Arrogant Husband

Anak Buah Terbaik



Anak Buah Terbaik

0Anton dan Agam tampak duduk di ruang tamu. Ia sudah menyerahkan semua uang yang diberi Saga pada pria itu. Alangkah senangnya Agam, karena mendapatkan uang sebanyak ini. Padahal, pria itu menolak berkali-kali, tapi Anton berhasil membuatnya luluh.     
0

"Aku sangat berterima kasih sekali pada Saga. Pemberiannya ini lebih dari cukup," ujar Agam yang memegang amplop besar berwarna coklat tua. Di dalamnya terdapat banyak tumpukan uang.     

"Karena kau orang baik, Gam. Kau pantas mendapatkannya."     

Anton pun bangkit dari duduk dan ingin segera pulang. "Ya sudah, aku mau pulang dulu."     

"Iya, Ton. Sekali lagi makasih atas semua ini."     

"Iya, sama-sama."     

Kepergiaan Anton diantar oleh Agam dengan hangat. Pria itu segera naik ke dalam mobil. Agam melambaikan tangan dan mengucapkan hati-hati di jalan. Beberapa saat kemudian, mobil Anton sudah tak terlihat lagi di pekarangan rumahnya.     

Agam pun segera masuk ke dalam kamar dan bersiap-siap untuk pergi bekerja. Ia akan menaruh uang dalam jumlah yang banyak ini di sebuah tempat yang aman.     

"Ya Tuhan, Saga sangat baik sekali padaku. Uang pemberiannya ini bisa kugunakan dengan baik."     

***     

Saga berhasil membujuk sang ibu pulang, setelah sekian lama berada di sana. Bu Angel masih belum puas juga memberi Reva pelajaran. Di satu sisi, waktu untuk membesuk pun sudah hampir habis.     

"Bu, jangan cemberut terus dong."     

"Biarkan saja. Hati ibu masih panas karena ulah Reva itu. Dia harusnya mendapat pelajaran yang lebih berat lagi dari itu!"     

Saga mulai melajukan mobil untuk mengantar sang ibu pulang ke rumah. Setelah itu, ia akan menuju ke kantor.     

"Sudahlah, Bu. Biar Tuhan saja yang membalas perlakuannya," ujar Saga.     

Bu Angel langsung terdiam dan fokus menatap ke arah jalan. Wanita paruh baya itu tak habis pikir dengan Reva. Bisa-bisanya Reva melakukan itu semua, lantaran suaminya pernah mengacaukan hubungan mereka.     

Melihat sang ibu sudah menjadi sedikit tenang sekarang, Saga tampak lega. "Aku sangat sayang sama ibu. Aku tak mau, kalau ibu kenapa-kenapa."     

"Ibu juga sangat sayang padamu, Nak."     

***     

Saga langsung berangkat kerja ketika mengantar sang ibu pulang ke rumah. Kini, Bu Angel duduk di ruang tamu dan dihampiri oleh Alisa.     

"Ibu?" panggil Alisa.     

Bu Angel langsung mendongak menatapnya. "Iya, Nak?"     

"Bagaimana keadaan di sana? Ibu sudah bertemu dengan Reva kan?"     

"Sudah. Ibu tadi menamparnya berkali-kali."     

Karena merasa geram, maka Bu Angel melakukan hal itu. Alisa pun hanya bisa diam dan mendengarkan ucapan sang ibu mertua saat menjelaskan tentang keadaan di sana tadi.     

"Ibu tak menyangka, kalau Reva nekat melakukan hal seperti itu." Mata Bu Angel kemudian berkaca-kaca, lalu air mata pun turun membasahi pipi.     

Alisa langsung mengusap-usap pergelangan tangan Bu Angel. Kemudian, menyeka air mata itu dengan pelan. Alisa menyuruh ibu mertuanya untuk tak menangis lagi. Kini, akhir penderitaan mereka sudah berakhir. Reva sudah mendapatkan ganjaran yang setimpal.     

"Ibu tak usah sedih lagi ya sekarang. Reva kan sudah di penjara."     

"Tapi, tetap saja. Ibu masih tak bisa menerima hal ini. Dia sudah membuat nyawa ayah tiada!"     

"Aku pun sangat menyayangkan hal itu, Bu. Namun, harus bagaimana lagi? Ini semua sudah takdir." Alisa segera mengajak Bu Angel untuk istirahat di kamar. Wanita paruh baya itu akhirnya menurut.     

Alisa memapah tubuh Bu Angel dengan perlahan. Ia ingin menidurkan Bu Angel di dalam kamar. Keduanya sudah sampai di depan pintu masuk, Alisa segera membukanya dengan pelan.     

"Ibu istirahat ya. Jangan capek." Alisa tersenyum manis pada Bu Angel.     

"Iya, Nak, terima kasih. Ngomong-ngomong, bagaimana kandunganmu? Apa masih sakit?"     

"Ah, sudah tidak lagi, Bu. Sekarang sudah baik-baik saja."     

Sang menantu merebahkan tubuhnya dengan perlahan. Kemudian, Alisa menaikkan selimut sampai batas pusar. Bu Angel senang, karena mendapat perhatian darinya.     

***     

"Aku sudah menjalankan perintahmu dengan baik, Ga. Semuanya sudah beres," ucap Anton yang duduk di hadapan Saga.     

Saat ini, Anton sedang berada di kantornya Saga. Kedua pria itu tampak saling bicara satu sama lain.     

"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih banyak, ya."     

"Iya. Agam sempat menolak uang itu berkali-kali. Namun, aku bisa meluluhkan hatinya. Ia pun sangat senang karena menerima uang itu."     

"Dia memang pantas menerima uang itu," ujar Saga.     

Terlepas dari masalah Agam, Saga pun menceritakan pada Anton bahwa dirinya bersama sang ibu pergi ke kantor polisi tadi. Bu Angel tampak marah dan menampar Reva berkali-kali. Mendengar hal itu, Anton sangat senang.     

"Kau tahu betul ibuku seperti apa orangnya kan?" tanya Saga.     

"Ya, aku tahu dengan ibumu seperti apa. Tapi, beliau keren sih, bisa menampar Reva berkali-kali. Aku senang mendengarnya. Akhirnya, wanita itu mendapatkan ganjaran juga."     

Saga mengangguk-angguk. Mungkin setelah ini, sang ibu pasti akan memintanya lagi untuk berkunjung ke kantor polisi. Bu Angel tampak murka dengan Reva.     

"Aku ingin, dia dipenjara seumur hidup, biar tahu rasa!" Anton sangat kesal pada Reva. Wanita jahat nan licik itu memang pantas mendapatkan hukuman.     

"Iya, semoga saja, agar dia tak mengganggu keluargaku lagi. Sudah cukup sampai di sini saja."     

Anton masih betah berada di kantor Saga. Di sini sangat nyaman dan membuatnya merasa sedikit tenang. Saga pun tak mempermasalahkannya sama sekali. Pria itu masih agak santai dalam urusan pekerjaan kantor.     

"Kalau kau tiba-tiba sibuk, bilang saja ya, agar aku pulang dan tak mengganggumu di sini."     

"Tenang saja, Ton. Kau tak menggangguku sama sekali. Temani aku saja di sini, siapa tahu kau bisa membantuku, kan?"     

"Tentu saja, aku akan membantumu sebisanya."     

Kedua pria itu tampak saling tersenyum. Anton dan Saga memang sama-sama tampan. Namun, sampai sekarang Anton masih sendiri saja. Ia tak mau mencari seorang pendamping hidup. Baginya, jodoh bisa saja datang sendiri tanpa diundang. Yang jelas sekarang, ia akan terus berbakti pada keluarga Saga.     

Saga tak ingin bertanya lebih lanjut tentang masalah pribadi Anton. Ia tak ingin ikut campur terlalu dalam. Baginya, mempunyai teman baik seperti Anton, sangatlah beruntung.     

"Kau memang salah satu teman yang terbaik bagiku. Terima kasih, karena kau telah banyak membantuku."     

"Kau pun sering sekali membantuku, Ga. Apalagi dalam masalah keuangan. Jasa-jasamu tak akan pernah aku lupakan," ujar Anton seraya tersenyum.     

Mereka berdua sudah kenal cukup lama. Jadi, keduanya sama-sama sudah tahu dan saling mengenal baik. Anton tak pernah berkhianat pada Saga. Pria itu selalu setia dan mengabdi padanya. Maka dari itu, Saga akan terus membantu dan membalas kebaikannya Anton.     

"Kita berdua akan sama-sama saling membantu. Kau adalah satu-satunya anak buah terbaik."     

"Iya, Ga. Terima kasih."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.