Arrogant Husband

Bu Angel Masih Tak Tahu



Bu Angel Masih Tak Tahu

0Setelah dirasa cukup berada di rumah Agam, maka Joseph memutuskan untuk pulang ke rumah. Tak lupa dirinya berterima kasih atas jamuan makanan ini. Agam sangat baik memperlakukan tamu yang datang. Joseph merasa senang karena telah berkunjung ke sini.     
0

"Wah, Gam, terima kasih sekali karena kau sudah menjamuku dengan baik." Joseph tersenyum semringah.     

"Iya, Jo, sama-sama. Jangan jera untuk datang ke sini, ya. Datanglah sesuka hatimu."     

"Pasti, Gam."     

Agam mengantarkan Joseph ke halaman depan. Pria itu pamit dan segera naik ke dalam mobil. Sebelum menyalakan mesin mobil, Joseph melambaikan tangan ke arahnya.     

"Hati-hati di jalan, Jo."     

"Iya, Gam."     

Beberapa menit kemudian, mobil Joseph telah pergi jauh dari halaman rumahnya. Mobil itu sudah tak ada di depan pandangan mata Agam lagi. Pria itu akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.     

Hari ini membuatnya merasa mendapatkan pelajaran berharga, bahwa pembalasan itu akan selalu ada. Sama halnya dengan Reva. Wanita itu sekarang berada di dalam sel tahanan, karena ulah perbuatannya sendiri. Maka, pembalasan pun datang menghampiri. Yang bisa Agam lakukan hanyalah berbuat baik pada semua orang. Ia tak mau berbuat jahat, karena hatinya tak tega melakukan hal seperti itu.     

***     

Alisa dan Bu Angel tampak menyambut kedatangan Saga yang baru saja pulang dari kantor. Sang istri langsung mengambil tas kerja miliknya. Ibunya pun tampak tersenyum, seolah tak ada beban apa pun.     

Walaupun merasa lelah karena baru saja pulang dari kantor, tapi Saga merasa sangat bahagia karena disambut dengan hangat seperti ini. Pria itu pun langsung bertanya tentang keadaan Alisa dan juga Bu Angel.     

"Bagaimana kabar kedua bidadari cantikku ini di rumah? Apa baik-baik saja?" tanya Saga.     

Alisa dan sang ibu tampak mengangguk. Keduanya sama-sama dalam keadaan baik.     

"Ibu dan Alisa baik-baik aja kok di rumah. Tak ada yang perlu dikhawatirkan."     

"Syukurlah kalau begitu, Bu. Aku senang mendengarnya."     

"Ya sudah. Lebih baik kalian berdua ke kamar gih, berduaan." Bu Angel menyuruh Saga dan Alisa untuk lekas ke atas.     

Mendengar seruan sang ibu, Saga pun menurut. Memang ini yang ia tunggu-tunggu, yaitu berduaan dengan Alisa di kamar. Ia ingin bermanja-manja pada sang istri.     

Alisa dan Saga menaiki anak tangga perlahan. Sedangkan, Bu Angel balik lagi ke kamarnya. Sepasang suami istri itu tampak saling bicara.     

"Sayang, apa kita masih merahasiakan hal ini pada ibu?" tanya Alisa.     

"Iya sayang. Keadaan ibu masih suka drop. Aku takut, kalau ibu kenapa-kenapa."     

"Tapi, sampai kapan kita harus menutupi ini semua sama ibu?" Alisa merasa tak tega kalau berlama-lama menyembunyikan rahasia ini dari Bu Angel.     

"Tenanglah sayang. Akan ada waktu yang tepat nanti. Ya sudah, lebih baik kau jangan pikirkan hal itu. Pikirkan saja kesehatan calon bayi kita ini."     

Mereka berdua akhirnya sudah sampai di dalam kamar. Alisa segera meletakkan tas kerja milik Saga di atas meja. Pria itu melepaskan jasnya dan meletakkan ke dalam bak cucian.     

"Sayang, bolehkah nanti aku bertemu dengan Reva di sana? Aku ingin melihatnya."     

"Untuk apa kau ke sana sayang? Aku tak ingin, kalau kau pergi ke sana."     

"Aku mohon sayang. Tak akan terjadi apa pun nanti di sana."     

Pria itu akhirnya setuju dan akan mengajak sang istri ikut serta. "Baiklah, kalau kau menginginkannya. Mungkin nanti malam kita ke sana sebentar."     

"Baiklah."     

"Sayang?" Saga memanggil sang istri. Alisa sontak menoleh ke arahnya.     

"Iya, ada apa?"     

"Apa jadinya, kalau aku waktu itu menikah dengan Reva karena permintaan kedua orang tuaku sendiri? Pastinya hidupku akan sangat hancur sekali." Saga tersenyum kecut.     

Beruntung, Saga memilih Alisa sebagai seorang istri dan bukan Reva. Namun, waktu itu, kedua orang tuanya tak menyukai keberadaan sang istri. Di balik itu semua, Alisa berhati baik.     

"Untung aku memilihmu sayang. Cinta kita berdua tak akan ada yang bisa memisahkan." Saga menggenggam jari jemari Alisa dengan kuat. "Aku sangat beruntung memilikimu."     

"Aku juga beruntung karena dipertemukan dengan pria sepertimu. Yah, walaupun awal perkenalan kita memang kurang baik."     

Alisa masih ingat momen-momen waktu dulu. Ketika dirinya diculik sehabis pulang kerja dan langsung dibawa oleh anak buah Saga ke rumah ini. Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan cinta pun kian tumbuh di hati masing-masing. Dan, Alisa mau diajak menikah oleh Saga.     

"Aku sangat yakin kau jodohku sayang. Makanya pertama kali bertemu, aku nekat melamarmu dan datang ke tempat kerjamu langsung."     

Alisa tersipu malu, saat diingatkan lagi oleh kejadian itu. "Kau ini, rupanya masih ingat dengan itu."     

"Terus, bagaimana aku bisa melupakan sejarah itu sayang? Karena awal pertemuan itulah yang membuat kita berdua bersama sampai sekarang," ujar Saga.     

Mereka terlihat bahagia sekali sekarang. Menjalani hidup penuh keromantisan di dalam berumah tangga. Sekarang, mereka akan dikaruniai seorang anak lagi.     

Saga akan menjaga sang istri dengan penuh perhatian. Tak akan membuat Alisa merasa kelelahan sedikit pun, karena juga menjaga kondisi sang calon anak dalam kandungan. Sebagai seorang pria yang siaga, Saga harus lebih banyak berada di samping Alisa.     

"Ayah sudah tak sabar melihat kau lahir, Nak. Ayo, cepatlah ke luar dari dalam perut ibumu."     

"Ish, dasar kau ini! Sabarlah sayang."     

Saga kemudian mencubit gemas kedua pipi Alisa. Wanita itu meringis dan menepuk pelan pundak Saga. Walaupun begitu, mereka sangat bahagia di dalam bahtera rumah tangga ini.     

***     

Bu Angel yang berada di dalam kamar tampak murung. Ia masih memikirkan tentang siapa pelaku yang telah membunuh Pak Surya. Tak akan pernah ia memaafkan orang tersebut sampai mati.     

"Ya Tuhan, semoga saja pelakunya lekas tertangkap. Agar aku bisa memberinya sedikit pelajaran karena sudah membuat nyawa suamiku tiada."     

Wanita paruh baya itu tak henti-henti berdoa. Agar pelakunya cepat tertangkap dan suaminya tenang di alam sana.     

"Ibu kangen sama ayah. Ayah bagaimana kabarnya di sana?" Bu Angel tampak meraba-raba bingkai foto yang di dalamnya berisi gambar Pak Surya dan juga dirinya. "Ibu jadi kepikiran ayah terus jadinya. Hidup rasanya hampa sekali, kalau tak ada ayah di samping ibu."     

Akhirnya, Bu Angel mengeluarkan air mata, setelah ia mencoba menahan untuk tak ke luar. Rasa sakitnya tak tertahankan. Rindunya pun kian menggebu-gebu pada sang suami. Andai saja, Pak Surya masih hidup dan berada di sisinya, Bu Angel tak sungkan-sungkan untuk memberi kasih sayangnya pada pria itu.     

Namun, Bu Angel tak tahu, kalau pelakunya sudah ditangkap dan dia adalah Reva. Wanita yang dulu pernah dijodohkan dengan Saga. Ternyata, wanita itu sangat berbahaya dan bisa menghilangkan nyawa orang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.