Arrogant Husband

Hukuman Reva



Hukuman Reva

0Sudah cukup lama Joseph berada di rumah Melati, akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang. Hari ini begitu menyenangkan baginya karena bertemu dengan seorang wanita cantik. Melati pun mengantarkannya sampai halaman depan.     
0

"Oh ya, kau jangan mengkhawatirkan motormu itu, ya. Motormu aman kok di sana." Joseph tersenyum pada Melati.     

"Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan ucapanmu."     

Setelah itu, Joseph berpamitan pada Melati dan segera masuk ke dalam mobil. Pria itu sudah berada di balik kemudi dan tak menunggu lama lagi, ia mulai tancap gas, meninggalkan halaman rumah Melati. Melati melambaikan tangan ke arah Joseph yang sudah berlalu pergi.     

Mobil itu akhirnya sudah tak terlihat lagi dari pandangan mata, Melati pun segera masuk ke dalam rumah kontrakannya. Wanita itu amat senang hari ini.     

"Ya Tuhan, aku tak menyangka hari ini bisa bertemu dengan pria setampan dan kaya seperti Joseph. Apakah ini mimpi, ya?" Melati mencubit kedua pipinya. Kemudian, pipinya terasa panas dan sakit.     

"Aku tak bermimpi ternyata. Pria itu benar-benar nyata."     

Dirinya sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan Joseph. Pria itu mengajaknya untuk jalan berdua. Melati sangat gembira hari ini karenanya.     

"Apakah aku dan Joseph akan bersama, ya?"     

Melati terus saja memikirkan Joseph sedari tadi. Ia pun melangkah menuju ke kamarnya sendiri. Wanita berlesung pipi itu tampak menggigit bibir bagian bawah. Ia terpesona akan ketampanan Joseph. Hasrat untuk memiliki pria itu pun semakin besar.     

***     

Joseph mengembuskan napas panjang ketika sudah sampai di depan rumahnya sendiri. Pria itu bergegas turun dan masuk ke dalam. Ia masih mengingat tentang pertemuan pertamanya tadi dengan Melati. Wanita itu benar-benar manis saat ditatap.     

Ia yakin, ini adalah cinta pada pandangan pertama. Sejak awal melihatnya, Joseph sudah langsung terpikat pada Melati. Wanita itu benar-benar telah membuatnya luluh. Dari banyaknya wanita yang ingin mendekat padanya, hanya Reva dan Melati saja yang membuatnya terpikat seperti ini.     

"Apa aku menyukai Melati? Mungkin iya ... aku menyukainya, bahkan bisa juga mencintainya."     

Wajah Joseph begitu berseri-seri saat mengingat Melati. Ia juga sudah menyuruh orang suruhannya untuk mengantarkan motor Melati sampai ke rumah, hingga wanita itu tak cemas lagi pada kendaraannya.     

Joseph merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk. Wajah cantik Melati masih saja membayang-bayanginya sampai sekarang. Tak sabar rasanya ingin mengajak wanita itu jalan berdua dan menjadikannya menjadi kekasih pujaan hati. Sudah terlalu lama, Joseph seorang diri dan tak ada pengisi di hatinya.     

"Mungkinkah Melati jodohku? Bila iya, mudahkanlah semua urusanku ya Tuhan untuk mendapatkan hatinya."     

***     

Tok! Tok!     

Melati terkejut karena ada yang mengetuk pintu kontrakannya. Ia pun segera membukakan pintu. Sontak saja, dirinya melihat pemandangan yang mengejutkan. Dua orang pria berbadan kekar datang membawa motor kesayangannya sampai ke rumah.     

"Kalian siapa?" tanya Melati.     

"Kami berdua adalah suruhannya Pak Joseph. Dia menyuruh kami untuk mengembalikan motor ini ke sini."     

Alhasil, Melati senang bukan main. Tak lupa, ia mengucapkan terima kasih pada dua orang pria itu.     

"Satu lagi, kami juga sudah mengisi bensinnya sampai full," ucap salah satu di antara mereka.     

Mendengar ucapan pria itu, Melati tampak malu-malu. Ia sudah bersikap ceroboh karena lupa mengisi bensin saat di perjalanan. Kejadian ini pun tak akan terulang kembali.     

"I–iya, Pak. Terima kasih, ya."     

"Sama-sama. Ya sudah, kami pulang dulu."     

"Iya silakan."     

Sekali lagi, Melati tak menyangka dengan tingkah laku Joseph. Pria itu membuatnya merasa terpesona, entah untuk ke sekian kalinya.     

"Ya Tuhan, mereka datang ke sini karena disuruh oleh Joseph. Dia benar-benar pria idaman."     

***     

"Bagaimana? Apakah kalian sudah membawa motor itu pada Melati?" tanya Joseph sesampainya mereka berdua datang ke rumahnya.     

"Sudah, bos. Dia senang sekali melihat motornya di rumah."     

"Syukurlah kalau begitu." Joseph terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jas miliknya. "Ini upah untuk kalian. Terima kasih, ya."     

"Wah, sama-sama bos. Jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi kita berdua kalau ingin minta bantuan." Mereka tampak senang karena mendapatkan upah dari Joseph.     

"Tentu saja," balas Joseph yang tampak senang mendengar kabar ini.     

Pasti Melati sangat senang karena motornya sudah berada di rumah. Joseph rela melakukan ini semua agar wanita itu tampak senang. Mungkin, tak akan lama lagi untuk menjadikan Melati menjadi miliknya seutuhnya.     

Ia yakin, kalau Melati juga mempunyai rasa yang sama padanya. Terlihat dari sorot mata wanita itu sedari tadi.     

"Dia hanya wanita biasa, tapi aku menyukainya sejak pandangan pertama. Senyumannya, ahh ... benar-benar manis sekali!"     

Di tengah lamunannya memikirkan Melati, tiba-tiba Joseph mendapatkan sebuah panggilan. Ia melihat nama di layar tersebut adalah Saga. Ia pun lekas mengangkat panggilan darinya.     

"Hm, baiklah aku akan segera ke sana."     

***     

Saga meminta Joseph ke rumah untuk membicarakan masalah Reva. Wanita itu telah dijatuhi hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Semua anggota keluarga Saga tampak berkumpul.     

"Reva dijatuhi hukuman maksimal dua puluh tahun penjara, karena menghilangkan nyawa seseorang." Saga mengembuskan napas panjang. Seketika ia merasa kasihan pada wanita itu.     

"Ya, mau bagaimana lagi, Ga? Itulah hukuman yang setimpal untuk Reva, agar dirinya sadar atas perbuatannya itu."     

Bu Angel, Alisa, dan juga Anton tampak terdiam. Lantas, di satu sisi, Saga merasa kasihan pada Reva atas hukuman ini.     

"Biarkan saja. Itu memang hukuman yang pas untuk Reva. Biarkan dia menjadi pribadi yang lebih dewasa." Akhirnya, Anton ikut bersuara juga. Pria itu dengan tenang menyikapi.     

"Lalu, bagaimana dengan Agam nanti? Aku takut, dia akan kecewa mendengar fakta ini," ucap Saga. "Aku tiba-tiba kepikiran Agam."     

"Agam pasti bisa menerima hal ini, Ga. Lagian, dia kan sudah tak mencintai Reva lagi?"     

"Jo, aku yakin kalau Agam masih mencintai Reva walau hanya sedikit. Tak mudah memang melupakan orang yang dulu pernah singgah di hati, termasuk mereka berdua."     

Ucapan Saga memang benar. Reva masih bersemayam di dalam hati Agam. Pria itu ternyata masih memiliki sedikit rasa dengan Reva.     

Alisa dan Bu Angel memilih untuk berdiam diri. Mereka tak tahu harus menjawab apa. Lebih baik menjadi seorang pendengar saja. Anton dan yang lainnya tampak serius membahas masalah Reva.     

"Maaf ya, Jo, kalau kau lagi sibuk lalu aku suruh ke sini tadi."     

"Aku tidak sibuk kok. Lagi di rumah aja tadi sambil rebahan."     

Setelah Saga sudah selesai membahas Reva, Joseph pun memilih untuk segera pulang saja. Pria itu tak bisa berlama-lama di sini.     

"Ga, aku pulang duluan ya. Ada beberapa hal yang ingin aku urus dulu."     

"Oh, iya, silakan. Terima kasih sudah datang ke sini untuk bicara bersama."     

"Sama-sama, Ga."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.