Arrogant Husband

Mengejek-ejek Reva



Mengejek-ejek Reva

0Bu Angel memang sengaja tak mengangkat panggilan telepon dari Alisa. Ia sudah menduga bahwa sang menantu pasti akan bertanya soal ini. Maka dari itu, ia lekas menyuruh Anton untuk ngebut saja.     
0

Suruhan dari Bu Angel dilaksanakan dengan baik oleh Anton. Pria itu melajukan kecepatan mobilnya dan sebentar lagi akan sampai di kantor polisi. Wanita paruh baya itu rupanya sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan Reva.     

"Sebentar lagi kita sampai, Bu."     

"Iya, kita harus cepat. Soalnya si Alisa menelepon terus dari tadi," ujar Bu Angel.     

"Kenapa tak diangkat, Bu?"     

"Dia pasti akan bertanya, di mana kita berada sekarang. Dia juga pasti tahu, bahwa kita berdua menuju ke kantor polisi."     

Anton mengangguk dan setuju dengan ucapan Bu Angel. Kini, tibalah mereka di kantor polisi. Wanita itu lekas turun dari mobil dan bergegas masuk. Anton pun segera menyusul di belakang.     

Bu Angel sedang menunggu di ruang tunggu untuk bisa bertemu dengan Reva. Anton berdiri di samping Bu Angel dan tampak diam. Tak berapa lama, akhirnya Reva datang juga.     

"Tante lagi di sini?"     

"Ya, memangnya kenapa? Kau takut?" Bu Angel melototkan kedua matanya pada Reva.     

"Untuk apa aku takut pada tante?" Reva tak terima kalau dikatai takut oleh Bu Angel.     

Bu Angel tak akan pernah mundur untuk membuat Reva menyesal karena sudah melakukan hal ini. Wanita itu harus minta maaf sepenuhnya. Namun, sampai sekarang tak ada permintaan maaf yang ke luar dari mulut Reva.     

"Alah! Kau masih saja tak mau mengaku sama sekali. Melihatku datang ke sini saja, sudah membuatmu takut."     

"Aku tak takut sama tante!" teriak Reva.     

Anton tak terima ketika Bu Angel diperlakukan seperti itu. Ia balas menatap Reva dengan tajam.     

"Kalau bicara dengan orang tua itu yang sopan, dasar wanita ular!" ketus Anton.     

"Diam kau pelayan! Jangan banyak bicara! Sadari posisimu sekarang."     

Anton jelas saja tak mau kalah dengan Reva. Ia terus membalas ucapan wanita itu.     

"Lebih baik aku menjadi seorang pelayan dengan cara terhormat, daripada harus menjadi pembunuh sepertimu. Aku bebas ke mana-mana, sedangkan kau apa? Lihat dirimu sekarang, hanya terkurung dalam sel tahanan!" ujar Anton panjang lebar.     

Bu Angel sangat senang mendengar jawaban Anton. Pria itu berkata benar. Reva pun langsung diam seribu bahasa, tak bicara lagi. Wanita itu sudah kalah telak dari Anton.     

Anton merasa puas karena sudah membuat Reva sakit hati karena ucapannya yang pedas nan menusuk. Wanita itu terlihat sangat geram, terlihat dari wajahnya. Anton dan Bu Angel sama-sama terpuaskan.     

"Kau dengar sendiri kan tadi, apa yang diucapkan oleh Anton? Ucapan dia memang benar sekali. Kau pembunuh suamiku!"     

Reva langsung menghentakkan kedua tangannya di atas meja. Tak terima kalau dirinya dihina seperti itu. Namun, Bu Angel dan Anton tetap membuatnya merasa marah.     

Wanita paruh baya itu memang sengaja melakukan hal ini. Ia ingin membuat mental Reva menjadi lemah. Ia juga tak luput memberikan ucapan yang kasar, agar Reva bisa segera sadar akan kelakuannya.     

"Aku berharap, kau mendekam dalam penjara seumur hidup. Agar kau merasa betapa nikmatnya berada di sini. Inilah balasan atas yang telah kau perbuat selama ini!"     

"Alah! Tante jangan sok suci. Dulu juga kan, tante sering membuat Alisa celaka. Jangan sampai lupakan itu, tante. Kalau bukan karena aku yang membantu, maka rencana tante tak akan pernah berhasil!"     

Namun, sekarang semuanya sudah berbeda. Bu Angel bukanlah yang dulu lagi. Ia sekarang begitu menyayangi Alisa dengan sepenuh hati. Jadi, kalau Reva berucap macam-macam padanya, itu tak akan berpengaruh sama sekali.     

"Kayaknya ... kita harus segera pergi dari sini deh, Ton. Soalnya ada wanita yang gila di sini. Aku jadi takut sekarang."     

Mendengar ucapan Bu Angel yang menyindirnya sebagai wanita yang gila, membuat Reva tak menyukainya sama sekali. Andai saja, kedua tangannya tak terborgol seperti ini, ingin sekali ia menampar wanita tua itu.     

Anton terkikik geli mendengarnya. Apa yang dikatakan oleh Bu Angel telah sukses membuatnya tergelitik.     

"Awas saja ya, tante! Aku akan balas semuanya nanti!"     

"Mau membalas? Kapan itu? Apa kau yakin, bisa ke luar dari sini, setelah kasusmu ini?"     

Reva memasang raut wajah yang kesal. Ia tak terima dipermainkan seperti ini oleh mereka berdua. Ingin sekali ia balas sekarang juga.     

"Bu, lebih baik kita pergi saja dari sini. Jangan terlalu lama meladeni wanita gila seperti dia!" Anton menunjuk ke arah Reva.     

"Enak saja! Aku tak gila!"     

Bu Angel tertawa lebar melihat kemalangan nasib Reva di penjara. Ia dan Anton pun akan segera pulang ke rumah. Mereka sudah puas membuat Reva merasa tersiksa pelan-pelan di sini.     

Mereka berdua berlalu dari ruangan besuk. Kini, Anton akan mengantar pulang sang majikan. Keduanya berjalan menuju halaman kantor polisi.     

"Aku puas sudah melihat Reva seperti tadi. Semoga saja dia menyesal nantinya."     

"Iya, Bu. Tapi, sekarang dia masih belum terlihat menyesal." Anton sambil membukakan pintu mobil untuk Bu Angel agar masuk ke dalam.     

"Ya, memang seperti itu dia. Reva masih tak menyesal dan minta maaf sama ibu."     

Namun, mereka berdua akan selalu mendoakan Reva yang terbaik, agar wanita itu bisa bertobat dengan sungguh-sungguh pada Tuhan. Mobil yang dikemudikan oleh Anton pun, akhirnya melaju meninggalkan kantor polisi ini.     

"Ton?" panggil Bu Angel.     

"Iya, Bu? Ada apa?"     

"Tolong rahasiakan ini pada Saga, ya. Kalau Alisa tahu, tak apa-apa, biar aku yang bicara nanti padanya."     

"Baiklah, Bu."     

***     

Alisa sengaja menunggu kedatangan Bu Angel dan juga Anton di pintu depan. Wanita itu berdiri sejak tadi karena merasa cemas. Sedangkan, di dalam kamar yang menjaga sang anak adalah salah seorang pelayan yang telah menjaga.     

Tak berapa lama kemudian, muncullah mobil yang dikendarai oleh Anton tampak masuk ke halaman rumah. Alisa langsung menghampiri mobil itu dan bertemu dengan Bu Angel.     

"Ibu tadi kenapa tak menjawab panggilanku? Apa ibu tahu, aku sangat mengkhawatirkan ibu," ujar Alisa.     

"Maafkan ibu, Nak. Tadi ibu lagi di jalan, jadi tak bisa mengangkat panggilanmu sama sekali."     

Alisa langsung mengajak Bu Angel masuk ke dalam. Ia sempat bertatapan dengan Anton sebentar. Dirinya tak mungkin bisa menyalahkan Anton, karena pria itu hanya disuruh oleh ibu mertuanya.     

"Apa ibu baik-baik saja?" tanya Alisa.     

"Iya, ibu baik-baik aja kok. Oh, ya, ada yang ingin ibu bicrakan sama kau, Nak."     

"Apa itu, Bu?"     

Bu Angel tampak memohon pada Alisa. "Tolong jangan beritahukan hal ini pada Saga, ya. Ibu tak ingin, kalau dia marah-marah dan cemas dengan ibu." Bu Angel langsung menggenggam tangan Alisa.     

"Hm, baiklah bu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.