Arrogant Husband

Mengajak Jalan Berdua



Mengajak Jalan Berdua

0Mendengar vonis hukumannya diucapkan oleh hakim, membuat Reva tampak bersedih hati. Selama itu hukuman yang harus ia jalani di sini. Tak ada lagi kesempatan untuknya bisa menghirup udara bebas. Selama dua puluh tahun harus mendekam di dalam jeruji besi. Cinta Agam pun tak bisa diraih lagi.     
0

Reva terpuruk dan menangis tak henti-henti. "Pasti tante Angel sangat senang mendengar aku berada di sini sangat lama. Memang itu yang ia inginkan," ucapnya pelan.     

Tak ada yang bisa dilakukan sekarang selain pasrah. Reva memang terbukti bersalah dan tak akan minta pembelaan apa pun di sini. Wanita itu harus bertanggung jawab atas semua yang sudah dilakukan. Semoga saja dengan adanya hukuman berat ini membuat Reva jadi sadar dan berubah ke arah yang lebih baik lagi.     

***     

"Sayang, tiba-tiba aku jadi kepikiran Agam," ucap Alisa yang membuat Saga langsung menatapnya.     

"Kok bisa begitu?" Saga cemburu ketika Alisa tengah memikirkan pria lain selain dirinya.     

"Ya, aku kepikiran dengan dia saja. Apa jadinya nanti, kalau Agam tahu tentang hukuman yang akan dijalani oleh Reva."     

Saga mengedikkan kedua bahunya. Ia tak tahu harus mengucapkan apa sekarang. Sampai detik ini, Agam tak diberitahu dulu.     

"Entahlah sayang. Lebih baik kau tak usah pikirkan hal ini. Kau jaga betul-betul anak kita di dalam kandungan."     

Saga tak mau kalau sang istri memikirkan hal yang lain, selain kesehatannya sendiri. Ia menyuruh Alisa untuk segera istirahat saja.     

"Lebih baik kau istirahat sekarang saja sayang. Ingat, jangan pikirkan hal ini lagi, ya."     

"Baiklah sayang." Alisa menurut dengan ucapan sang suami. Ia tak akan memikirkan hal ini lagi.     

Saga melihat sang istri sudah merebahkan diri lebih dulu di atas tempat tidur. Di satu sisi, Saga juga merasa cemas dan kepikiran Agam juga. Sampai detik ini, ia masih tak berniat untuk berterus terang pada Agam.     

***     

Perasaan Agam tampak tak tenang sedari tadi. Pria itu gelisah di dalam kamar. Berjalan mondar-mandir sambil menggigit bibir bagian bawah. Jarum jam semakin menunjukkan hampir pukul setengah sepuluh malam. Ia merasa ada yang tak beres.     

"Aku kenapa, ya? Entah kenapa perasaanku tampak cemas dan memikirkan tentang Reva."     

Ingin sekali Agam ke sana, tapi sudah malam seperti ini dan badannya pun terasa penat. Terpaksa besok hari, setelah pulang kerja maka dirinya akan mampir ke kantor polisi untuk menjenguk wanita itu.     

Ternyata, dirinya masih tak bisa melupakan tentang Reva. Wanita itu masih membekas di dalam hatinya. Setiap kenangan yang mereka ukir, selalu terlintas dalam pikiran. Cintanya pada Reva sangat tulus. Namun, sayang, wanita itu telah membuat hubungan ini jadi kandas di tengah jalan. Padahal Agam sudah sangat serius dan ingin mengajak ke jenjang pelaminan.     

Namun, apa mau dikata. Semua itu sudah terjadi dan takdir bagi mereka. Agam tak bisa bersatu lagi dengan Reva. Ia tak mau, kalau mempunyai pasangan seorang pembohong dan pembunuh.     

"Iya, iya, besok aku akan menemui Reva di kantor polisi." Agam mengangguk-anggukkan kepalanya.     

Setelah ia sudah merasa sedikit tenang, akhirnya Agam memutuskan untuk tidur. Hari semakin larut saja dan besok dirinya akan kembali bekerja lagi.     

***     

Seperti janji Joseph kemarin yang ingin mengajak Melati jalan berdua, akhirnya terlaksana juga. Pria itu sudah sampai di halaman depan. Joseph tampak gagah dengan balutan kemeja hitam dan celana panjang yang senada.     

Ia segera mengetuk pintu rumah Melati, berharap wanita itu segera membuka pintu. Tak sabar lagi rasanya ingin jalan berdua.     

Akhirnya, sesosok wanita berwajah cantik pun tampak membuka pintu. Ia melihat kaget ke arah Joseph. Melati sontak ternganga melihat kedatangannya ke sini.     

"Joseph?"     

"Iya, kenapa?"     

"Kau a–ada di sini?"     

"Iya. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan berdua. Seperti janjiku kemarin."     

"Tapi, aku kan?"     

"Sudah, kau siap-siap saja dulu. Aku akan menunggumu di sini."     

Melati mengangguk dan mempersilakan Joseph masuk ke dalam rumahnya. Pria itu duduk di kursi, sedangkan Melati bergegas ke kamar untuk berganti pakaian yang bagus. Ia sama sekali tak menduga, bahwa Joseph akan datang dalam waktu secepat ini.     

"Pagi hari seperti ini, dia ingin mengajakku jalan."     

Melati berusaha untuk tampil seanggun mungkin di hadapan Joseph. Penampilannya yang sederhana, tapi bisa membius pria itu. Akan ia buat, Joseph terpesona pada kecantikannya. Melati tampak memilih baju yang menurutnya bagus dan layak untuk dikenakan.     

Setelah memilih-milih mana pakaian yang cocok untuk dipakai, akhirnya Melati sudah memutuskan untuk memakai dress mini berwarna putih. Ia menjatuhkan pilihan pada dress itu karena warnanya yang cantik dan terkesan seksi saat dikenakan di tubuh. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Melati pun segera berganti pakaian.     

Beberapa saat kemudian, setelah berganti pakaian, Melati akan memakai bedak dan sedikit polesan lipstik berwarna merah muda. Ia tak mau terlihat sangat menor.     

"Cepat, cepat, cepat! Joseph sudah menunggu terlalu lama!"     

Akhirnya, setelah selesai berdandan, Melati segera menuju ke ruang tamu menghampiri Joseph. Pria itu sudah terlalu lama menunggunya. Saat berada di ruang tamu, Melati segera mengucapkan permintaan maaf.     

"Jo, maafkan aku, Jo, karena telah lama membuatmu menunggu."     

Namun, bukannya jawaban yang harus ia dengar yang ke luar dari mulut Joseph, tapi pria itu malah melamun dan menatap ke arahnya. Melati yakin, kalau saat ini Joseph sedang terpesona pada kecantikannya.     

Melati pun jadi salah tingkah ketika ditatap seperti ini oleh Joseph. Pipinya menghangat dan bersemu merah.     

"Jo?" panggil Melati seraya memegang pundak pria itu.     

Alhasil, Joseph tersadar dari lamunannya. "Iya, kenapa?"     

"Aku sudah siap nih. Kau mau membawa aku jalan ke mana?"     

Joseph menatap Melati dari atas sampai ke bawah. Walaupun penampilannya terlihat sederhana, tapi mampu membuat hati Joseph bergetar tak karuan.     

"Oh, iya, aku jadi lupa. Aku linglung tadi karena melihat kecantikanmu," ungkap Joseph.     

"Ah, kau ini bisa saja!"     

Tanpa harus membuang waktu lagi, akhirnya Joseph segera mengajak Melati untuk jalan-jalan ke luar. Ia ingin mengajak wanita itu ke suatu tempat, di mana para kaum hawa akan sangat tergila-gila ketika berada di sana.     

"Joseph?"     

"Iya, Mel?"     

"Kau mau bawa aku ke mana nih kira-kira?" tanya Melati.     

"Ke suatu tempat, di mana kau akan merasa senang sekali."     

Mendengar ucapan Joseph, membuat Melati tampak gembira. Pria itu selalu saja melakukan hal yang tak terduga. Melati hanya menurut ketika akan dibawa oleh Joseph.     

"Ngomong-ngomong, kau sangat cantik, Mel, memakai dress seperti itu."     

"Terima kasih ya, Jo. Kau memujiku terus sepertinya."     

"Karena aku mencin–" Joseph langsung berhenti bicara. Ia hampir saja keceplosan.     

"Mencin apa, Jo?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.