Arrogant Husband

Pendekatan



Pendekatan

0"Saudari Reva ... ada yang ingin bertemu dengan Anda," ucap seorang polisi yang mengajaknya ke luar untuk bertemu dengan seseorang.     
0

Reva segera bangkit dan berjalan bersama dengan salah satu anggota polisi itu. Borgolan di tangannya pun kini dilepaskan. Polisi itu menunjuk ke arah seorang pria yang tampak duduk di bangku panjang.     

"Agam?" Reva langsung berjalan menghampiri pria itu.     

Agam tampak senang melihat Reva berada di hadapannya. Wanita itu tak banyak berubah, tetap cantik seperti dulu. Hanya saja, penampilan Reva sekarang sedikit lusuh dan menggunakan baju tahanan.     

"Aku harap kabarmu baik-baik saja, Va. Semalaman aku tak nyenyak tidur karena terus memikirmanmu."     

Reva langsung merasa sedih ketika mendengar ucapan Agam. Apa yang dirasakan olehnya, juga sama dirasakan oleh pria itu. Sekarang dirinya sedih, karena harus mendekam di sel tahanan ini dalam waktu yang lama.     

"Va, kau kenapa mendadak bersedih seperti itu? Apa telah terjadi sesuatu?"     

"Iya, Gam. Sesuatu yang buruk sudah terjadi. Aku telah dijatuhi oleh hakim hukuman maksimal dua puluh tahun penjara karena perbuatanku ini."     

Agam langsung merasa lemas saat mendengar hal ini. Ia tak bersemangat lagi ketika Reva telah dijatuhi hukuman selama itu.     

"Apa yang aku bisa lakukan sekarang? Tak ada, Gam. Mungkin ini karma untukku, karena aku sering sekali menyakiti hati orang lain. Aku juga seorang pembunuh, kan?"     

Namun, Agam tak mau kalau Reva selama ini berada di sel tahanan. Akan tetapi, hukum tetaplah harus berlaku dan ditegakkan. Ia hanya bisa pasrah melihat wanita itu ada di sini lebih lama lagi.     

"Ini sudah terjadi, Va dan kau harus mempertanggungjawabkan semua ini." Agam tertunduk lemas seketika.     

"Carilah penggantiku, Gam. Karena aku tak pantas berada di sampingmu selamanya." Reva tersenyum kecut ke arah Agam.     

Entah kenapa, saat mendengar hal ini ke luar dari mulut Reva, membuat Agam tampak sakit. Harusnya, ini tak pernah terjadi pada Reva.     

'Apa aku bisa mencari penggantimu, Va? Sedangkan, kau saja masih bersemayam dalam hatiku.'     

Agam memilih diam saja dan tak mau menjawab apa pun. Sebentar lagi, jam besuknya akan segera habis. Ia pun akan berkata hal-hal yang penting saja pada Reva.     

"Sebentar lagi, jam besuk akan habis. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."     

"Apa itu?"     

"Aku masih mencintaimu, Va, sampai detik ini. Aku mencoba untuk melupakanmu, tapi tak bisa."     

Reva sangat senang mendengarnya. Ucapan Agam membuatnya bersemangat untuk menjalani masa tahanan di sini.     

"Apa kau serius, Gam?"     

"Iya, aku serius. Hatiku masih bersama denganmu. Jadi, kau suruh aku mencari seorang pengganti, sepertinya tak bisa dulu."     

Namun, tak menutup kemungkinan bahwa suatu hari nanti, Agam akan mendapatkan pasangan hidup yang lebih layak dan baik daripada Reva. Reva pun tak ingin berharap lebih tinggi sekarang. Mendengar ucapan Agam seperti ini saja sudah membuatnya merasa tenang.     

"Terima kasih banyak, Gam, karena kau masih mencintaiku."     

Di antara mereka berdua memang sudah tak memiliki hubungan apa pun lagi, tapi keduanya sama-sama masih punya perasaan satu sama lain. Agam tak bisa menampik, kalau saat ini, hatinya masih tertuju pada Reva.     

Beberapa saat kemudian, salah satu anggota kepolisian tampak mendekat ke arah mereka berdua. Itu menandakan bahwa jam besuk Agam sudah habis. Pria itu segera pamit pada Reva dan berdiri dari duduknya. Reva melambaikan tangan sekilas pada Agam.     

"Gam, terima kasih untuk semuanya."     

***     

Dengan langkah gontai dan pikiran yang tak karuan, Agam tampak tak fokus ketika memperhatikan jalan di depan. Ia melangkah dengan pandangan tertuju ke bawah, sambil sesekali menendang bebatuan kecil yang melintas. Agam saat ini merasa galau dan cemas akan keadaan Reva di sel tahanan.     

"Kenapa selama itu hukumannya Reva? Aku jadi kasihan padanya."     

Biar bagaimanapun, wanita itu telah mengisi ruang di dalam hatinya. Reva tak akan pernah tergantikan dengan yang lain. Hati Agam masih menjadi milik Reva seutuhnya.     

***     

"Jo, kau lagi?" Melati terkejut karena kedatangan Joseph pada malam hari. Pria itu terlihat membawakan sesuatu di tangan. "Itu apa?"     

"Ini untukmu. Ambil dan makanlah."     

"Loh, kenapa cuma satu? Untukmu mana?"     

"Aku sudah. Kau saja yang makan."     

Melati pun mempersilakan Joseph untuk masuk ke dalam. Pria itu menurut dan mengekor di belakang.     

"Beneran nih? Kau sudah makan?"     

"Iya, Mel. Sudah tadi. Kau saja yang makan itu, aku sudah kenyang."     

Wanita itu bergegas menuju ke dapur untuk mengambil sendok. Melati sengaja mengambil dua buah sendok. Ia akan makan bersama dengan Joseph.     

Setibanya di ruang tamu, Melati langsung menyerahkan satu sendok kepada Joseph. Pria itu terheran-heran dibuatnya.     

"Untuk apa sendok ini?" tanya Joseph.     

"Ayo, kita makan bersama."     

"Tapi, kan–"     

"Entah kenapa aku tak percaya kalau kau sudah makan di sana."     

Seketika suasana pun jadi hening. Mereka berdua tak mengeluarkan suara satu sama lain. Joseph dan Melati tampak malu-malu dibuatnya.     

'Kenapa Joseph diam saja? Apa perlu aku yang suapin dia, ya?'     

Lantas, Melati segera membuka kotak makanan itu dan isinya adalah nasi goreng. "Wah, ternyata nasi goreng. Aku sangat menyukainya, Jo."     

"Benarkah?" Joseph merasa terpukau karena tahu dengan makanan kesukaan Melati.     

"Iya, sungguh." Tanpa aba-aba, Melati langsung menyendokkan nasi goreng ke dalam mulut Joseph.     

Pria itu disuapi oleh Melati. Seketika jantungnya kian berpacu dengan cepat. Memandang wanita itu seperti ini, membuat Joseph ingin cepat-cepat menjadikan Melati kekasih hidupnya.     

"Kenapa kau tiba-tiba menyuapi aku? Kataku kan, tadi sudah makan."     

"Kataku tadi apa? Aku tak percaya kan?"     

Setelah menyuapi Joseph, suapan nasi goreng itu kemudian masuk ke dalam mulut Melati. Wanita itu langsung merasa salah tingkah karena kelakuannya sendiri.     

"Maafkan aku, Jo, tadi sudah lancang padamu."     

"Aku malah senang ketika kau perhatikan seperti tadi. Kau menyuapiku makanan dan itu membuatku merasa tambah menyayangi dirimu."     

Melati langsung malu-malu karena godaan Joseph. Pria itu selalu saja membuat hatinya jadi tak karuan. Melati tampak tak kuasa dan kedua pipinya tampak memerah sekarang.     

Kemudian, Joseph pula yang menyuapi Melati sesuap nasi goreng. Wanita itu sontak membuka mulut dan merasa salah tingkah. Keakraban keduanya saling menumbuhkan rasa cinta di hati masing-masing. Namun, sayangnya, Melati tak langsung mengiyakan keinginan Joseph yang hendak menuju ke arah pendekatan.     

Joseph ingin selalu lebih dekat dengan Melati. Ia ingin merebut hati wanita yang ada di sampingnya itu. Berbagai cara akan ia lakukan, agar Melati mau menerimanya sebagai kekasih.     

'Aku akan berjuang untuk mendapatkanmu, Mel. Perjuangan cintaku padamu harus berbalas. Aku tak mau bernasib seperti dulu lagi saat memperjuangkan Reva dan hanya disia-siakan semata.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.