Arrogant Husband

Menjalin Hubungan



Menjalin Hubungan

0Sebelum menuju ke rumah Melati tadi, Joseph tampak singgah sebentar untuk membelikan beberapa makanan untuk disantap bersama dengan wanita iti. Kini, ia sudah berdiri dan siap mengetuk pintu. Sebelah tangannya tampak sedang menggenggam sebuah plastik berisikan makanan.     
0

Tak berapa lama, wanita yang menjadi incarannya pun segera ke luar. Melati tampak terkejut dengan kedatangan Joseph kemari. Ia pun langsung mempersilakannya untuk masuk ke dalam.     

"Wah, kau pagi sekali datang ke sini, Jo," ucap Melati sambil tersenyum manis ke arah Joseph.     

"Iya. Aku membawakan makanan kesukaanmu, yaitu nasi goreng. Hm, ada juga pizza. Aku tak tahu, apakah kau akan suka pizza atau tidak."     

"Ya ampun, Jo. Pizza ini juga merupakan salah satu makanan favoritku juga loh."     

Joseph tak menyangka, bahwa ia mengetahui makanan favorit Melati selain nasi goreng. Wanita itu tampak tersenyum senang.     

"Ya sudah kalau begitu. Ayo, makanlah."     

"Apa kau tak makan, Jo? Kau tak lapar?"     

Joseph hanya ingin melihat Melati makan dengan lahap. Melihat wanita itu menyantap makanan saja, sudah membuatnya merasa kenyang.     

"Aku sudah kenyang. Kau saja yang makan, ya."     

"Tapi, aku tak akan habis kalau porsinya sebesar ini, Jo. Kita makan sama-sama saja, ya."     

Tiba-tiba, Melati menyuapkan sepotong pizza ke dalam mulut Joseph. Pria itu terkejut dengan aksinya.     

"Ayo, cepat dikunyah makanannya. Jangan lupa ditelan."     

Joseph menyengir mendengar ucapan Melati. "Iya, baiklah."     

Mereka pun akhirnya saling suap-suapan satu sama lain. Joseph amat senang pagi ini karena bisa berduaan dengan Melati, begitupun sebaliknya. Wanita itu tak segan untuk menyuapinya makan.     

Melati juga menyuapi Joseph sesendok nasi goreng. Tanpa aba-aba, ia langsung memasukkan makanan itu ke dalam mulut Joseph. Pria itu tak menyangka sama sekali mendapat perlakuan semanis ini.     

"Enak sekali makanan-makanan ini. Makasih banyak ya, Jo." Melati tersenyum lebar ke arah Joseph, sembari menampilkan deretan gigi-giginya yang putih bersih.     

"Iya, sama-sama."     

Joseph tak akan pernah menyerah untuk terus berjuang mendapatkan cinta dari Melati. Wanita berparas cantik itu harus menjadi miliknya nanti. Tak ada pria mana pun yang boleh mendekati apa yang sudah jadi miliknya.     

Ia tak mau bertanya, apakah Melati sudah berubah pikiran atau tidak. Joseph berharap, wanita itu mau menerimanya sebagai seorang kekasih. Joseph ingin membuktikan rasa cintanya pada Melati, lewat segala pembuktian-pembuktian, bukan hanya janji semata.     

"Oh ya, apakah kau nanti mau ikut bersamaku, Mel?"     

"Kau mau bawa aku ke mana, Jo?"     

"Ke rumah sahabatku. Sekalian aku ingin mengenalkanmu pada mereka."     

Melati langsung tersipu malu. Secepat ini Joseph ingin mengenalkannya pada sahabatnya. Ia merasa bahwa Joseph memang ingin serius dalam menjalani hubungan dengannya.     

"Baiklah, aku mau, Jo." Melati tak ingin berpikir panjang lebar lagi. Ia segera mengiyakan saja.     

"Benarkah? Kau mau ikut bersamaku ke sana?"     

"Iya, aku mau."     

Joseph langsung bersorak senang. Nanti sore, ia akan membawa Melati ke rumah Saga dan memperkenalkannya.     

"Terima kasih, Mel, karena kau sudah bersedia untuk ikut."     

"Sama-sama." Melati tersenyum manis ke arah Joseph.     

"Nanti sore aku jemput."     

"Iya, Jo."     

Mereka berdua pun segera menghabiskan makanan ini. Joseph dan Melati saling suap-suapan lagi. Keduanya tampak gembira hari ini. Melati tak pernah menduga, akan jadi sedekat ini dengan Joseph.     

Namun, Melati patut mengacungi jempol untuk Joseph, karena pria itu sudah beberapa kali membuktikan perasaan cinta dan keseriusan padanya. Akhirnya, membuat Melati menjadi yakin untuk memilih pria itu menjadi pendamping hidupnya kelak. Apabila Joseph mengajaknya lagi untuk menjalin hubungan yang serius, maka tak akan ada penolakan lagi yang terucap.     

'Kalau suatu hari nanti, kau mengajakku untuk berhubungan ke jenjang yang lebih serius, aku tak akan pernah ragu lagi padamu, Jo.'     

Melati dan Joseph kemudian saling bertatapan. Dua muda-mudi itu tampak terdiam. Makanan di atas meja pun, mereka diamkan terlebih dulu.     

"Jo?" panggil Melati.     

"Iya, Mel."     

"Terima kasih atas semua ini."     

"Untuk apa berterima kasih?"     

"Untuk rasa cinta dan kasih sayangmu padaku."     

Joseph pun tersenyum singkat. Ia tulus mencintai Melati apa adanya. Wanita itu terlihat sederhana, tapi luar biasa di matanya. Maka dari itu, Joseph tak akan menyia-nyiakan wanita sebaik dan secantik Melati.     

"Aku sangat mencintaimu, Mel. Sangat. Cinta pada pandangan pertama, memang sangat membuatku yakin bahwa hatiku telah memilihmu."     

Debaran jantung Melati kian memompa dengan kencang. Wanita itu tak mengeluarkan suara apa pun. Ia merasa malu, sekaligus senang bukan main. Hari ini, Joseph mengutarakan perasaannya lagi.     

"Aku juga mencintaimu, Jo. Aku sudah memiliki rasa padamu sejak awal perkenalan kita."     

"Kenapa kita tak jalani saja hubungan yang lebih serius, Mel? Apa kau kurang yakin padaku? Ataukah, kau tak yakin?"     

"Bu–bukan begitu. Jujur, aku ingin sekali menjalin hubungan yang lebih serius lagi denganmu. Akan tetapi–"     

"Kenapa? Ceritakanlah semuanya." Joseph ingin tahu lebih dalam lagi mengenai alasan Melati yang masih tak mau menerima cintanya. Ia ingin tahu alasan wanita itu.     

"Aku hanyalah wanita miskin, Jo, dan dari keluarga yang tak berada. Sedangkan kau anak orang kaya. Perbedaan kita sangatlah jauh, Jo."     

Namun, Joseph tak pernah peduli dengan status sosial seseorang. Terpenting baginya adalah rasa nyaman terhadap seorang wanita. Joseph tak pernah meminta yang lebih pada Melati.     

"Mel, dengarlah. Aku tak akan menuntut hal yang lebih padamu. Apa pun itu. Aku sangat mencintaimu dan mau menerimamu apa adanya. Jadi, kau jangan merasa seperti itu, ya."     

Joseph tak mau, kalau Melati merasa minder karena status sosial ini. Ia tak peduli kalau Melati hanya seorang wanita yang sederhana, tak bergelimang harta.     

"Apa kau mau menerima cintaku, Mel?" Joseph masih berusaha untuk terus membuat Melati merasa yakin padanya.     

Pria itu tak menyerah sama sekali. Terus membujuk Melati agar merasa yakin, bahwa dirinya memang pantas bersanding dengan Melati. Joseph sangat ingin bersama dengan wanita itu.     

Melati ingin sekali berkata iya. Di dalam lubuk hatinya pun, rasa ragunya jadi perlahan menghilang. Pria itu membuatnya merasa yakin untuk menjalin hubungan ini.     

"Baiklah, Jo. Aku mau menjalani hubungan ini bersamamu."     

Bak seperti sedang melayang di udara, Joseph sama sekali tak menduga akan jawaban Melati. Wanita itu kini menerimanya sebagai seorang pendamping. Ia pun memastikan pendengarannya sekali lagi.     

"Apakah yang kau katakan tadi memang benar? Kau mau menerimaku sebagai kekasihmu?"     

"Iya, Jo."     

"Jadi, kita sekarang pacaran, kan?" tanya Joseph lagi.     

"Iya, Jo." Melati tertawa geli ketika melihat reaksi Joseph seperti ini.     

Alangkah senangnya hati Joseph saat ini. Kini, mereka sudah resmi menjalin hubungan berpacaran. Joseph tak akan membuat Melati kecewa dan lain sebagainya. Niatnya pada wanita itu adalah untuk membahagiakannya selalu.     

"Aku berjanji, Mel, akan selalu membahagiakanmu sampai akhir napasku," ucap Joseph sambil memegang sebelah tangan Melati, lalu mencium punggung tangan wanita itu.     

Reaksi dari Joseph membuat Melati sangat terkejut. Baru saja pria itu mengecup punggung tangannya dengan lembut dan hangat. Melati tak akan bisa berhenti untuk merasa bahagia. Inilah yang ia tunggu-tunggu selama ini.     

"Terima kasih, Jo. Walaupun kita baru bertemu beberapa hari terakhir, tapi kau mampu membuatku percaya denganmu. Kau terlihat sangat tulus dalam melakukan sesuatu. Itu yang aku suka darimu."     

"Kau pun begitu, Mel. Aku sangat menyukai kesederhanaanmu itu. Kau sangat baik hati dan tak kasar pada orang lain."     

Keduanya sama-sama saling memuji. Bagi, Joseph tak ada yang lebih membuatnya bahagia, selain saat ini. Akhirnya, ia pun resmi melepas masa lajang dan mengarungi bersama kisah cinta ini. Joseph berjanji, akan membawa Melati sampai menuju ke bahtera rumah tangga kelak.     

Joseph sangat serius menjalani hubungan dengan Melati. Tak ada lagi wanita yang ia cintai selain Melati. Ia ingin terus bersama dengannya setiap saat. Selalu tertawa bersama dan melepaskan beban di pundak masing-masing.     

"Aku sangat bahagia hari ini, karena kau sudah bersedia menerimaku sebagai kekasihmu. Terima kasih, sayang." Joseph langsung memanggil Melati dengan sebutan sayang.     

Melati tampak malu-malu. Pipinya terasa panas dan terlihat memerah karena perlakuan Joseph. Pria itu selalu saja membuat debaran jantungnya jadi tak karuan.     

Alhasil, makanan pun akhirnya habis juga karena mereka santap bersama. Baik Joseph maupun Melati, sama-sama saling membereskan sisa sampahnya.     

"Biar aku saja yang membuang sampah ini, Mel. Kau di sini saja."     

"Biar aku saja, Jo. Kau duduk saja di sini."     

"Biarkanlah pangeranmu ini yang akan melakukannya. Kau duduk di sini dan tunggu sebentar." Joseph langsung memungut sisa sampah makannya tadi dan membungkusnya dalam sebuah plastik kresek berukuran besar.     

Joseph pun segera melangkah ke luar halaman dan membuang sampah di tempatnya. Beberapa detik kemudian, Joseph kembali masuk dan duduk di samping Melati.     

"Apa kau senang berpacaran denganku sekarang, Mel?"     

"Tentu saja. Kau pria yang baik dan aku beruntung memilikimu."     

"Aku juga merasa beruntung karena memiliki wanita sepertimu."     

Ingin sekali Joseph memeluk tubuh Melati saat ini juga. Namun, ia yakin kalau wanita itu tak mau melakukan hal itu sekarang. Mengingat Melati seorang wanita baik-baik.     

'Aku tak akan menyentuhmu, Mel. Tak akan kusentuh, sama seperti Reva dulu.'     

***     

"Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu ya sayang. Nanti sore aku jemput lagi di sini."     

Setelah Joseph cukup lama berada di rumah Melati, ia pun segera pulang saja. Matahari pun semakin terik memancarkan sinarnya. Nanti sore dirinya akan kembali lagi untuk menjemput sang kekasih.     

"Iya sayang. Hati-hati di jalan, ya." Melati melambaikan tangan seraya tersenyum manis ke arah Joseph.     

"Iya sayang."     

Joseph sudah duduk di balik kemudi. Pria itu pun lalu menyalakan mesin mobil dan segera melajukan kecepatan. Ia pun berlalu dari halaman rumah Melati. Sedangkan wanita itu masih setia berdiri di sini sampai mobil Joseph benar-benar sudah tak terlihat lagi dari pandangan matanya.     

"Ahh, senangnya hari ini. Akhirnya, aku dan Joseph berpacaran juga. Terima kasih, Tuhan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.