Arrogant Husband

Quality Time



Quality Time

0Sudah seminggu kisah cinta Joseph dan Melati terjalin erat. Keduanya sering jalan bersama, bahkan berkunjung ke rumah Saga dan Alisa. Mereka masih baru dalam menjalin hubungan, tapi Joseph sudah merasa yakin dengan Melati. Namun, wanita itu tak mau terburu-buru dulu untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi.     
0

Walaupun demikian, Joseph ingin segera melamar dan menjadikan Melati miliknya seutuhnya. Hanya bersama dengan wanita itu, ia merasa bahagia. Joseph tak ingin yang lain lagi, memantapkan hatinya hanya pada satu wanita saja.     

"Ini di mana, Jo?" Melati celingak-celinguk menatap ke arah sebuah bar.     

"Akan aku perkenalkan kau pada sahabatku yang lain." Joseph ingin memperkenalkan Melati kepada Agam. Ia sengaja mengajak sang kekasih kemari.     

Wajah Melati tampak bersemu merah. Ia pun lekas turun dari mobil dan bergenggaman tangan dengan Joseph. Mereka berdua masuk ke dalam. Setibanya mereka di sana, Agam tampak memandang keduanya.     

"Aku pesan satu gelas wine. Seperti biasa," ujar Joseph pada Agam.     

"Baiklah. Tunggu dan duduklah dulu," suruh Agam. Ia juga menatap ke arah Melati.     

"Apa kau mau memesan minuman juga?" Joseph menawarkan wine dan minuman beralkohol yang lain.     

"Tidak. Aku tidak suka!" Melati menolak dan tak ingin minum apa pun di sini.     

Joseph tak ingin memaksa kehendak Melati. Wanita itu tak terbiasa berada di tempat seperti ini. Melati tampak gelisah di tempat duduk. Tak berapa lama, Agam sudah selesai menyajikan minuman untuknya.     

"Pacarmu, Jo?" tanya Agam pada Joseph.     

"Iya, Gam. Kenalkan namanya Melati."     

Melati dan Agam saling berjabat tangan, berkenalan satu sama lain.     

"Melati."     

"Agam ...." Agam membiarkan Joseph untuk bicara lebih lanjut dengan Melati, sedangkan dirinya harus membuatkan pesanan minuman untuk yang lain.     

Melati masih celingak-celinguk menatap ke sekitarnya. Ini baru pertama kali, dirinya berada di tempat seperti ini. Banyak wanita yang berpakaian seksi dan ketat, serta ada juga pria.     

Joseph melirik sekilas ke arah Melati. Pria itu merasa bahwa sang kekasih tak nyaman berada di sini. Ia bermaksud hanya memperkenalkan Melati pada Agam saja.     

"Sayang, kau kenapa? Tak nyaman ya berada di sini?" Joseph bertanya serius pada Melati.     

Pergerakan Melati tampak terlihat jelas di mata Joseph. Namun, ia tak ingin berkata terus terang.     

"Sayang, jujur saja padaku," bisik Joseph ke telinga Melati.     

"Hm, mungkin aku masih belum terbiasa di tempat ini, ya. Makanya agak bagaimana gitu ...."     

"Baiklah, Sayang. Setelah ini, kita akan langsung pulang saja."     

Wanita yang ada di sampingnya kini terkejut. Joseph paham, bahwa Melati tak pernah masuk ke tempat seperti ini. Minum-minuman yang beralkohol saja tak pernah.     

'Melati berbeda sekali dengan Reva.'     

Ia beruntung bisa mendapatkan wanita seperti Melati. Baik, cantik, dan apa adanya. Joseph tak akan pernah menyia-nyiakan wanita seperti ini.     

Joseph segera meneguk habis minumannya. "Gam, ini uangnya ya. Aku mau pulang dulu dengan Melati."     

"Loh, kenapa kalian terburu-buru sekali?" tanya Agam.     

Sekilas tatapan Joseph mengarah pada Melati. Ia lalu menggenggam tangan sang kekasih dengan erat. Agam melihat itu terlihat senang bukan main.     

"Aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan Melati, Gam."     

"Oh, aku paham. Baiklah. Selamat bersenang-senang untuk kalian berdua."     

Sepasang sejoli itu lantas berlalu dari hadapan Agam. Mereka berdua saling bergenggaman tangan. Agam hanya bisa mengembuskan napas panjang karena tiba-tiba saja mengingat Reva. Ia merasa rindu dengan wanita itu. Kini, hanya tinggal kenangan saja semua itu dan telah menjadi masa lalu.     

"Va, aku rindu padamu. Sangat rindu. Aku ingin kita menjadi seperti dulu."     

***     

Di tengah perjalanan pulang menuju ke rumah, Melati tak banyak bersuara. Joseph beberapa kali terlihat menoleh ke arahnya. Pria itu pun lantas bertanya.     

"Sayang, kau kenapa? Sejak tadi hanya diam saja. Kau sakit, ya?"     

"Tidak, aku tidak apa-apa."     

"Lantas?" Joseph menatap ke arah manik mata Melati. "Katakan saja, Sayang. Jangan kau tutupi."     

"Maafkan aku, Jo. Karena aku merasa tak nyaman di sana tadi, kau tak bisa mengobrol dengan sahabatmu. Aku minta maaf."     

"Ah, ternyata itu ya? Agam pasti paham kok. Kau tak usah terlalu memikirkan masalah itu, ya. Malahan aku merasa bangga padamu."     

Kening Melati tampak berkerut. Wanita itu tak mengerti, kenapa Joseph bisa merasa bangga padanya. Apa yang dibanggakan oleh Joseph dari dirinya.     

Melihat ekspresi heran yang ditampilkan oleh wanita yang duduk di sebelahnya, membuat Joseph tersenyum tipis. Ia pun merasa gemas lalu mengacak-acak rambut Melati. Wanita itu sontak terkejut dengan aksinya.     

"Jo ... kau!" Melati merengut sebal, karena tatanan rambutnya sekarang menjadi sedikit berantakan.     

Namun, Joseph tak masalah dan malah merasa senang karena bisa menjahili sang kekasih. Kemudian, dirinya fokus menatap ke arah jalan.     

"Tuh kan! Rambutku jadi berantakan nih sekarang!" Melati menggerutu kepada Joseph. "Gara-gara kau!"     

Joseph pun inisiatif untuk mengajak Melati ke sebuah salon kecantikan di daerah sini. Pastinya, hal ini tak diketahui oleh wanita itu. Mobilnya terus melaju kencang. Melati merasa sedikit heran, karena arah jalan rumahnya bukan menuju ke sini.     

"Loh, kenapa lurus? Kan rumahku belok kiri, Jo?" Melati mulai merasa cemas.     

Pria itu tak menjawab apa pun pertanyaan yang ke luar dari mulut Melati. Wanita itu jadi semakin takut sekarang. Joseph memang sengaja memasang tampang agak dingin, agar rencananya kali ini berjalan sukses. Melati pun semakin ketakutan dibuatnya.     

"Jo, jangan diam saja! Ini ada di mana? Kau mau bawa aku ke mana?" tanya Melati semakin panik.     

Mobil pun semakin melaju kencang. Joseph sengaja memacu kecepatan mobilnya sendiri. Terkadang, Melati menutup kedua matanya dan tak mau melihat ke arah depan, sedangkan Joseph tampak bersorak dalam hati.     

Rencana Joseph kini berhasil. Sebentar lagi, ia sampai di sebuah salon kecantikan. Ia ingin Melati bisa merasakan perawatan di salon tersebut. Lama-kelamaan, Melati jadi terdiam dan celingak-celinguk melihat ke sekitar. Bukan tempat yang sepi dan seram, melainkan tempat yang bagus dan super rapi.     

"Jo, ini di salon ya?"     

"Iya. Ini di salon. Kau pikir aku mau membawamu ke mana? Menculikmu, begitu?"     

Joseph segera mengajak Melati agar ke luar dari dalam mobil. Wanita itu tampak diam dan merasa bersalah karena sedari tadi terus mengomel pada sang kekasih. Joseph membukakan pintu mobil agar Melati bisa ke luar.     

"Ayo!" Tangan Joseph terjulur ke arah Melati. Wanita itu akhirnya membalas uluran tangannya.     

Mereka segera masuk ke dalam salon itu. Melati merasa begitu asing di tempat ini, karena memang baru pertama kali menginjakkan kaki di salon kecantikan semewah ini.     

"Jo?" panggil Melati. "Maksudmu mengajakku ke sini untuk apa?"     

"Agar kau bisa perawatan di sini."     

"Astaga. Aku kan bisa perawatan yang murah, seperti luluran di rumah."     

"Ya, jelas beda sayang. Pokoknya, kau diam saja dan ikuti aku. Jangan membantah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.