Arrogant Husband

Joseph dan Melati



Joseph dan Melati

0"Ishh, kenapa sampai lupa isi bensin sih tadi! Ceroboh sekali aku!"     
0

Wanita dengan baju kaos berwarna putih serta menggunakan celana jeans itu tampak menggerutu. Saat ini dirinya berada di pinggir jalan dan motornya kehabisan bensin. Jarak dari sini menuju ke pertamina pun lumayan jauh.     

Jalanan lengang yang tak ada orang, membuatnya harus menuntun motor. Melati saat ini tak tahu harus berbuat apa. Tak bisa minta tolong karena tak ada orang yang lewat.     

Matahari pun semakin terik saja. Akhirnya, Melati merasa kelelahan karena harus menuntun motornya semakin jauh. Wanita berambut panjang itu tampak menyeka keringat yang ada di kening.     

"Semoga ada orang yang lewat sini, jadi aku bisa minta tolong padanya," ujar Melati berdiam sejenak karena merasa lelah.     

Tak berapa lama, ia kembali meneruskan perjalanan bersama motornya. Raut wajah lelah tampak sekali terlihat. Sesekali, Melati menyeka keringat yang terus membanjiri keningnya.     

Dari kejauhan, Melati melihat ada sebuah mobil yang hendak menuju ke arahnya. Ia pun melambai-lambaikan tangan agar minta tolong pada orang itu.     

"Semoga saja orang itu mau menolongku."     

Alhasil, mobil itu berhenti tepat di depannya. Ada seorang pria yang bergegas turun dari mobil dan bertanya padanya.     

"Kenapa? Mogok, ya?" tanyanya.     

Melati tak menjawab pertanyaan pria itu, tapi ia seolah terhipnotis oleh pesonanya. Ia memandang setiap lekuk wajah lawan jenisnya. Pria itu lalu melambai-lambaikan tangan ke arah wajahnya.     

"Kok malah melamun sih?"     

"Ah, maaf-maaf. I–iya nih, mogok karena kehabisan bensin." Melati menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia merasa salah tingkah sekarang di hadapan pria itu.     

"Rumah kau di mana?" tanya pria itu akhirnya.     

Melati menunjuk ke arah depan sana. "Di sana. Cukup jauh dari sini."     

"Biar aku antar sampai rumah, ya. Naik saja ke dalam mobil."     

Mendengar ucapan pria itu, Melati jadi terbengong-bengong. Ia tak menyangka, bahwa lawan jenis di depannya ini begitu baik hati. Sedetik kemudian, ia kembali tersadar dan mengangguk. Melati pun akhirnya masuk ke dalam mobil.     

Jantung Melati begitu berdebar-debar saat bersisian dengan pria itu. Ingin sekali ia berkenalan dengannya. Namun, rasa malu jelas saja menyelimuti hati.     

'Ya Tuhan, tampan sekali pria ini.'     

***     

Akhirnya, Melati sudah sampai di rumahnya. Tak lupa ia ucapkan rasa terima kasih pada pria yang sudah mengantarnya pulang.     

"Terima kasih, ya, karena udah mengantarku pulang," ucap Melati sambil tersenyum.     

"Iya, sama-sama. Oh, ya, bolehkah kita berkenalan?" ujarnya.     

Pria itu menjulurkan tangan ke arah Melati dan ia langsung disambutnya dengan hangat. "Namaku Joseph."     

"Aku Melati."     

Akhirnya, mereka berdua berkenalan. Baik Joseph dan Melati sama-sama saling pandang. Wanita itu mengajaknya masuk ke dalam rumah. Ia ingin membuatkan minuman.     

"Ayo, masuk dulu. Maaf ya, rumah kontrakannya kecil," ucap Melati.     

"Ah, tidak apa-apa."     

Melati lekas menuju ke dapur. Ia ingin membuatkan minuman untuk Joseph. Pria itu tampak duduk di kursi ruang tamu. Debaran jantung Melati kian meronta-ronta. Akhirnya, keinginannya untuk bisa berkenalan dengan pria itu terkabul juga.     

"Namanya bagus, setampan orangnya." Nama Joseph selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Tak berapa lama, Melati sudah selesai membuatkan minuman untuknya. Ia pun lekas ke ruang tamu.     

Joseph melihat Melati sudah berada di ruang tamu sambil membawa segelas teh hangat. Wanita itu tersenyum lalu berkata lembut pada Joseph.     

"Diminum ya, Jo, alakadarnya."     

"Makasih ya." Joseph segera meminum teh hangat buatan Melati. Wanita itu tampak memandangnya sekilas.     

Melati jadi semakin malu dan jantungnya semakin berdetak tak karuan ketika berada di hadapan Joseph sekarang. Tak pernah ia duga sebelumnya bahwa akan berkenalan dengan pria setampan Joseph. Mereka pun lantas saling berbincang-bincang.     

Mereka berdua tampak akrab sekarang. Joseph dan Melati sama-sama terbawa suasana dan tak sungkan satu sama lain, layaknya seperti teman lama. Wanita itu tersenyum lebar.     

Joseph tampak suka melihat senyuman Melati. Entah kenapa, sejak awal bertemu di jalan tadi, hatinya kian tak karuan.     

'Mungkin kah ini cinta pada pandangan pertama? Aku langsung menyukai wanita ini. Senyumnya ... ah, memabukkan. Lagi pula, dia sangat cantik.'     

Pria itu begitu memuji kecantikan si Melati. Bahkan, terlintas dalam pikirannya untuk menjadikan wanita itu sebagai pendamping hidupnya kelak. Melati sangat cantik, manis, dan berlesung pipi. Membuat Joseph tampak salah fokus dibuatnya.     

"Hei, kau kenapa? Kok melamun sih?" tanya Melati sambil mengibas-ngibaskan tangan ke arah wajah Joseph.     

"Ah, tidak apa-apa kok."     

"Apa kau sedang memikirkan sesuatu, Jo?" tanya Melati lagi.     

'Aku sedang memikirkanmu, Melati. Kau begitu cantik di mataku.'     

Namun, ucapan Joseph itu tak mampu ia sampaikan kepada Melati. Cukup ia simpan di dalam hati saja. Joseph masih gengsi, untuk mengutarakan perasaannya, karena baru pertama kali bertemu. Namun, dirinya merasa sangat nyaman berada di dekat Melati seperti ini.     

"Oh, ya, motorku kan masih ada di jalan itu. Nanti bagaimana kalau hi–" Ucapan Melati dipotong langsung oleh Joseph.     

"Tenang saja. Motormu aman kok, tidak akan hilang."     

Melati melongo mendengar ucapan Joseph. Namun, sedetik kemudian, ia tersenyum senang. "Benarkah? Sungguh?"     

"Iya, aku serius."     

Entah apa yang akan dilakukan oleh pria itu, Melati tak tahu. Namun, satu yang pasti, bahwa saat ini dirinya begitu mengagumi pesona Joseph. Pria itu sangat berbaik hati padanya.     

Obrolan ini tak henti-henti mereka perbincangkan. Selalu saja ada bahan obrolan yang mereka bicarakan. Joseph selalu saja membuat bahan pembicaraan agar selalu bisa dekat dengan Melati seperti ini. Joseph merasa tak ingin berlalu pulang dari sini.     

"Ngomong-ngomong, kalau nanti aku ajak jalan berdua. Kau mau tak?"     

Joseph berharap, semoga saja Melati mau jalan berdua dengannya. Ia menunggu respons wanita itu untuk berkata iya, mau, atau setuju.     

Melati lagi-lagi melongo saat diajak jalan berdua dengan Joseph. Tentu saja, ia sangat mau untuk berkencan bersama pria itu.     

"Ma–mau ... tentu saja aku mau." Melati tampak bersinar dan tersenyum cerah. Wanita itu tak ingin jingkrak-jingkrak di tempat.     

"Syukurlah kalau begitu. Nanti aku akan ke sini lagi, besok atau lusanya," ucap Joseph sambil tersenyum.     

Melati mengangguk-angguk mendengar ucapan Joseph. Pria itu tampak serius ingin mengajaknya jalan berdua. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Mumpung ada pria tampan yang mau berkencan dengannya.     

"Tapi ...."     

"Tapi, apa Mel?" Kening Joseph tampak berkerut.     

"Aku tak punya baju yang bagus untuk pergi bersamamu. Nanti kau pasti malu saat jalan berdua denganku," ucap pelan. Tiba-tiba Melati terpikirkan hal ini.     

"Ya Tuhan, aku kira apa tadi. Tenang saja pokoknya, yang penting sekarang kau sudah bersedia untuk jalan bersamaku nanti."     

"Baiklah kalau begitu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.