisi dulu."     

"Iya, silakan."     

Alisa segera melangkah ke kamar sang ibu. Ia ingin mengecek kondisi Bu Angel di sana. Setelah berada di pintu kamar, Alisa mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Terdengar suara Bu Angel yang menyuruhnya kemari.     

"Alisa," panggil Bu Angel.     

"Bagaimana keadaan ibu sekarang? Apa sudah baikan?" Alisa langsung duduk di atas ranjang.     

"Iya, sudah Nak. Ibu sekarang sudah tak pusing lagi seperti tadi."     

"Syukurlah kalau begitu, Bu. Nanti aku akan bawakan vitamin untuk ibu kemari."     

"Kau tak usah repot-repot, Nak. Jaga saja kesehatan dan kandunganmu sendiri." Bu Angel tampak mengelus-elus perut Alisa dan berbicara dengan calon cucunya di dalam rahim sang menantu.     

Alisa senang karena Bu Angel tampak tersenyum karena bayi dalam kandungannya. Sang anak memang membawa kebaikan di tengah kesedihan yang terjadi. Begitu anak ini lahir nanti, maka akan terasa lengkap kebahagiaan Alisa.     

"Ibu sudah tak sabar lagi, pengen menggendong cucunya ibu."     

Alisa tertawa kecil dan menjawab ibunya. "Sabar, Bu. Kita semua pasti akan menggendongnya nanti."     

Bu Angel pun menanyakan tentang Lisa, anak adopsi dari Saga dan Alisa. "Oh iya, si kecil masih tidur, ya?"     

"Iya, Bu. Dia masih tidur pulas."     

Kasih sayangnya pada cucu pertama tak akan pudar. Bu Angel akan berlaku adil pada cucu-cucunya nanti. Hingga tak akan terjadi kecemburuan satu sama lain. Begitu pun dengan Alisa. Ia juga akan berlaku adil pada anak-anaknya kelak.     

Di sisi lain, Alisa masih tak mau berkata dengan terus terang mengenai Reva. Wanita jahat itu sudah menghilangkan nyawa Pak Surya. Apa jadinya nanti, kalau Bu Angel tahu hal ini dan tentu saja beliau akan marah besar.     

Namun, Alisa juga tak bisa merahasiakan hal ini berlama-lama pada sang ibu mertua. Bu Angel harus tahu yang sebenarnya terjadi.     

"Lebih baik ibu istirahat lagi aja, ya," ujar Alisa pada Bu Angel.     

"Baiklah. Kau juga ya, Nak. Kandunganmu harus dijaga betul-betul."     

"Iya, Bu. Aku ke kamar dulu."     

Alisa berlalu dari hadapan Bu Angel. Ia ingin menuju ke kamarnya dan istirahat juga. Sekarang ia tengah mengandung buah cintanya yang kedua bersama dengan Saga. Alhasil, Alisa tak boleh merasa capek.     

***     

Joseph pulang terlebih dahulu setelah berpamitan pada Agam. Nanti sore, ia akan kembali ke bar lagi untuk mengajak pria itu bertemu dengan Reva. Sebentar lagi, ia akan sampai di rumah dan ingin istirahat sejenak.     

Hari ini, ia merasa cukup lelah. Namun, di balik itu semua, ada perasaan senang dalam hati. Melihat Saga membawa Reva ke kantor polisi tadi, membuatnya sungguh lega. Wanita licik itu akhirnya berhasil tertangkap juga.     

"Semoga saja kau segera tobat, Va. Dan tak mengulangi hal yang sama lagi. Aku berharap, kau berubah menjadi wanita yang baik, seperti Alisa."     

Tak berselang lama, Joseph sudah sampai di halaman rumah. Ia segera turun dari mobil. Saat ini, ia merasa tenang karena kejadian buruk tak kembali menimpa. Tak ada orang-orang jahat lagi yang membawanya kabur. Dan, tak ada lagi orang yang memukulinya seperti dulu, karena dalangnya sudah dijebloskan ke penjara.     

Hati Joseph pernah tertambat pada Reva dalam waktu yang lumayan lama. Bertahun-tahun, dirinya mencintai wanita itu. Namun, tak ada balasan apa pun tentang perasaannya. Reva malah mencampakkannya begitu saja.     

Namun, semua itu sudah menjadi masa lalu bagi Joseph. Ia tak akan mungkin bisa mencintai Reva lagi, mengingat semua tindakan jahat yang dilakukan oleh wanita itu kepada dirinya. Yang jelas, ini akan ia jadikan sebagai pelajaran berharga, karena mencintai seseorang haruslah pada orang yang tepat. Dan, Reva bukanlah orang yang tepat menurutnya untuk melabuhkan singgasana hati.     

"Selamat tinggal, Va. Aku tak akan pernah memujamu lagi seperti dulu. Perasaanku sudah mati cukup lama padamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.