Arrogant Husband

Saga dan Alisa Menjenguk Reva



Saga dan Alisa Menjenguk Reva

0"Kalian berdua mau ke mana?" tanya Bu Angel yang melihat Alisa dan Saga tampak ingin pergi di malam hari.     
0

Keduanya menoleh ke belakang menatap Bu Angel. Wanita paruh baya itu terheran melihat mereka.     

"Aku dan Alisa ingin pergi sebentar, Bu. Kami tak akan lama. Titip si kecil ya, Bu."     

Bu Angel tampak mengangguk. "Oh, begitu. Baiklah. Kalian hati-hati di jalan, ya," ujar Bu Angel sambil tersenyum.     

Sang ibu tampak mengantar mereka sampai ke halaman depan. Saga dan Alisa bergegas naik ke mobil. Mereka tak berkata dengan terus terang bahwa ingin pergi ke kantor polisi menemui Reva.     

"Ya, Bu, kami pergi dulu." Alisa melambaikan tangannya kepada Bu Angel.     

Mobil yang dikendarai Saga sudah menjauh dari rumah. Pria itu dengan cepat mengemudi, agar cepat sampai di kantor polisi. Alisa sudah tak sabar lagi ingin bertemu Reva di sana. Ia ingin bicara dengan wanita itu sekaligus memberi nasihat sedikit.     

Saga menoleh sekilas ke arah Alisa. Sang istri tampak diam sepanjang perjalanan.     

"Sayang, kau kenapa?"     

"Aku tak apa-apa. Hanya saja, aku merasa kasihan pada Ibu, karena kita tak berkata dengan jujur dengannya.     

"Kau peduli sekali dengan perasaan Ibu."     

"Tentu saja. Beliau sudah aku anggap sebagai ibu kandungku sendiri." Senyum Alisa begitu terkembang di sudut bibir. "Kita jangan terlalu lama menyembunyikan hal ini pada Ibu, ya. Aku sungguh tak tega, ketika Ibu selalu saja merasa kangen dengan ayah dan selalu bertanya tentang pelakunya."     

Saga tampak terdiam. Ucapan Alisa memang benar adanya. Ia jadi tak tega untuk menyembunyikan hal ini lebih lama lagi pada Bu Angel.     

"Baiklah sayang. Mungkin, besok akan kuberitahukan hal ini pada ibu."     

***     

Mobil yang dikendarai oleh Saga sudah berhenti. Ia mengajak sang istri untuk segera turun. Mereka berdua akan masuk ke dalam dan bertemu dengan Reva. Alisa pun sudah tak sabar bertemu dengannya.     

Saat mereka berkunjung ke sini, salah seorang polisi menghampiri mereka. Saga ingin meminta sedikit waktu untuk bertemu dengan Reva. Polisi itu memintanya untuk menunggu di ruang tunggu.     

Alisa dan Saga duduk di sebuah kursi panjang. Mereka berdua menunggu Reva ke sini. Tak lama kemudian, wanita itu akhirnya datang bersama dengan salah seorang polisi. Reva sungguh terkejut melihat kedatangan mereka.     

"Ka–kalian?" Tangan Reva saat ini sedang diborgol. Ia pun duduk di hadapan mereka. "Ada apa kalian datang ke sini?"     

"Bagaimana rasanya tinggal di sini? Enak?" tanya Saga. "Apa kau sudah mulai bertobat dari sekarang?" Saga menyindir Reva.     

"Kau jangan sok seperti itu, Ga! Aku tak perlu ucapanmu!"     

"Kau masih belum sadar juga? Atas apa yang sudah terjadi?" Alisa geleng-geleng kepala.     

"Kau jangan banyak bicara, Sa. Aku juga tak perlu mendengar ucapanmu."     

Reva tak peduli dengan ucapan mereka. Saga dan Alisa selalu saja menyuruhnya untuk bertobat. Ia sudah muak mendengar hal itu.     

"Jadi, kedatangan kalian kemari hanya untuk menyuruhku bertobat?" Alis Reva naik sebelah. Wanita itu tersenyum kecut pada mereka.     

Bagi Saga, percuma saja bicara dengan Reva. Wanita itu sungguh bebal ketika dinasihati seperti ini. Sedangkan, Saga dan Alisa saling berpandangan satu sama lain. Keduanya merasa jengah berada di sini.     

"Sayang, ternyata percuma saja kita datang ke sini. Wanita licik ini masih saja tak berubah sama sekali. Andai saja, ada hukuman yang lebih berat lagi daripada ini, maka akan kujebloskan dia di sana."     

Alisa langsung menyenggol lengan Saga. Pria itu terdiam seketika. Ia langsung mengajak sang suami untuk segera pulang saja. Lagi pula, ia tak bisa berlama-lama berada di sini, karena mengkhawatirkan anak dan ibu mertuanya.     

"Sayang, lebih baik kita pulang aja, yuk! Kasihan Ibu di rumah," ujar Alisa yang mengajak sang suami untuk pergi dari sini.     

Sebelum pergi, Saga mendelik tajam ke arah Reva. "Semoga kau menyesal nanti, Va! Tak ada lagi yang mempercayaimu, termasuk Agam."     

Sepasang suami istri itu lalu bergegas pergi dari sini. Mereka berniat akan pulang saja. Melihat kepergian Saga dan Alisa, Reva tampak geram.     

"Awas saja, setelah aku ke luar dari sini nanti, aku akan membalas perlakuan kalian." Akhirnya, Reva dibawa masuk ke dalam sel tahanan kembali oleh seorang polisi.     

***     

Saga dan Alisa sudah pulang ke rumah. Mereka berdua langsung menuju ke kamar. Bu Angel mungkin sudah tidur karena wanita itu tak menyambut kedatangan mereka.     

"Ibu pasti sudah tidur sayang. Kita langsung ke kamar aja, yuk!" ajak Saga pada sang istri.     

Mereka berdua melangkah menaiki anak tangga. Sepasang suami istri itu saling bergenggaman tangan. Alisa merasa sangat senang ketika diperhatikan oleh Saga seperti ini.     

"Pelan-pelan saja jalannya, sayang," ucap Saga. Pria itu begitu menjaga keadaan Alisa dan juga calon anak dalam kandungan.     

"Iya sayang. Jangan khawatir. Aku baik-baik aja kok."     

Setelah mereka berdua sudah berada di dalam kamar, Saga langsung mengajak sang istri untuk rebahan di atas ranjang. Pria itu begitu perhatian pada Alisa.     

"Ya ampun sayang, kau tak usah repot-repot seperti ini." Alisa melihat Saga menaikkan selimut tebal ke atas dagunya.     

"Kau tidur dulu, ya, sayang. Aku ada urusan sebentar dengan Anton di luar."     

"Oh, baiklah sayang. Tinggalkan saja aku di sini."     

Sebelum ke luar dari kamar, Saga mencium kening sang istri terlebih dahulu. Memberi kehangatan pada wanita itu sebelum tidur. Ia ingin bicara sebentar dengan Anton di luar. Setelah itu, Saga bergegas ke luar dari kamar.     

Ia menuruni anak tangga dengan cepat, agar bertemu dengan Anton. Pria itu ingin membicarakan sesuatu padanya.     

"Anton," panggil Saga pada pria itu.     

"Iya, Ga? Ada apa?" Anton menoleh ke samping. Ternyata ada Saga di sini. Terlihat pria itu ingin bicara dengannya.     

"Aku ingin bicara denganmu sebentar. Bisa kan?"     

"Tentu saja bisa."     

"Aku minta tolong, besok pagi kau ke rumah Agam. Aku sudah menyiapkan sejumlah uang untuknya. Anggap saja sebagai rasa terima kasihku padanya karena sudah berhasil membuat Reva mendekam di penjara. Bisa kan?" Saga ingin memberi sedikit uangnya pada Agam.     

"Tentu saja bisa. Tenang saja, Ga. Aku akan melaksanakan tugas darimu." Anton akan selalu siap ketika Saga minta tolong padanya.     

Kalau bukan karena bantuan Agam, mungkin Reva tak secepat ini mendekam dalam sel tahanan. Dan, mungkin saja Saga dan juga pihak kepolisian masih mencari pelakunya ke sana kemari. Jadi, sebagai rasa terima kasihnya, Saga akan memberi sedikit rezeki.     

"Agam adalah pria yang baik. Kemarin, ketika aku ingin memberinya uang pun, dia tak mau sama sekali. Dia ikhlas katanya."     

Anton mengangguk-angguk. Ia tahu bahwa Agam memang orang yang baik. Jadi, Saga telah beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang yang baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.